03. Sukarelawan

49 4 0
                                    

Aku membuntut pada Lucas, entah kemana ia akan membawaku. Memang agak sulit untuk mengimbangi langkahnya, tapi menunjukkan ekspresi lelahpun bukan pilihan yang tepat. Tak ada yang dapat kulakukan selain bersikap kooperatif di sini. Memangnya, siapa yang bisa menjamin bahwa tidak akan terjadi apa-apa jika aku membangkang sekali saja?

Pak Runkel benar soal ucapannya tentang pergelangan tanganku. Entah aku yang terlalu lemah atau Ann yang terlalu kuat saat memegangiku, yang jelas, pergelangan tanganku membiru. Memang terlihat biasa saja, tapi akan terasa perih jika disentuh bahkan hanya dengan tanganku sendiri.

"Siapa namamu?"

Sedikit terkejut, aku langsung menatap punggung laki-laki di depanku. Biarpun baru beberapa kali mendengarnya bicara, aku yakin itu suaranya.

"Kau bertanya padaku?" Bagus sekali. Bukannya menjawab, aku malah mengajukan pertanyaan bodoh. Argh!

"Abaikan saja."

Daripada kepalang tanggung, maka sekalian saja aku bertanya, "Apa kau anggota Sviour?"

Hening yang cukup lama membuatku yakin bahwa Lucas tidak ingin lagi melanjutkan obrolan ini. Aku jadi menyesal sudah bertanya.

Tapi tanpa kusangka, Lucas kembali bicara. Walaupun bukan untuk menjawab pertanyaanku. "Apa saja yang kau tahu tentang Sviour?"

"Sepertinya, aku tahu banyak tentang Sviour."

"Kalau begitu katakan."

"Akan kujawab kalau kau juga menjawab pertanyaanku sebelumnya."

Hening lagi. Tapi aku puas. Jika ia memang ingin bermain denganku, maka akan aku tunjukkan bagaimana caranya bermain dengan benar.

"Ya," jawab Lucas. Ia berhenti berjalan dan berbalik badan. "dan sekarang katakan padaku apa saja yang kau ketahui tentang Sviour."

Aku menarik napas. Menyiapkan kata-kata. "Kalian adalah sukarelawan dari warga sipil sepertiku. Beberapa dari kalian bergabung karena ingin membalaskan dendam atas insiden The Destruction of VICTORY yang menewaskan banyak orang, termasuk orang-orang yang kalian sayangi. Kalian berlatih setiap sore, dan tak hanya memburu Flopperrn setiap malam, kalian juga menjarah toko-toko atau apapun yang bisa dibawa pulang sebagai bekal bertahan hidup di markas."

Lucas terdiam lagi. "Dari mana kau tahu itu semua?"

"Apa yang sebenarnya menjadi tujuan Sviour selama ini?"

"Akan kujawab kalau kau juga menjawab pertanyaanku sebelumnya."

Oh. Sial.

"Kau tak perlu tahu itu." Tentu saja aku tidak bisa mengatakannya!

Ia menaikkan sebelah alis dan menghela napas. "Kalau begitu aku tidak akan menjawabnya," katanya. "Oh, ya. Kau keliru tentang kami. Kami tidak memburu Flopperrn, tapi kami membunuh mereka yang menyerang. Dan tentu saja tidak di waktu malam. Ah, kau pasti tidak tahu banyak soal makhluk yang satu itu."

Lucas kembali membelakangiku dan berjalan cepat. Lagi-lagi, meskipun ia sadar eksistensiku, ia tetap tak peduli bagaimana kesulitannya aku untuk menyamai langkahnya.

Aku mengumpat dalam hati. Ia sungguh membikinku tambah penasaran. Tapi sangat tidak mungkin jika aku mengatakan bahwa aku mengetahui semuanya dari Vick. Kelihatannya mereka punya peraturan tentang apa saja yang boleh dan tidak boleh diketahui oleh warga sipil sepertiku.

Selang beberapa saat, sesuatu berbunyi, dan Lucas langsung mengecek jam tangannya. Dengan sekali tekan, maka terdengarlah suara gaduh dari sana.

Aku menguping dalam diam.

The Victorious VICTORYWhere stories live. Discover now