11. Rencana (Bagian 1)

41 2 0
                                    

Aku tidak ikut rapat. Tentu saja karena aku masih termasuk orang asing di sini, dan oleh karena itu aku memilih tiduran sepanjang ditinggal oleh Vick dan teman-temannya. Beruntunglah meski belum resmi bergabung dengan Sviour, mereka-kurasa kecuali Nolan-memperbolehkanku menempati kamar ini.

Tak ada yang menarik selama aku menunggu, karena setiap detiknya hanya kuhabiskan untuk memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya padaku, jika aku menjadi Sviour nanti. Sanggupkah aku menjadi seperti Vick dan kawan-kawannya? Benarkah menjadi Sviour merupakan pilihan yang tepat? Bagaimana kalau Vick benar dan aku seharusnya tetap bersekolah seperti anak-anak yang lainnya?

Sampai akhirnya pintu terbuka dan semua orang datang dengan raut wajah masam. Nolan bahkan sampai mengacak-acak rambutnya dengan kasar dan mengerang. Aku tidak akan mengerti kalau saja Vick tidak memberitahuku apa yang terjadi sebenarnya.

"Kurasa setelah ini, pergerakan kita akan diawasi ketat oleh para Rievvend," keluh Gerda.

Semua wajah tertekuk. Setelahnya terdengar helaan napas berat oleh masing-masing orang dalam ruangan-tak terkecuali aku begitu Vick menceritakan alasannya.

Vick bilang, atas kesalahan Gerda yang tidak disengaja, yaitu karena ia kelepasan bicara soal keberadaan Ann sewaktu perempuan itu dibawa bersama Rievvend, keleluasaan Gerda untuk masuk ke ruangan CCTV jadi dibatasi. Dan sudah jelas tidak ada satupun yang membelanya, untuk alasan apapun.

Membela Gerda sama saja dengan menjebloskan diri.

"Sudah kubilang, serahkan semuanya pada Lucas," omel Ann.

"Aku tahu!"

"Kau tahu betapa bodohnya dirimu? Kalau saja kau tidak terbawa emosi pada saat itu, kericuhan tidak akan terjadi."

"Diamlah, Ann. Aku tahu aku salah."

Vick menghela napas. "Ya ... semua orang melakukan kesalahan, Ann."

"Lucas, apa menurutmu kita masih punya kesempatan untuk membicarakannya dengan Pak Runkel?" tanya Maple. Ia terlihat ragu, apalagi saat Lucas langsung menatap ke arahnya begitu namanya disebut. "Aku hanya-maksudku, bukankah ini bukan lagi masalah kecil? Gerda membuktikan sendiri bahwa pemerintah tidak menciptakan Flopperrn dengan hanya seratus kelinci percobaan-"

Ann menyambar, "Ya, Maple. Hanya saja dia terlalu bodoh karena membakar bukti yang mendukung pernyataan itu."

"Mengapa kau tidak percaya padaku?! Sudah berapa banyak Flopperrn yang kau bunuh, hah?! Tidakkah itu cukup untuk memberikan bukti?!"

"Kami semua mempercayaimu, Gerda. Mereka yang tidak mempercayaimu. Mereka yang tidak mempercayai kita. Mereka tidak akan percaya sampai mereka menyadari fakta itu sendiri. Lagipula, siapa yang akan percaya pada tulisan di secarik kertas lusuh? Bahkan di sana tidak ada petunjuk siapa yang menulisnya," jelas Lucas. Manik cokelat kayunya memandang orang-orang di ruangan, satu per satu.

Ann naik ke kasurnya di ranjang atas. "Dan mengapa pula kita harus percaya padanya?" tanyanya retorik.

"Karena kita tahu, dia benar," tandas Lucas. "Bisa kau sebutkan berapa banyak tempat yang tak seharusnya kita datangi, tapi kita datangi? Bisa kau sebutkan berapa banyak Flopperrn yang kita temui di sana? Bisa kau sebutkan berapa banyak Flopperrn yang pernah kita hadapi selama hampir setahun ini? Kalau mereka hanya berjumlah seratus dan masih bisa kita bunuh, lantas kenapa ini masih belum berakhir?"

Semua terdiam.

"Jadi ... apa rencana kita selanjutnya?" lirih Quinn.

Beberapa kepala berpandangan, yang lainnya menunduk. Itu pertanyaan yang menohok, menurutku. Kami-maksudku, mereka-bisa saja mengungkap banyak kejanggalan dan membuat hipotesis pada fakta yang belum pasti. Tetapi artinya, kami-maksudku, mereka-juga harus melakukan sesuatu.

Apa rencana selanjutnya? Aku bisa merasakan pertanyaan itu saling berloncatan dalam kepala kami. Ruangan hening dan saking sunyinya, kami bisa mendengar suara helaan napas kami sendiri.

Vick bergumam, yang mungkin hanya aku dan Nolan yang bisa mendengarnya. "Kita harus punya rencana."

Sejenak Nolan dan Vick berpandangan.

"Lucas, bicaralah pada Pak Runkel. Dia ayahmu, dia pasti mendengarkanmu. Kita sangat butuh dukungannya. Hanya itu satu-satunya harapan kita," ujar Nolan. Wajahnya begitu kusut. "Setidak-tidaknya, Pak Runkel bisa sedikit membantu dengan tidak melarang kita berbuat sesuatu untuk apapun yang kita rencanakan."

"Aku tidak bisa ...."

"Kenapa?? Kau bahkan belum mencobanya."

"Itu satu-satunya harapan kita," ujar Maple.

"Maaf, aku tidak bisa ... Lagipula, kita tak butuh dukungannya. Kita tak perlu bantuannya. Dan itu bukan satu-satunya harapan. Kita masih punya banyak harapan lain."

Gerda menghela napas. "Oke, baiklah. Sekarang, apa rencanamu?"

"Aku-"

Nolan menyela, "Rencana kita tak akan berjalan dengan lancar tanpa bantuan Pak Runkel. Kita perlu izin agar semuanya berjalan seperti semestinya. Lagipula, itu tidak akan sulit."

Aku memberanikan diri untuk bicara. "Kurasa, Nolan benar."

Semua menatapku. Tak terkecuali Ann yang daritadi membungkam di ranjangnya. Entah mereka tak percaya karena pada akhirnya aku membuka mulut, atau mungkin karena menunggu kalimat selanjutnya yang akan keluar dari mulutku.

Aku menyimpulkan mereka melakukan opsi kedua. "Pergerakan kita-maksudku, pergerakan kalian diawasi, bukan? Kerja sama dengan Pak Runkel bisa jadi adalah ide bagus. Sedikit dukungan darinya tentu akan mempermudah rencana kalian."

"Apa maksudmu dengan 'kalian'?" sinis Nolan. Ia mengerutkan alis. "Apa kau berpikir, setelah kami telah banyak berdiskusi-bahkan bertengkar-di depanmu, kami tidak akan menyertakanmu? Kau bagian dari 'kita' sekarang."

Aku sedikit terkejut.

Vick menggeleng-geleng. Ia pasti menangkap maksud dari kalimat Nolan. "Tidak. Karen bahkan belum resmi menjadi Sviour. Dia belum punya bekal yang cukup untuk menghadapi Flopperrn!"

"Dia punya tekad yang kuat."

"Dia butuh modal lebih dari itu!"

Tiba-tiba, Ann menyahut. "Tidak masalah. Dia bisa berlatih denganku. Kalau perlu, aku akan meminta Pak Runkel untuk menggantikan Avner."

Kulihat perempuan itu menyunggingkan senyum miring.

"Itu bukan ide yang bagus, Ann. Pak Runkel akan semakin curiga. Kita tidak boleh terlihat terlalu saling mendukung," kata Gerda.

Ann memutar bola mata. "Oh, ayolah! Aku bisa mengajarinya menembak dengan dua senapan sekaligus dalam sehari! Sekarang biar kutanya, apa yang telah kau dapatkan hari ini setelah berlatih dengan Avner?"

Gerda yang menjawab pertanyaanku. "Ia baru berlatih menembak dengan pistol hari ini. Itupun hanya satu peluru yang berhasil mengenai papan sasaran, dan menancap di garis terluar."

Aku mendengkus. "Aku benci dengan peraturan-peraturan konyolnya. Ia terlalu banyak memberikan teori dibanding menyuruhku mempraktikkannya."

Ann kini malah semakin bersemangat. Dan saat mataku menangkap sosok Lucas, kulihat ia-sedikit-tersenyum ketika ia tengah memandang Ann yang sedang bercekcok dengan Vick.

"Aku tidak akan membiarkan Karen ikut serta dalam rencana selanjutnya, sebelum ia resmi menjadi anggota Sviour," kata Vick. Lagi-lagi, ia membatasiku.

"Menurutmu, apa ada pelantikan resmi saat kita bergabung dengan Sviour pada waktu itu? Pak Runkel tidak menyatakan penerimaan secara gamblang karena ia ingin memberi waktu untuk Karen berpikir. Jika ia yakin pada pilihannya, maka ia sudah resmi menjadi Sviour. Itu saja."

"Tapi-"

"Satu-satunya pelantikan di sini adalah dengan penugasan untuk keluar markas. Dan jika Pak Runkel tidak segera melakukannya ..."

Ann memandang semua orang di ruangan, tak terkecuali aku.

"... maka kita yang harus melakukannya."



----------

met puasa /nangis karena inget ini dah berapa bulan tapi cerita ga kelar2/

The Victorious VICTORYजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें