04. Moncong Senjata

41 2 0
                                    

"Hey, apa yang kau lakukan di sini?!"

Spontan, aku berbalik. Vick berdiri dihadapanku dengan ekspresi yang biasa ia tunjukkan jika ia sedang marah. Kedua tangannya memegangi bahuku dengan erat.

"Kenapa kau bisa berada di sini?!" tanyanya dengan nada tinggi, menusukku lewat matanya.

Aku diam tak merespon. Harus kukatakan padamu untuk jangan pernah menanggapi pertanyaan retoris dengan sepatah katapun. Apalagi menjawabnya; itu sebuah kesalahan besar.

Detik berikutnya ia sadar telah salah tempat dan langsung menarikku keluar dari pusat kesehatan. Lantas aku tersadar, ini sudah ketiga kalinya aku membuntut, lagi-lagi tak tahu akan dibawa kemana. Aku benci untuk menjadi seseorang yang tak tahu apa-apa.

Vick membawaku tak jauh dari pintu keluar, kuhitung hanya terlewat satu persimpangan koridor dan sepertinya ia membawaku ke koridor mati, karena di sini tak banyak orang-orang yang lewat dengan langkah sibuk. Mungkin jalur ini mengarah ke suatu tempat yang jarang dikunjungi; mungkin ruangan Pak Runkel? Atau bisa saja jalur ini mengarah ke ruangan Pak Runkel-Pak Runkel lainnya.

Vick tengok kanan dan kiri, was-was lingkungan sekitarnya. Lalu ia berkata sambil berbisik, tanpa repot-repot menyembunyikan nada marahnya. "Karen, kau tak seharusnya berada di sini!"

"Kenapa?" balasku tanpa jeda.

"Dengarkan aku-"

"Kenapa aku tidak boleh berada di sini?" tanyaku, memotong ucapannya. Aku sama sekali tidak meninggikan nada ataupun menekankan setiap kata, tapi Vick bergeming mendengar pertanyaanku.

"Dengarkan aku, Karen. Keadaan di sini sedang tidak aman. Seperti yang kau lihat tadi, banyak anggota Sviour yang terluka karena serangan Flopperrn. Rencana awal kami telah gagal, dan kau tahu, sulit untuk merealisasikan rencana cadangan dengan keadaan seperti ini.

Dan kau ... kau seharusnya mengerti. Berhentilah mencari tahu soal Sviour. Aku tidak ingin kau terlibat terlalu jauh."

Aku terdiam, membuang muka ke arah kiri. Lalu kudapati seorang laki-laki yang tak kukenal, berjalan dengan langkah cepat dengan senapan di tangannya. Ia terlihat keheranan saat menatapku, tapi rautnya berubah begitu mengenali siapa yang berdiri di depanku.

"Vick? Apa yang kau lakukan di sini?" tegurnya, menatap kami bergantian.

Vick terlihat kaget dan berusaha menutupinya. "Tidak ada. Kau sudah mendapatkan kabar tentang Gerda?"

"Ya. Fitzer melacak keberadaannya yang tak jauh dari sini. Beberapa orang sudah ditugaskan untuk berjaga-jaga di pintu masuk markas."

"Kalau begitu aku akan menyusulnya." Vick menatapku sebentar sebelum akhirnya pergi meninggalkanku. Laki-laki itu pun melakukan hal yang sama, tapi ia pergi berlainan arah dari Vick.

Dan aku mengikutinya. Jangan salahkan aku, tapi bukannya sudah kukatakan bahwa hal-hal yang membosankan selalu terasa mengerikan bagiku?

Aku mencoba untuk melangkah cepat, tapi tidak juga terburu-buru agar bunyi langkah kakiku tidak terdengar kentara. Tapi sedari tadi kuperhatikan, ia sama sekali tidak curiga atau merasa dibuntuti, malah lebih kelihatan seperti menyembunyikan sesuatu. Dan itu membuatku menjadi bersemangat. Mungkin aku bisa menemukan ruangan menakjubkan lain di ruang bawah tanah markas ini.

Semakin jauh aku membuntutinya tanpa disuruh. Ini aneh karena ketika aku bisa memilih menjelajah bebas, tapi lagi-lagi aku malah memutuskan untuk membuntut. Tak tahu akan kemana. Tapi setidaknya, sensasi kali ini berbeda dari sebelumnya. Karena kali ini memang kemauanku sendiri, dan firasatku berkata bahwa laki-laki ini pasti akan menunjukkan sesuatu yang mengagumkan bagiku. Aku jadi tidak sabar untuk melihatnya.

Ia berbelok, aku membuntut. Ia membelokkan diri ke kanan di persimpangan, aku mengikuti. Tapi saat itu pula aku merasa seperti ada yang mengikutiku dari belakang. Sambil berjalan, aku menengok dan terkejut ketika bersipandang dengan Nolan.

Sesegera mungkin aku mempercepat langkah tanpa menoleh lagi. Sial. Aku kepergok. Dan kenapa Nolan tidak berteriak dan langsung mengejarku saja?! Tingkahnya terlalu santai. Ini jelas membuatku curiga. Aaah.

Fokusku tergantikan. Aku tidak peduli lagi pada laki-laki di depanku dan saking cepatnya, kini aku hampir menyusulnya dan jarak kami semakin dekat. Masa bodoh, ketahuan atau tidak, asal jangan sampai Nolan menangkapku.

Di depan ada persimpangan lagi. Laki-laki itu belok ke kanan, dan begitu aku baru saja menyusulnya berbelok, ia sudah menghilang. Hanya ada satu pintu di dekat sini dan aku yakin ia masuk ke dalam sana. Mungkin ruangan itu bisa kujadikan tempat persembunyian sementara dari kejaran Nolan. Satu, dua, tiga, sepuluh langkah, aku memegang gagang pintunya. Saat itu pula Nolan meneriakiku.

"Hey!" seru Nolan, langsung berlari mengejarku.

Aku buru-buru masuk tapi sialnya laki-laki yang kubuntuti tadi sudah berdiri di depanku sebelum sempat aku mencari tempat sembunyi. Aku terkejut bukan main. Sial! Ia sadar aku telah mengikutinya! Bahkan ia membuat umpan untuk memancingku masuk ke sini agar bisa memergokiku! Sementara suara pintu terbuka sudah terdengar dari arah belakang, dan itu artinya aku benar-benar tertangkap basah sekarang. Arghhh!

Laki-laki itu menyapaku. "Mau ke mana, Gadis Kecil?"

Aku mengumpat dalam hati.

"Kau memang mencari masalah, rupanya."

"Hey, Kawan. Kau mengenalnya?"

"Kurasa tidak, Frey. Mungkin kau bisa berkenalan dahulu untuk tahu siapa namanya. Ah, ya. Jangan lupa untuk memberitahuku nanti."

Demi Tuhan, aku ingin sekali merobek mulutnya!

Frey tersenyum miring. "Apa yang kau inginkan?"

"Bukan urusanmu."

"Setelah membuntutiku diam-diam tanpa alasan yang jelas, sekarang kau malah menjawab pertanyaanku dengan kalimat 'bukan urusanmu'? Kau tidak sopan," ucap Frey, santai tapi begitu tajam. Kemudian ia menodongkan moncong senjatanya tepat di depan wajahku. "Apa yang kau inginkan?"

"Sudah kukatakan padamu, apapun yang kuinginkan, itu bukan urusanmu."

Frey tetap diposisinya. "Kau tahu jenis senjata apa yang kugunakan sekarang?"

"Aku tidak peduli."

Tapi Frey juga tidak peduli. "Senapan ini menjadi senjata andalan para anggota Rievvend saat insiden The Destruction of VICTORY terjadi. Jangkauan tembaknya 200 meter dan tingkat akurasinya tinggi. Senjata ini mampu menembakkan 800 butir peluru per menitnya."

Sial. Suara tajamnya menghipnotisku untuk ketakutan. "Senjata yang bagus." Pada akhirnya, aku tetap tidak bisa menyembunyikan nada khawatir di suaraku.

"Aku pernah menggunakannya untuk membunuh lima Flopperrn dalam enam kali tembakan."

"Kurasa itu bukan suatu pencapaian. Tapi harus kuakui, ceritamu cukup menarik."

Frey mendesis. "Kau seharusnya tahu, kami diperintahkan untuk tidak boleh bermain-main dengan senjata."

Di detik selanjutnya, semuanya menjadi gelap.

The Victorious VICTORYWhere stories live. Discover now