*

Di balik pintu, Eugene mendengar semuanya. Ia menarik nafas perlahan sementara tangannya menggenggam berkas dengan erat. Pertemuan ini bisa menghasilkan ratusan juta dollar dan sebagai penasehat sekaligus tangan kanan yang baik seharusnya Eugene menawarkan diri untuk menggantikan Ewan. Namun ia tidak bisa meninggalkan Lidya, Eugene harus kembali ke rumah sakit di Manhattan dan menjaga calon istri atasannya dengan baik.

Tentu saja, Maximillian telah menyiapkan orang untuk menjaga wanita itu. Namun Eugene merasa Lidya merupakan tanggung jawabnya, karena kakak Lidya merupakan istrinya. Istrinya... yang mungkin tidak akan pernah bangun lagi.

Kepala Eugene terasa sakit ketika ia memaksa dirinya untuk terus berpikir keadaan terburuknya. Ia mendesah dan memaksa dirinya membuka pintu kamar Ewan dan berusaha menunjukkan wajah seakan-akan tidak mengetahui masalah apapun.

"Ewan, pesawat kita sudah siap. Kau sudah harus ke bandara sekarang juga." Eugene masuk dengan membawa laporan yang harus di bawa Ewan. Ketika melihat wajah Ewan yang datar, Eugene langsung mendekati Ewan dan menggendong Lucas dari pelukan Ewan. "Aku akan mengurus Luca."

"Aku tidak pergi, Gene. Kau bisa menggantikanku menghadiri pertemuan itu."T

"Kau tidak bisa membatalkannya begitu saja, Ewan."

"Aku tidak pergi." Ewan berusaha meraih Lucas yang di tahan oleh Eugene dengan memundurkan langkahnya. Dengan wajah setengah kesal dan juga sedih yang bercampur aduk, Ewan menggeram. "Aku tidak akan pergi jika Lucas masih menangis. Bagiku perusahaan sialan itu tidak sebanding dengan Lucas."

"Tidak ada yang mengatakan perusahaan itu bisa menggantikan Lucas," sanggah Eugene. Ia lalu menoleh kearah Lucas yang masih berwajah sedih namun sudah berhenti menagis. "Kau akan selalu menjadi yang terdepan, Luca. Always and forever. Do you get it?"

Lucas mengangguk pelan.

"Kalaupun papa pergi, dia akan kembali. Oncle akan memastikan papamu kembali di hadapanmu, Luca. " Eugene mengecup puncak kepala Lucas dan berbisik, "Dan kau akan melihat mama-mu kembali..."

Lucas mengangguk lebih kencang lagi kali ini. Ia menatap Eugene dengan penuh harap, namun ketika hendak mengatakan sesuatu, Eugene langsung meletakkan satu tangan di depan bibirnya dan perlahan berbisik. "This is a big secret... Jadi, apakah kau sekarang sudah tenang, Luca?"

Kali ini Lucas mengangguk lagi dan menoleh kearah Ewan yang kini sudah melepaskan dasinya. Lucas merentangkan tangannya kearah Ewan untuk meminta di gendong, tentu saja Ewan langsung berjalan kearah anak itu dan memeluk puteranya erat. "Papa, maafkan Luca."

"Tidak, Petite. Kau sama sekali tidak bersalah. Papa tidak akan kemana-mana, so don't cry, okay?"

Lucas menggeleng pelan, memeluk leher Ewan lembut. "Papa boleh pergi, dan papa harus membawa mama untukku." Ketika tidak ada jawaban dari Ewan, Lucas melepaskan pelukannya dan memegang wajah Ewan dengan kedua tangan kecilnya. "Papa akan membawa mama pulang, iya kan?"

"Luca, mama—"

"Luca mau mama pulang, papa."

Untuk sesaat Ewan hanya melihat wajah Lucas dan tatapan polos puteranya, menyakitinya. Ia seharusnya berkata sejak awal bahwa Lidya telah meninggal, bahwa mereka tidak akan pernah bisa bertemu dengan Lidya lagi. Tetapi selama ini Ewan diam dan membiarkan Eugene mengambil alih semuanya.

Berbohong hanya untuk menenangkan hati Lucas.

Tapi Ewan tidak bisa berbohong, dan ia juga tidak bisa begitu saja mengatakan kalau Lidya sudah tidak ada. Karena terlalu menyakitkan baginya untuk berkata jujur.

His TemptressTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon