His Temptress | 08

138K 12.8K 673
                                    

Ewan memutar gelas Brandy-nya sementara ia duduk di sofa panjang. Matanya menatap kosong kearah cairan pekat itu tanpa benar-benar meminumnya. Hatinya sangat buruk hari ini, ia bisa saja tersenyum pada semua orang walaupun ia sendiri tahu kalau hal itu hanya sebuah kepalsuan.

Kepalsuan...

Memangnya kapan Ewan pernah benar-benar menjadi dirinya sendiri? Dulu. Ia pernah menjadi dirinya sendiri dulu dan hal itu malah menghancurkannya. Tangan Ewan yang menggenggam gelas Brandy langsung terangkat dan melempar gelas itu ke sembarangan pintu hingga pecah.

Nafasnya memburu. Ewan marah dan merasa benci pada dirinya sendiri. Ia tidak pernah merasa seburuk ini, ia sudah melewati hari-hari buruknya. "Kau tidak pernah seperti ini, Ewan. Apa kau tidak bisa tidur lagi?"

Ewan memutar tubuhnya dan melihat Eugene di seberang ruangan dengan kedua tangan di masukkan kedalam saku. "Itu bukan urusanmu, Gene."

"Memang. Tapi aku khawatir padamu."

Ewan tidak memperdulikannya. Ia hanya mendesah dan mengacak rambutnya hingga berantakan. Ewan bisa mendengar Eugene berjalan kearahnya dan melemparkan seberkas dokumen ke hadapannya. Map biru itu berisi data confidential yang tidak sembarangan orang bisa memegangnya tapi tentu saja Eugene bisa, karena pria itu telah mengabdi kepada Ewan sejak lima tahun yang lalu.

Map itu langsung di lempar oleh Ewan dengan seenaknya, "Aku sedang tidak tertarik membahas masalah itu sekarang, Gene."

"Ingin membahas yang lain?" tanya Eugene.

"Tidak."

"Kau terlihat buruk, Ewan."

Ewan tertawa sinis dan menumpukan tangan di dagunya lalu tersenyum malas kearah Eugene, "Percayalah, ini hanya terlihat 'buruk', aku masih menyimpan ratusan keburukan yang tidak ingin orang lain lihat, Gene. Aku masih berusaha menutupinya."

"Masih tentang dia?"

"Kalau kau membahas dia-"

"Aku akan mendapati keningku memiliki lubang. Fine, aku mengerti dan tidak akan bertanya. Anggap saja aku tidak bertanya apapun barusan!" Eugene mengangkat kedua tangannya ke udara dan terdengar dering ponsel yang berada di atas meja. Lalu menatap kearah Ewan, "Tidak akan mengangkatnya?"

"Dari siapa?"

"Istri Max."

"Abaikan saja. Aku akan menghubunginya nanti." Ewan menuang Brandy ke gelas yang baru dan meneguknya hingga habis, namun deringan itu masih terus berlanjut hingga akhirnya Ewan menghela nafas dan mengangkatnya. "Ya, ada apa wifey?"

Eugene mengangkat alisnya dan tersenyum miring seolah-olah menertawakan atasannya. Setelah memutar bola matanya keudara Eugene memilih keluar dari ruangan meninggalkan Ewan yang masih mengangkat telepon dari istri Max.

°

"Makan malam?" tanya Ewan ketika istri sahabatnya itu tiba-tiba membahas mengenai makan malam. "Aku tidak ingat memiliki janji makan malam denganmu hari ini."

"Kau sudah janji untuk makan malam dengan kami, Ewan. Dan aku menagih janjimu sekarang."

"Sayang, kita baru saja bertemu dua hari yang lalu. Dan tidak seperti biasanya kau mengajakku makan malam bersama?" Ewan mengernyit dan memijit pelipisnya. "Look, aku sedang tidak dalam kondisi bagus untuk makan malam. Malah aku tidak yakin bisa menelan makanan yang sudah susah payah kau buat. Bisa kita undur acara ini jadi minggu depan?"

"Kau sudah berjanji Ewan."

"Iya, dan aku akan menepatinya. Kau tahu sendiri, kalau aku sudah berjanji, aku akan menepatinya." Ewan tersenyum kecil sambil menggoyang-goyangkan gelas Brandy-nya yang baru saja ia isi lagi, "Tapi tidak harus malam ini 'kan?"

His TemptressWhere stories live. Discover now