HIS TEMPTRESS | P R O L O G

434K 15.1K 1K
                                    

"Apa yang mereka pikirkan sehingga berniat menjodohkan seorang Aram, hah?!" Aram Alford membanting botol Jack Daniel-nya dengan sedikit lebih keras. Pria bermata hijau yang sedang duduk tidak jauh dari tempat Gabriel, membuat Ewan tersenyum lebar, tentu saja ia tersenyum bukan karena melihat Aram meminum minuman keras, tetapi karena salah satu sahabatnya itu sangat jarang kehilangan kontrol dirinya-seperti sekarang.

Ewan mendengar Gabriel Montano, yang lebih sering ia panggil Gabe tengah mengeluarkan seringaiannya sebelum berbicara. "Kalau begitu menikah saja, Aram dan masalahmu akan selesai."

Ia bisa mendengar Gabe tersenyum manis, pria berkebangsaan Spanyol itu benar-benar menikmati saat di mana Aram marah dan kehilangan kesabaran seperti sekarang. Mata biru keabu-abuan milik Gabe terus menatap Aram dengan pandangan mengejek, sementara tangan Gabe terus menuang minuman ke dalam gelas.

"Dan keajaiban dunia akan terjadi jika seorang Aram benar-benar menikah, Gabe." Kali ini Ewan tidak bisa menghentikan kebiasaannya untuk mengeluarkan ucapan yang dimaksudkan untuk menjahili teman-temannya.

Ewan memegang tiga botol Jack Daniel yang lain di tangannya, sebagai pemilik Club terbesar yang tersebar di dunia, tempat Ewan merupakan tempat yang tepat bagi ketiga temannya untuk dijadikan tempat berkumpul-seperti sekarang. Ia meletakkan botol Jack Daniel di atas meja setelah mengambilnya dari pelayan yang hendak mengantarkan botol tersebut ke tamu-nya.

Sebenarnya Ewan benci mabuk dan ia hampir tidak pernah mabuk, Ewan yakin mabuk bukanlah pilihan yang baik untuk Aram tetapi seperti pria normal lainnya Ewan dan juga ketiga temannya sangat suka minum. Lagipula satu atau dua botol minuman tidak akan bertahan selama beberapa menit di tengah mereka, sementara malam masih panjang dan Ewan memiliki firasat kalau Aram membutuhkan minuman lebih banyak.

Gabriel terkekeh, "Paling tidak, jika dia menikah... Salah satu dari kami akan terlepas dari tuduhan sebagai partner sejenis-mu, Ewan,"ujar Gabriel, ia menatap kearah Maximillian Rusell seolah meminta persetujuan pada temannya yang sedari tadi hanya diam memperhatikan.

"Katakan sesuatu, Dude. Biasanya kau yang paling bisa menenangkan seorang Aram, bukan?" Ewan menyenggol lengan Max dengan sikunya. "Ayolah, katakan sesuatu yang layak karena kesabaranku untuk tidak menggoda Aram hampir saja habis."

Maximillian mengulas senyum tipis khasnya. Baginya, memiliki teman berisik seperti mereka terlalu merepotkan, tetapi ia juga menyadari bahwa tidak ada hiburan yang lebih menarik dari mendengarkan setiap celotehan ketiga temannya itu. Dan karena itulah, Max lebih memilih untuk memainkan peran sebagai pendengar yang baik.

Melihat gaya tak acuh Max seperti biasa, Ewan langsung memutar bola matanya dan kembali menatap Aram, "Kenapa kau tidak mencoba untuk mengenal gadis itu lebih jauh? Bisa saja gadis itu merupakan tipe yang selama ini kau cari."

Ia tidak benar-benar mengatakan hal itu untuk memberikan saran terbaik yang bisa dilakukannya, tetapi karena Ewan sangat suka menjahili teman-temannya dan kali ini Aram adalah target yang tepat untuk hidangan penutup di malamnya yang membosankan ini.

Tentu saja Aram tahu kalau Ewan tengah menjahilinya, apalagi ketika ia melihat bagaimana cara Ewan menyunggingkan senyumnya dan menaikkan sebelah alisnya. Cukup jelas terlihat bagaimana temannya yang jahil itu tengah menggodanya.

Aram melayangkan tatapan 'aku akan membunuhmu' kepada Ewan. "Brengsek kau! Kenapa tidak kau saja yang menemui gadis itu dan berpura-pura menjadi aku?!"

"Woa... Maaf, my baby boy, aku tidak tertarik. Aku memiliki firasat gadis itu akan menjadi masalah di kemudian hari, bagaimana kalau dia malah jatuh cinta padaku." Ewan tertawa."Mungkin Max bersedia melakukannya, bukan begitu Maxie?"

His TemptressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang