94

44.8K 5.9K 613
                                    

"I will find you in the next life."

-Ewan Marshall Wellington.

Jake Prescott menginginkan puterinya sendiri membencinya. Karena setidaknya inilah yang bisa di lakukannya untuk membuat hati lebih tenang. Karena hanya inilah caranya agar membuat dirinya sedikit termaafkan. Bila ada orang yang bilang mencintai seseorang terasa seperti gunung api yang akan meletus setiap saat, maka bagi Prescott ia tidak merasakannya.

Ia mencintai Jesslyn, dulu.

Jake berpikir bahwa mungkin hanya Jess yang bisa membuatnya luluh, lalu ia bertemu dengan Joccelyn. Wanita lembut yang mencintainya tanpa memintanya untuk melupakan Jess, wanita bodoh yang terus mencintainya dengan membiarkan Jake berpikir ia masih memiliki perasaan pada Jess.

Wanita yang menjadi ibu anaknya dan wanita yang meninggal dengan meninggalkan Jake dengan sejuta rasa bersalah.

Jake mencintai Jess, itu memang benar. Tapi Jake tidak bisa hidup tanpa Joccelyn. Wanita itu adalah dunianya, wanita itu adalah nafasnya. Dan Jake kehilangannya.

Dan untuk pertama kalinya, Jake berhasil membuat Lidya membencinya. Anak satu-satunya yang selalu mampu membuatnya bangga, membencinya. Dengan langkah yang di seret, Jake masuk ke dalam kamar Lidya. Menyalakan lampunya, sembari memasuki kamar bernuansa biru laut itu.

Dindingnya di penuhi dengan foto anak itu dengan Marshall. Beberapa di antaranya bersanding dengan pigura lainnya. Lalu langkah Jake berhenti di meja rias Lidya, di mana terletak satu foto yang sudah usang. Bukan foto Harletta ataupun Marshall Wellington, tetapi dirinya dan Joccelyn bersama dengan anak itu.

Terlihat bahagia, terlihat... begitu hidup.

Perlahan Jake duduk di kursi yang terdapat di depan meja rias, memegang foto tersebut dan mengelusnya berulang kali.

Selama ini Jake salah. Ia membohongi Robert, menyakiti Marshall dan bahkan menyakiti Joccelyn hanya karena ego-nya. Hanya karena Jake tidak bisa menerima bahwa ia telah melupakan Jesslyn dan jatuh cinta pada sosok lembut istrinya yang kuat. Lalu tanpa di sadari Jake, ia meneteskan air mata.

Ia tidak menginginkan akhir ini.

Jake ingin Marshall atau Lidya membunuhnya. Ia begitu merindukan masa lalu, namun Jake tahu kata maaf tidak akan bisa membuat istrinya kembali. Kata maaf tidak akan bisa membuat hubungan Robert kembali seperti dulu, so he move on. Dia terus merusak hingga pada akhirnya ia merusak dirinya sendiri. Tapi ia malah kehilangan puterinya...

Dengan rasa sedih yang tidak di tutupi, Jake menutup wajahnya dan membiarkan air matanya mengalir. Semua sudah terlambat...

*

"Ewan, kau yakin tidak mau mengikuti acara ini?" tanya Simon sambil memakai dasi dan blazernya. Ia menatap Ewan dengan sorot sedih namun berusaha bersikap ceria. "Kau akan bertemu dengannya malam ini, Ewan. Untuk terakhir kalinya."

"Aku tidak akan pergi."

Ewan mengucapkannya tanpa berpikir dua kali. Ia menatap jendela kamar Simon yang memperlihatkan kolam renang dengan tatapan kosong. Satu bulan, ia sudah menghabiskan waktu dengan selama itu untuk menyiksa dirinya sendiri. Untuk membuat skenario seperti yang pernah di lakukan oleh Eugene di masa lalu. Dan seperti ucapan Eugene, ia tidak mampu melakukannya.

Karena Lidya tidak meninggalkannya. Karena pada dasarnya wanita itu tidak benar-benar meninggalkannya. Jadi, bagaimana bisa ia membuat skenario yang bisa membuat wanita itu berada di pihak yang salah?

Tidak lama, Eugene masuk ke dalam kamar Simon sambil membawa nampan berisi kopi. Ia masuk diam-diam dan meletakkan nampan tersebut di meja. "Ewan, sudah saatnya kau kembali ke Perancis. Klub membutuhkanmu, aku yakin."

His TemptressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang