Chapter 14.1 <> Bukan Akhir

4.3K 125 0
                                    

>>🌹🌹🌹 <<

Hueek!!

Ara memegangi perutnya yang terasa sakit dan kram, sejak jam 1 siang tadi hingga jam 3 sore kegiatannya pun tak pernah lepas dari rasa mual. Entah itu dari penciuman nya yang tajam, atau karena bawaan kesal terhadap sang suaminya. Ya begitulah lagi, Rev lagi-lagi pergi tapi kali ini bukan ke luar negeri melainkan ke luar kota, pria tampan itu harus mengecek langsung proyek pembangunan hotelnya yang berada di Bandung.

Dan Ara, ya gadis itu kesal terhadap suaminya bahkan panggilan dari Rev pun terus ia abaikan, entah sekarang ada berapa puluh panggilan yang tertera di ponselnya. Ara melebarkan matanya saat kembali ia merasakan suatu goncangan di dalam perutnya, dan tiba-tiba.

Hueek!

Ara menghela nafasnya lelah, seluruh tenaganya sudah tidak ada lagi, asupan makanan pun hampir seluruhnya ia keluarkan bersama dengan cairan bening yang ia muntahkan.

Saat ini Ara sementara Rev titipkan kepada Mely, ibunya Rev. Dan Ara bingung harus memanggil siapa karena Mely sedang keluar untuk arisan dirumah tetangga sebelah. Menghubungi suaminya, Ara takut akan mengganggu Rev kalau ia menghubungi suaminya itu. Meminta tolong kepada Deny, pria itu sedang ada acara di rumah keluarganya, pembantu dirumah? Ara lagi-lagi tidak mau merepotkan para pembantu dirumah ibu mertuanya itu.

Lalu siapa?

"Ohh aku tahu, Eum dia lagi sibuk tidak ya, coba ku telpon saja lah.." Ara mencari nomor dengan nama seseorang yang ia harapkan kali ini bisa membantunya untuk pergi ke dokter, karena lagi-lagi mual ini kembali dan ia hanya memuntahkan air saja tanpa ada makanan sedikitpun, karena semua makanan telah habis sebelumnya ia muntahkan.

"Halo, Dera tolong bantu aku.." lirih Ara tertahan sambil merintih menahan rasa sakit di perutnya. Sayup - sayup ia masih bisa mendengar suara Dera dari seberang telepon yang memanggilnya beberapa kali, namun rasa sakit itu semakin menguat sehingga saat ia hendak mengeluarkan suaranya pun terasa begitu sakit dan juga gejolak di dalam perutnya yang terus beroperasi.

Dengan tubuhnya yang lemas, seketika gadis itu telah terduduk masih dengan memegangi perutnya, Ara meringis sakit dan menangis, dalam keadaan seperti ini pun ia bahkan menginginkan Rev untuk memeluknya.

"R-Rev, pula-ng.." gumam Ara dengan terisak-isak.

Sedangkan di sebuah Cafe Dera merasa gelisah, karena sedari tadi ia menghubungi Ara, gadis itu tidak sama sekalipun menjawab telponnya. Dera berdecak kesal saat lagi-lagi panggilan nya harus berakhir dengan suara perempuan diseberang telepon yang menyuruhnya untuk meneruskannya dengan pesan suara.

"Ara, apa yang terjadi?" Ucap Dera sembari menatap pada ponselnya, terakhir kali ia mendengar bahwa gadis itu meminta bantuannya, tetapi terasa ada yang aneh dari suaranya yang biasanya ceria, suara Ara seperti seseorang yang tengah menahan kesakitan dan Dera tidak tahu apakah itu.

"Aku ingat, Rev bukannya sedang pergi ke luar kota. Lalu Ara, oh Ya Tuhan, aku harus cepat menghubungi Rev." Dengan cepat Dera segera mencari nomor Rev dan mulai menghubungi nomor pria masa lalunya itu.

Panggilan pertama untung saja segera di jawab oleh pria tersebut.

"Halo, Dera?" Panggil dari suara di seberang telepon.

"Halo Rev, Rev kau bisa lebih cepat pulang, Ara--

"Ara? Ada apa dengan istriku, Dera? Katakan cepat!" Dera sedikit menjauhkan ponselnya dari gendang telinganya saat tiba-tiba Rev bersuara keras di seberang sana.

"Hei! Kau mau aku tuli. Cepatlah pulang, dasar kau suami keterlaluan, istrimu kau tinggalkan sendirian dirumah, sekalian saja kau ceraikan!! Hubungi Ara sesekali, sampai tau dia mau mengangkat telponnya, terakhir kali dia meminta tolong kepadaku, suaranya seperti kesakitan. Cepatlah, Rev cepat!!" Omel Dera dengan kesalnya, ia tidak tahu sampai sangat mengkhawatirkan Ara seperti ini, Dera sangat menyayangi Ara, bahkan ia juga menganggap Ara sebagai adiknya. Semua orang menyayangi gadis penyuka lagu india itu.

"Kau, kenapa kau mengomel balik kepadaku? Dera-- tut

Dera mengumpat kesal sembari memasukkan ponselnya kedalam tasnya, setelah tadi ia mengakhiri panggilannya dengan Rev secara sepihak. Biar sajalah pria itu mengumpat sepuasnya disana, biar dia cepat pulang.

Setelah membereskan laptop dan barang-barang lainnya yang ia gunakan untuk mengecek dokumen, Dera lantas mengambil kembali ponselnya dan mulai menelpon seseorang.

"Sayang, bisa kau jemput aku di Cafe-mu. Aku mau kerumah Ara, bisa mengantarku?" Tanya Dera dan seutas senyum manisnya terbit saat suara berat dari seberang sana yang dengan senang hati akan menjemputnya dan mengantarkan nya kerumah Ara.

"Terimakasih, sayang. Aku mencintaimu." Ucap Dera dan setelah mendapatkan balasan yang sangat manis dari pria itu, ia kemudian memasukkan kembali ponselnya kedalam tas masih bertahan dengan senyum dan rona merah di pipinya.

Ternyata cinta tidak membuatnya selalu terluka, akan masa lalu yang terkadang mengendalikan dirinya untuk kembali memiliki masa itu. Cinta seseorang tiba-tiba datang dengan wajah yang tidak asing lagi, wajah yang juga ada bersama masa lalunya. Indah bukan.

Rev menggeram kesal saat lagi dan lagi panggilan nya itu diabaikan oleh istrinya. Apa Ara sengaja membuatnya seperti orang gila, karena mengkhawatirkan dirinya. Pilihan terakhir Rev, ialah menelpon Mely. Semoga saja ibunya itu kini sedang bersama dengan istrinya.

"Halo, Assalamualaikum nak. Ada apa tiba-tiba menelepon moms?" Kata suara lembut dari seberang sana yang sedikit membuat hati Rev tenang.

"Moms, apa istriku sekarang sedang bersama denganmu?" Tanya Rev langsung, ia tidak mau terus di hantui rasa ketakutan dan cemas terhadap istrinya itu, itu akan mengancam kinerja jantungnya.

"Iya, ini menantu kesayangan moms lagi makan bubur, sayang. Tadi sore Ara pingsan karena kelelahan,"

"Pingsan? Ara sakit moms, moms aku mau bicara dengan istriku, bisakah?" Ujar Rev.

"Ohh iya sayang, ini Ara juga pengen banget denger suara kamu katanya. Ini sayang,"

"Sayang?" Rev tersenyum lega saat mendengar suara halus nan lembut dari istri tercintanya itu. Sejenak Rev terdiam saat tiba-tiba airmatanya menetes di pipinya tanpa diminta.

"Aku akan pulang malam ini, sayang. Tunggu aku ya," ucap Rev dengan penuh cinta.

"Kami akan menunggumu, papa.."












Wessshh baru kali ini, satu anak chapter lebih dari 500k😆.. inih guys, soalnya author lagi semangat2nya mau segera meng-END nih cerita, hehe jahat ya, kan emang😂..
Jadi sekitar 2-3 chapter lagi kita akan say goodbye sama Mr Rev dan Ara ya😉.. jadi yang mau peluk, cium, sayang2  buruan dari sekarang aja soalnya setelah ini pasti di garisin polisi sama si Ara, nggak boleh peluk, cium, sayang2 sama aa-nya dia😁..
Oke-oke, next ya see you again😇. Bye..





🚫🚫 STOP YOU PLAGIAT 🚫🚫
❌❌ DON'T COPY PASTE ❌❌
😈😈 SIN WARNING 😈😈

* 23 April 2019 *
20:04

MY HUSBAND BULE (COMPLETED)Where stories live. Discover now