Chapter 4.1 <> Bekerja Untuk Bule

5.7K 220 1
                                    

>>🌹🌹🌹<<

Tuk! tuk! tuk!

Langkah kaki yang menggema mengarungi keseluruhan lorong bersama pandangan yang meneliti lebih dalam, hingga kedatangan dua orang wanita yang identitas nya sebagai pelayan di mansion megah tersebut.

"Apa Mr sudah bangun?" Tanyanya dengan senyuman manis. Dua orang itu kemudian menggeleng pelan.

Ia menganggukkan kepalanya seraya menarik nafas dan menghembuskan nya.

"Baiklah kalian bisa kembali bekerja. Biar saya yang mengurus Mr." Katanya dan dibalas dengan anggukan kepala oleh pelayan-pelayan itu. Setelah pelayan-pelayan tersebut berlalu ia kemudian kembali melangkahkan kakinya menuju pada sebuah pintu besar yang menjulang tinggi.

Kepalanya masuk meneliti kedalam kamar tersebut hingga ia menemukan apa yang dicarinya, sembari mengatur nafasnya yang mulai beraksi dengan langkah sepelan mungkin ia mendekat pada sebuah ranjang king size yang dilapisi oleh seseorang di atasnya.

"Sssttt.." Pipinya yang seketika merona pias menatap lekat pada wajah yang agung bak bahtera.

"Eeemmmm...."

"Mr. Wake up.." Bisiknya dengan lembut hingga membuat pria tampan yang masih bernafas damai dalam tidurnya itu perlahan membuka kelopak matanya. Menatap senyuman yang berlapis kan lipstik merah anggun dari gadis dihadapannya.

"Dera?"

"Hah!? Mr mimpiin saya," Cukup lama keterdiaman yang mereka ciptakan hingga tiba-tiba sesuatu mengejutkan pria itu dan menjauhkan tubuhnya menatap tajam pada gadis tersebut.

"Ara! Apa yang kau lakukan di kamarku!!?"

30 menit sebelumnya..

"Ibu,," Mely tersenyum seraya bangkit dari duduknya menatap pada Ara yang sudah berdiri dihadapannya.

"Ayo sayang duduk dulu." Ajak Mely dan diikuti oleh Ara. Gadis itu dengan gugup menatap tangannya yang digenggam erat oleh Mely.

"Ada apa bu? Kenapa tiba-tiba ke kantor sepagi ini." Tanyanya.

"Eumm begini Ara..ini tentang Rev," Ia mengernyit dalam saat mendengar nama yang kembali mengingatkan nya pada gerbang kematian saat itu.

"Mr Rev? Ada apa?" Tanyanya lagi.

"Maaf soal kemarin itu banyak melibatkan mu dalam kehidupan Rev. Sebenarnya ada satu alasan kenapa Rev seperti itu, dan juga ia takkan bisa mencintaimu selayaknya seseorang yang dicintai olehnya.."

"It's okay moms," Ara menganggukkan kepalanya menenangkan menunggu Mely kembali menyelesaikan kisahnya.

"Dera. Ia adalah satu-satunya wanita yang bertanggung jawab atas hidup dan mati Rev. Kejadian yang belum lama ini banyak membuat Rev berubah drastis dan sangat sulit untuk disentuh bahkan oleh ibunya sendiri. Rev mengalami trauma karena penghianatan yang Dera lakukan itu sangat berefek fatal terlebih hatinya yang tak bisa mencintai lawan jenisnya lagi, tapi ia juga bukan seorang gay. Beberapa psikiater terbaik dari negara tertentu telah mencoba untuk menyembuhkan nya..namun sia-sia sampai sekarang terkadang jam tidurnya seperti kelelawar." Ara yang mendengarkan penuturan kata dari Mely itupun hanya mampu menutup mulutnya tak percaya.

"Lalu. Maaf, tapi apa hubungannya denganku, bu?" Mely menatap Ara dengan penuh kelembutan yang mendamba wanita itu kemudian mengusap kepalanya yang berbalutkan hijab, mengusap pipi Ara seraya terisak kecil.

"Entah kekuatan darimana yang membuat ibu sangat yakin sama kamu, Ara."

"Maksudnya, bu?"

"Bukan Dera wanita yang menjadi satu-satunya....tapi itu adalah kamu, Ara."

30 menit setelahnya..

"Mr," Gadis itu mencoba untuk menggapai Rev namun sia-sia karena pria itu terus menghindar. Memang benar apa yang dikatakan oleh malaikat mautnya ternyata.

"Huft..please Mr, time is money." Ucap Ara lantas duduk di tepi ranjang seraya menatap pada Rev yang berdiri agak jauh didepannya dengan berbalutkan selimut tebal ditubuhnya.

"Apa yang Mr lakukan?" Tanya Ara dengan melihat Rev yang duduk bersandar pada dinding.

"What you blind?" Muka gadis itu sesaat berubah masam. Siapa yang pantas dikatakan buta kalau diliat kedua matanya sangat normal untuk melihat.

"Susah ngomong sama orang yang lagi sakit hati.."

"Apa kau bilang?" Dengan gaya santai nya ia kemudian bangkit dan berjalan mendekati Rev yang sudah bersiap lagi untuk menghindar.

Tapi sebelum hal itu terjadi lagi dan membuatnya membuang banyak waktu ada baiknya peran yang selama ini di ajarkan oleh sang kakak ia praktekan.

Satu langkah kaki Ara mendekat satu langkah kaki Rev menjauh hingga gadis itu tersenyum puas setelah berhasil membuat Rev terpojok tak berkutik. Gadis itu kemudian mendekat perlahan memeluk tubuh kekarnya, menepuk punggungnya dengan tenang.

"Tenanglah,, aku berada di sisimu." Ia mendongak menatap Rev yang masih diam enggan menatapnya.

"Bersiaplah segera. Aku menunggu diluar." Setelah berkata demikian Ara lalu keluar dari kamar tersebut dan Rev, pria itupun masih terdiam menatap lurus kepergian Ara.

"Apa yang aku lakukan, gadis itu telah menyentuh ku. Aku..tak akan diam."

Selagi menunggu sang Mr bersiap entah bersiap apa di kamarnya, gadis itu menyibukkan diri dengan membersihkan ruangan. Saat ini ia sedang duduk di karpet lantai dengan melepaskan sepatunya lalu kemudian kembali berdiri.

"Rumahmu sepi Mr Rev. Kau membutuhkan seseorang dalam hidupmu," Gumamnya sembari menelusuri sebuah bingkai foto Rev yang bermata dingin. Hingga kedatangan seseorang yang mengejutkan nya bersamaan dengan ucapan yang cukup menggoncang laju reaksi detak jantungnya.

"Tak perlu. Aku tak perlu seseorang dalam hidupku siapapun itu.." Rev mendekat sangat dekat menatap mata Ara yang juga menatapnya.

"..termasuk dirimu, Alfinara Clarissa." Kedua mata gadis itu berkedip-kedip dan menjauhkan tubuhnya dari pria yang hanya tersenyum tipis melihat reaksi gadis tersebut.

"Jadi mulai besok jangan pernah datang lagi ke mansion ku. Apapun alasannya,"

"Aku tak mau.." Rev semakin melebarkan senyum tipisnya melihat keberanian menantang dari gadis itu.

Set!!

"Astagfirullah! Mr...." Rev mengerutkan keningnya saat mendengar kalimat keterkejutan Ara.

"What? As-astah-- apa yang kau ucapkan? Sebuah umpatan untukku." Ara yang berada dalam kukungan lengan besar pria itupun kemudian menggelengkan kepalanya lemah.

"Tidak. Itu sebuah kata mohon ampun pada Allah swt." Rev semakin dalam mengernyit.

"Siapa Allah?" Ara yang merasa bebas setelah Rev menurunkan tangannya namun masih menatap tajam kearahnya. Gadis itu merasa bahagia sesaat keinginan tahuan Rev sangat besar pada Tuhan-Nya. Hingga mereka melupakan hal yang mengerikan sebelumnya.

Ara mengerti dengan perbedaan agama yang mereka miliki namun tidak ada salahnya ia mencoba walau kemungkinan nya nanti hanya sedikit.

"Ia hidup dan mati saya, Mr."

Ara menatap dalam mata hitam pria itu dengan senyum tulusnya.

"Biarkan saya bekerja untuk Mr. Beri saya waktu satu bulan untuk menjaga Mr.." Rev diam masih menatap dingin pada Ara.

"Kalau saya gagal. Saya akan pergi dan tidak akan mengusik hidup Mr lagi,"

"Please let me..berada di sisimu dan menjagamu."

"Begone,"











Yang sabar Ara, sebentar lagi sebentar lagi Mr-mu itu akan mendapatkan hari spesial dalam hidupnya😈😈😈..

❌❌ STOP YOU PLAGIAT ❌❌
🚫🚫 DON'T COPY PASTE 🚫🚫
😈😈 SIN WARNING 😈😈

* 12 Januari 2019 *
21:57

MY HUSBAND BULE (COMPLETED)Where stories live. Discover now