46

7.2K 1.5K 350
                                    

Karakter tambahan:

Karakter tambahan:

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.







































Keesokan paginya, ternyata mereka tidak dibawa menghampiri gedung tempat biasanya mereka bertemu dengan penggemar bodoh mereka.

Pagi ini... perjalanan mereka terasa benar-benar jauh.
































Mungkin sekitar 3 jam, sebelum akhirnya mobil mereka tiba di salah satu pemukiman tanpa jaringan telepon dan internet sama sekali.

.



































Tepat setelah turun dari mobil, udara sejuk segera menyapa mereka dengan begitu lembut. Bunda dan ayah lalu mengajak mereka memasuki sebuah rumah yang tampak begitu luas, kemudian meminta mereka untuk duduk menunggu di sofa.

Namun mereka masih belum dapat menebak tempat apa itu sebenarnya. Di rumah yang luas itu terdapat banyak remaja yang selalu tersenyum tiap kali melewati mereka.

Tapi wajah mereka tampak sangat pucat.

.


































"Diminum dulu," ujar seorang gadis muda sambil menaruh enam gelas minuman yang ia bawa menggunakan nampannya.

Suara gadis itu terdengar begitu lembut, namun seluruh tubuhnya terlihat sangat kurus dan terus bergetar hebat.











Bukan hanya gadis itu.. tetapi semua orang yang ada di sana.

Semuanya tampak aneh.

.





























"Gelangnya udah bisa dilepas," ujar bunda tiba-tiba.

Ah, iya. Noa hampir lupa bahwa di tangannya masih ada gelang yang alarmnya dapat berbunyi jika mereka berani keluar dari rumah tanpa izin bunda dan ayah.

Tapi kenapa gelang tersebut malah dibuka sekarang?














"HP-nya juga," lanjut bunda. "Semuanya dikembaliin ke kita."

Dikembalikan? Apa maksud bunda? Apa ia ingin meninggalkan mereka di sini?
















Setelah menyimpan seluruh gelang dan ponsel mereka ke dalam tas ayah, maka dengan santainya pun bunda dan ayah segera berjalan keluar dari rumah tersebut.

"Bunda mau pergi?" ujar Heejin.




Bunda lalu mengangguk dengan pelan.




"Kita ditinggal di sini dong?" lanjut Heejin lagi.

Dan bunda pun kembali mengangguk-angguk sebelum akhirnya lanjut pergi begitu saja.





















Secepat itu.

Dengan alasan yang entah apa dan pada waktu yang sangat tidak tertebak, kini mereka sudah lepas dari bunda dan ayah. Namun... tempat ini terlalu aneh untuk dapat membuat mereka merasa nyaman.

.


































"Ganti baju di kamar kalian," ucap seorang wanita berseragam hitam yang tiba-tiba datang menghampiri mereka sambil membawa enam pasang pakaian.

Papan nama pada bajunya bertuliskan Kim Jisoo dan sepertinya wanita itu bekerja di tempat ini.

.























Setelah menerima pakaian pemberian Jisoo, mereka lalu diajak menghampiri dua kamar yang ada pada lantai tiga. Kamar pertama untuk Yeji, Siyeon, dan Heejin, sementara kamar kedua untuk Hyunjin, Noa, dan Jinyoung.

Kamar tersebut sangat kecil dan hanya berisi satu tempat tidur dan satu lemari saja.




"Istirahat di sini," ucap Jisoo dengan wajah datarnya lalu beralih pergi begitu saja.

.


































"Kira-kira ini tempat apa, ya?" ujar Heejin cemas.

"Lo liat muka mereka engga?" seru Noa sembari menunjuk ke arah kumpulan remaja seumuran mereka yang sedang berbincang di dekat tangga. "Lo sadar 'kan ekspresi muka mereka datar semua? Kakak yang tadi juga gitu."

"Gue yakin ini bakalan lebih serem dari biasanya," ujar Siyeon sembari menghela napasnya dengan berat.





"....mau coba ngobrol sama mereka?" usul Jinyoung.

Dan satu per satu dari mereka pun setuju untuk coba menghampiri orang-orang itu.

























Satu hal yang baru mereka sadari; semua orang yang ada di sana menggunakan name tag pada baju mereka masing-masing, baik para remaja itu maupun para wanita yang bekerja di sana.























Dan orang pertama yang mereka hampiri adalah seorang gadis bernama Ahra yang sejak tadi hanya duduk diam di lantai sembari menatap kosong ke arah jendela.

"H-Hai?" ujar Yeji pelan. "Lo—"

"Kalian dibuang juga?" seru Ahra tiba-tiba.

"H-Ha?"




Ahra segera tertawa.

"Ck, harusnya kalian jadi anak yang baik."

"Maksud lo apa?" seru Hyunjin bingung.




Ahra terdiam kaku.

Gadis itu dengan tiba-tibanya lalu menoleh ke arah jam tangannya. "24 jam... Sisa 24 jam."




"24 jam apa?" tanya Noa.

"24 jam sebelum sembuh," ucap Ahra. "Kalian juga harus nunggu, kalian harus sabar. Sembuh engga semudah itu."

Omongan Ahra jadi semakin sulit untuk dimengerti.

















"Lo sakit?" ujar Siyeon.

Dan Ahra pun segera menggelengkan kepalanya. "Mereka yang sakit."

Survive | Noa Yeji + 00line ✔️Where stories live. Discover now