32

8K 1.7K 694
                                    

Para wanita dan pria tua itu berkumpul melingkari Noa dan saudara-saudaranya sementara ayah dan bunda kini telah pergi entah kemana.




Mereka semua tersenyum lebar.

Sangat lebar.. hingga menunjukkan gigi-gigi mereka.








Namun, hening. Suasananya benar-benar hening sampai membuat keringat dingin Noa mulai bercucuran.

Sebenarnya apa tujuan mereka datang ke sana?
















"Test, test..."

Suara ayah tiba-tiba terdengar melalui speaker dan segera menarik seluruh pandangan tertuju kepadanya yang sedang berdiri di atas meja sembari berbicara dengan mikrofonnya.





"Mungkin akan lebih baik lagi jika anda dapat mengantri dengan rapi di sebelah kiri," ucap ayah dengan ramah dan orang-orang itu pun kompak segera mengantri di sebelah kiri ruangan tersebut.




"Siniiii kalian di sini," panggil bunda sembari memanggil Noa dan yang lainnya agar duduk pada enam kursi yang telah disediakan di depan meja tempat ayah sedang berdiri.






Mereka pun segera duduk dengan patuh sembari satu per satu orang dari antrian tersebut mulai berjalan menghampiri mereka.













Orang yang pertama adalah wanita dengan usia sekitar 60 tahun yang segera berlari menghampiri Hyunjin.

"Kakak... Kakak hari ini udah makan 'kan?" ujar wanita itu sambil terus mengedipkan kedua matanya.

"U-Udah..." jawab Hyunjin penuh dengan kebingungan.

Kenapa nenek tua itu malah memanggilnya kakak?!















Lalu orang kedua adalah pria dengan usia sekitar 50 tahun yang memilih untuk menghampiri Siyeon.

"Mama hari ini cantik bangetttttt!" seru pria itu dengan gemas. "Mama butuh uang berapa banyak untuk bulan ini?"

"H-Ha?" ujar Siyeon tidak mengerti.

Dan bunda pun dengan cepat segera berlari menghampiri pria tua itu. "Maaf ya, di sini engga boleh bahas soal uang. Kalau mau dikirim langsung kirim aja, kita engga mau nentuin jumlahnya.

"Oheheehehe," tawa pria tua itu sambil balik menoleh ke arah Siyeon. "Yaudah, entar malem aku langsung transfer aja ya, ma?"

"....."

Siyeon benar-benar tidak tau harus memberi jawaban seperti apa.












Sementara itu, orang-orang aneh lainnya juga datang menghampiri Noa, Jinyoung, Heejin, dan Yeji. Mereka semua sama-sama tampak seperti kakek dan nenek namun entah kenapa malah merasa seperti lebih muda dibanding Noa dan yang lainnya.





Jujur saja, Noa benar-benar tidak dapat mengerti.


























"IHH!" teriak Yeji tiba-tiba sebelum akhirnya beralih menendang kakek tua yang ada di hadapannya. "JIJIK TAU?!"

Kakek tua itu lalu bangkit dan segera memeluk perut Yeji sembari menangis dengan keras. "Bundaaaaa...."

"JANGAN SENTUH-SENTUH!" bentak Yeji sambil kembali menendang kakek tua itu lagi. "KALIAN SEMUA KENAPA SIH ANJ—"





Belum sempat Yeji selesai bicara, dengan kasar ayah segera menarik rambut gadis itu agar ikut masuk ke sebuah kamar bersamanya.


















"KAMU ENGGA PUNYA OTAK YA?!" bentak ayah sambil mendorong Yeji ke sudut ruangan. "ENGGA CAPEK CARI MASALAH?!"

"YA MASA AKU DIEM AJA DIPELUK-PELUK KAYAK GITU?!" balas Yeji yang benar-benar sudah begitu kesal.

"Terus? Menurut kamu cuma gara-gara dipeluk doang kamu bisa seenaknya nendang dia?!" seru ayah. "Kamu tau engga dia siapa? Kamu tau engga dia udah ngasih berapa banyak uang buat kita? Emangnya menurut kamu makanan yang ada di rumah kita itu dibeli pakai uang siapa? Uang mereka!"







Yeji benar-benar ingin menangis.

"Kalian gila," ujar gadis itu. "Gue mau pulang!"




"Pulang aja kalau bisa," ucap ayah sambil meraih pisau kecil dari saku celananya.

"Loh... Mau apa?!" seru Yeji cemas.




"Diem!" tegas ayah sebelum akhirnya beralih menggores perut Yeji hingga membentuk angka 1. "Kamu engga mau angka ini nambah 'kan?"

Survive | Noa Yeji + 00line ✔️Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin