18 - Diduain:')

Zacznij od początku
                                    

Oh, Riani yang telfon.

"Kenapa, Ri?"

"Lin, temenin gue belanja yuk. Gue mau nyoba resep baru nih! Tadi gue abis nonton tutorial di youtube." Kata Riani ditelfon dengan suaranya yang terdengar begitu antusias.

"Gue lagi dirumah Jodi, Ri." Balas Alin kemudian ia duduk dikursi depan meja

"Ah elu mah!" Riani langsung mendecak kesal.

"Emang-"

Belum selesai Alin ingin bertanya kenapa Riani tidak meminta ditemani oleh Andri saja, tapi sepupunya disana sudah mematikan telfon mereka terlebih dahulu. Pasti Riani sedang mendumal dirumahnya karena Alin tidak bisa menemaninya belanja ke supermarket.

Ditambah lagi, sudah hampir satu minggu ini mereka belum bertemu karena kesibukan masing-masing dan karena sekarang waktu Alin lebih banyak dihabiskan bersama dengan Jodi.

Semenjak kejadian Alin yang pergi bersama dengan Gilang seharian full sampai-sampai tidak memberi kabar pada Jodi, semenjak itu Jodi jadi sedikit posesif pada Alin. Tapi posesifnya masih dalam batas wajar. Bukan posesif yang dilarang untuk pergi kemanapun.

Sekarang kalau Alin ingin pergi kemanapun, pasti Jodi akan selalu berusaha untuk mengantarnya. Berusaha ya, bukan memaksa.

"Maaf ya Di, gantian dulu charger handphone nya." Ucap Alin didalam hatinya sambil mencabut handphone Jodi untuk digantikan oleh handphonenya kemudian menaruh handphone kekasihnya didalam laci kecil yang berada tepat disamping meja kanannya.

Tapi saat Alin meletakkan handphone Jodi didalam laci, ia juga melihat sebuah handphone berwarna hitam yang sudah terletak didalam sana. Entah sudah berapa lama.

"Ini kan handphone lama Jodi. Bukannya waktu itu katanya hilang?"

Alin mulai bertanya-tanya didalam hatinya sambil terus berpikir kenapa handphone Jodi yang katanya hilang itu tapi ternyata tersimpan rapih didalam laci meja ini. Apa mungkin Jodi sudah membohonginya? Perasaan Alin kok mendadak jadi gaenak ya?

Menunggu dengan hati yang sangat gelisah, Alin disuguhkan oleh walpaper handphone Jodi yang berlatarkan foto dirinya sendiri dan itu membuat Alin tersenyum sedikit tenang. Walau handphone ini tidak dimasukkan sim card oleh Jodi, tapi tetap saja Alin kepo dengan handphone lama kekasihnya yang sudah lama Jodi sembunyikan dari Alin.

Pasti ada something.

Dan Alin langsung tertuju pada akun chat milik Jodi yang bernotif banyak pesan masuk yang belum dibaca. Ada pesan masuk dari teman-temannya Jodi yang rata-rata sudah Alin kenal baru-baru ini semenjak Jodi pulang dari Jogja.

Ada juga pesan dari grup-grup yang dibuat oleh teman-teman kampusnya Jodi dulu. Dari semua pesan chat yang masuk, ada satu pesan chat yang belum dibaca oleh Jodi dan kontak itu sepertinya tidak disimpan oleh Jodi karena hanya tertera nomernya saja. Saat Alin ingin melihat foto profilnya pun tidak bisa, karena handphone Jodi tidak ada sim card nya. Tapi sepertinya sih perempuan.

Saat Alin buka pesan chatnya yang awalnya Alin lihat hanya mengechat Jodi dengan memanggil 'Di?", ternyata sebelumnya perempuan itu sudah mengechat Jodi berulang-ulang kali bahkan sempat menelfon Jodi dan Alin dibuat kaget oleh isi pesan chatnya yang sudah Alin scroll sampai keatas.

"Di?"

"Yang?"

"Kamu marah sama aku?"

Tau gak rasanya kaya gimana pas Alin baca chat paling atas dari perempuan itu? Rasanya sakit. Banget. Rasanya seakan waktu telah berhenti seiring dengan seperti ada tombak yang sudah dilempar dari jarak jauh tapi tertancap tepat dipunggung belakang Alin sampai menembus kedepan dadanya. Pasti tau sakitnya kaya gimana.

Break! (Terimakasih Tuhan, dia begitu indah) Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz