Mendengar seseorang memanggil namanya, Senja mematikan rokoknya lalu menghampiri dirinya. Begitu menyadari sosok yang menemuinya itu tak lain adalah Gandhi, teman masa kecilnya sendiri, Senja termenung memandanginya.

"Ini aku, Gandhi."

Aneh rasanya memperkenalkan dirinya sendiri. Seakan mereka tidak saling mengenal satu sama lain. Sementara Senja hanya bergumam perlahan menanggapi kehadirannya.

"You again."

Sulit bagi Gandhi membaca ekspresi wajahnya. Tidak ada rasa terkejut, senang, sedih, ataupun marah pada dirinya. Ingin rasanya Gandhi memeluknya. Tapi yang bisa dilakukannya hanya tertahan di tempatnya dan berharap supaya gadis itu mengingatnya.

"Ja, kamu nggak inget aku?"

Kali ini Senja tidak menjawabnya.

"Kamu beneran nggak inget siapa aku?" ulang Gandhi masih belum menyerah dengannya.

"What are you doing here?" tanya Senja kemudian.

Gandhi tertegun. Sikap Senja terlalu dingin untuk seseorang yang bertemu dengan sahabat lamanya. Apalagi setelah sekian tahun terpisahkan oleh peristiwa yang bisa dibilang cukup menyedihkan bagi keduanya.

"I'm going to take you home." ujar Gandhi pada akhirnya, menjawab Senja dengan bahasa yang sama sekaligus menyampaikan tujuan awalnya.

Senja tersenyum meremehkannya, "You're funny."

Gandhi tercengang. Apakah Senja baru saja menertawakannya?

"Ja, aku sudah mencari kamu kemana-mana. Aku nggak menyangka kalau aku akan menemukan kamu di sini. Tapi itu nggak penting, karena aku akan bawa kamu pergi dari sini."

Tawa Senja terdengar semakin keras. "Senja, aku serius." Gandhi mulai berkata gusar, tidak mengerti mengapa Senja menertawakannya. "Ja please, listen to me. You saved my life once. Now, let me save you. You just need to trust me, okay?" ulang Gandhi lagi.

Suara Senja mendesah, kali ini mengeluarkan kalimat cukup panjang yang terdengar di sela-sela tawanya.

"Stop saying that you're going to save me. Some people doesn't need to be saved. Let me tell you this... whoever you are looking for, she's gone. Just go. It's useless."

Gandhi tak menyangka akan menerima penolakan yang sedemikian kerasnya darinya. Secara tidak langsung Senja memang mengakui kalau ia adalah sahabat masa kecilnya yang dicarinya sejak lama. Tapi Gandhi tidak yakin apakah ia benar-benar mengenal sosok sahabatnya itu sekarang.

How can be a person who once be filled with life, turns out to be like this?

"Enggak, aku nggak akan pergi tanpa kamu." kata Gandhi masih bersikeras.

Menyadari lelaki yang ada di hadapannya ini tidak akan pergi sebelum mendapatkan apa yang ia inginkan, Senja pun menghela napas malas. Kalau begitu tidak ada cara lain untuk membuatnya bungkam dan meninggalkan tempat ini.

"Okay then. Scr*w this, let's just get over it."

"Apa?"

Gandhi tidak mengerti apa maksud Senja berkata demikian. Tapi belum sempat Gandhi membuka mulutnya lagi, tiba-tiba saja Senja sudah duduk di pangkuannya dan merengkuh dirinya.

Agaknya Gandhi lupa kalau Senja yang ada di hadapannya kini bukan lagi remaja polos yang tidak tahu apa-apa. Melainkan telah berubah menjadi seorang gadis penghibur yang dipekerjakan untuk melayani lelaki seperti dirinya.

"Ja, kamu ngapain?! Stop!"

Senja mungkin salah paham. Gandhi mengunjunginya bukan untuk dihibur olehnya. Ia hanya ingin bicara dengannya sebelum mengajaknya pulang. Tanpa sadar Gandhi mendorong tubuh Senja menjauh dengan keras, sampai gadis itu berjingkat menarik diri darinya.

"What the hell?" Senja kelihatan sedikit tersinggung dengan perbuatannya.

Jantung Gandhi berdegup kencang dengan cara yang membuatnya tidak nyaman. Ia masih terkejut dan bingung dengan apa yang baru saja Senja perbuat padanya.

"If you're not going to touch me, leave." usir Senja kemudian dengan nada tidak senang.

Bersamaan dengan itu, Pak Mario muncul dari balik pintu memberi isyarat pada Gandhi jika urusannya telah selesai. Ya, pak Mario sudah membereskan negosiasinya dengan para mafia yang menaungi Senja dengan memberikan sejumlah uang yang cukup besar sehingga mereka mau membebaskannya.

"No."

Menangkap isyarat dari pak Mario, Gandhi pun menggelengkan kepala dan bersikap tegas terhadap Senja. "I'm not going anywhere and you're going home, with me."

***

Reverse (Every scar has a story)Where stories live. Discover now