A Rainbow

2.9K 557 25
                                    

"Just take my affection and my love

Йой! Нажаль, це зображення не відповідає нашим правилам. Щоб продовжити публікацію, будь ласка, видаліть його або завантажте інше.

"Just take my affection and my love."

•••

Mingyu mempercepat gerak kakinya. Kenapa di saat seperti ini jarak rumahmu terasa begitu jauh? Dirinya terus berlari tanpa henti, mengabaikan rutukan serta sumpah serapah beberapa orang yang ditabraknya saat berlari. Di pikirannya hanya ada satu hal, dirimu. Sebenarnya apa yang sudah dia lakukan? Untuk pertama kalinya, Mingyu membenci dirinya sendiri.

Peluh mengucur deras, deru napasnya begitu memburu dan berantakan. Tangannya terulur guna membuka gerbang dan melangkah lebih jauh untuk sampai di depan pintu rumahmu. Dia mengetuk pintu kayu di hadapannya beberapa kali sebelum derap kaki terdengar dari balik pintu.

"Siapa—"

Kamu menghela napas, berniat menutup pintu kembali ketika Mingyu menahan pergerakanmu. Wajahnya pucat karena terlalu lama berlari, bibirnya bergetar halus. Kamu bertanya-tanya, apa yang sebenarnya dilakukan Mingyu hingga berkeringat seperti ini?

"Aku—hhh, ingin membicarakan—hh—sesuatu," ujarnya terbata. Setelah terdiam selama beberapa saat, kamu akhirnya mengizinkan Mingyu masuk ke dalam rumahmu dan menyuruhnya duduk di ruang tengah selagi kamu membuat minuman.

Kamu kembali dengan secangkir teh melati dan segelas air putih. Ekspresimu datar, Mingyu tahu kamu menutupi segalanya. Dan dia merasa jantungnya teremas dengan kuat kala tatapanmu terlihat begitu hampa begitu kamu duduk di hadapannya sembari berpangku tangan.

"Minum lalu bicara."

Mingyu menurutinya. Dia meraih segelas air putih lalu meneguknya beberapa kali. Dia tidak meletakkan gelas tersebut, hanya menggengganya erat sembari menundukkan kepala.

"Aku bertemu Seungcheol kemarin," ujarnya memulai percakapan, "kami menyempatkan diri untuk berbincang selama beberapa saat."

Kamu meliriknya sekilas sebelum menatap kosong pada secangkir teh yang uapnya masih mengepul. Entah, kamu hanya tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Jadi kamu membiarkan Mingyu bicara tanpa memberi tanggapan.

"Aku—maaf..."

"Maaf?" Kamu tergelak pelan, "karena telah membuangku?"

"Aku tidak membuangmu."

"Lantas?" bibirmu mengulas sebuah senyum samar yang terligat begitu pedih di mata Mingyu, betapa kamu mencoba terlihat baik-baik saja sangat menampar batin dan pikirannya, "Mingyu, kita sudah selesai."

"Tidak. Ini salahku, seharusnya aku mendengarkanmu bukan ego-ku. Seungcheol sudah menjelaskan semuanya. Maafkan aku, (Y/n)..."

Flashback

"Ya. Ayo kembali, Seungcheol."

Seungcheol baru saja akan mengeluarkan suaranya sebelum kamu tersenyum kian lebar dan berujar ;

"Ayo kembali ke masa dimana aku dan kamu adalah seorang teman. Yang saling berbagi kebahagiaan juga suka dan duka. Ayo kembali menjadi dua orang yang saling melindungi tanpa status yang lebih dari teman. Karena aku, sudah mencintai orang lain. Pemuda yang datang di saat kamu memutuskan pergi, pemuda yang menerimaku tanpa melihat cela yang kupunya. Seungcheol, aku mencintai Mingyu."

Pemuda Choi itu tersenyum getir. Dia tahu, inilah akhirnya. Titik dimana kamu akan menemukan seseorang yang benar-benar kamu cintai dan juga balik mencintaimu sama besarnya. Seungcheol tahu dia kalah telak. Ketika kamu mengatakan mencintai seseorang, maka ucapan itu mutlak. Tidak akan goyah dalam kondisi seburuk apapun.

"Benarkah? Bagaimana rupa-nya? Apa dia pemuda yang baik?"

Kamu mengangguk saat Seungcheol bertanya dengan nada yang ingin tahu yang begitu tinggi namun terkesan lembut. Saat itu kamu menceritakan segalanya tentang Mingyu, kamu juga memperlihatkan foto pemuda Kim itu pada Seungcheol.

End of Flashback

"Apa yang kamu inginkan? Maaf dariku? Kalau begitu, aku memaafkanmu. Sekarang pergilah."

Kamu beranjak dari posisimu sebelum melenggang ke dalam kamar. Namun belum sempat kamu melangkah lebih jauh, Mingyu sudah lebih dulu meletakkan gelas yang digenggamnya dan memeluk tubuhmu erat dari belakang. Pemuda itu menyandarkan keningnya di bahumu yang terbalut kaus panjang sesekali mengecupinya lembut.

"Dapatkah kamu memberiku kesempatan? Aku berjanji ini terakhir kalinya aku membuatmu marah dan kecewa. Demi Tuhan, (Y/n), aku tidak merasa benar-benar hidup saat kamu jauh dariku seperti beberapa hari yang lalu," bisik Mingyu parau. Pelukannya kian erat bersamaan dengan isak tangis darinya yang terdengar begitu halus.

"Kamu ingin kembali?" tanyamu pelan membuat Mingyu mengangguk cepat, "untuk membuangku lagi?"

Mingyu melepas pelukannya dan memutar tubuhmu untuk menghadapnya, tangannya menangkup wajahmu kemudian menubrukkan material lembutnya padamu. Melumatnya lembut dan berantakan karena bibirnya bergetar.

"Bunuh aku jika aku melepasmu lagi," ujarnya sembari menempelkan kening kalian berdua. Masih menangkup wajahmu dengan gerakan ibu jarinya yang membelai pipimu lembut.

"Bagaimana jika aku menolak?"

"Aku akan berusaha semampuku. Membuatmu kembali percaya padaku, mencintaiku, dan kembali ke pelukanku. Kini biarkan Canopus yang bermain peran, tugasmu hanya menerima cintaku, perhatianku, dan tentukan. Kamu akan kembali padaku—atau tidak."

Kala itu kamu tidak menolak saat Mingyu kembali melumat bibirmu penuh rindu. Sebuah senyum terlukis kala Mingyu merasakan balasan pada ciuman kali ini, satu hal yang pasti.

Kamu masih menginginkan Mingyu sama besarnya.

- Canopus -

Constellation Series - January 2019


[Constellation Series] | Canopus - Mingyu VersionWhere stories live. Discover now