Dark Blue Mug

3K 600 27
                                    

"Wanna know something?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Wanna know something?"

•••

Setelah mengatakan sesuatu yang tidak terduga pada Mingyu—tentang Canopus—kamu tidak menyangka jika pemuda Kim itu masih sudi untuk dekat denganmu. Kamu pikir dia akan menjauh karena ucapan singkatmu yang tidak masuk akal. Tapi nyatanya, pemuda itu berada di sisimu saat ini. Sibuk dengan buku sketsa di tangannya dan pensil yang sejak tadi menari di atas kertas tanpa henti, mengabaikan kamu yang tersenyum tipis sembari mengetik sesuatu di laptop kesayanganmu.

Kamu dan Mingyu bertukar nomor telepon setelah kamu menghabiskan jus raspberry milikmu. Dan sejak saat itu, kalian beberapa kali berbalas pesan singkat.

"Dingin?"

Kamu menoleh saat Mingyu mendekatkan wajahnya ke arahmu. Pipimu memerah dengan cepat, rasanya seperti terbakar. Baiklah, sepertinya itu berlebihan.

"Kamu bertanya padaku, Gyu?"

Mingyu mendengus. "Tentu saja, cantik. Menurutmu aku bertanya pada siapa? Lampu taman?"

Kamu tertawa pelan sebelum menggelengkan kepala. "Tidak. Mantelmu saja membungkus tubuhku seperti ini, aku mendapat perlindungan ekstra. Kamu sendiri bagaimana? Dingin ya?"

Pemuda itu memang memberikan mantelnya saat kalian sampai di taman malam ini. Ya, dia mengajakmu keluar pukul 9 malam--di saat kamu sedang asyik dengan rentetan kata di otakmu yang menuntut untuk segera diketik di laptop kesayanganmu. Jadilah kamu menyanggupi ajakannya dengan membawa laptopmu.

"Tidak," jawab Mingyu pelan. Dia meregangkan tubuhnya sebentar sebelum bersandar pada sandaran kursi taman dan memejamkan mata. "Di dekatmu aku merasa hangat."

Pipimu kembali memerah tanpa Mingyu ketahui. Decakan meluncur bebas dari bibirmu, mencoba mengalihkan rasa malu yang cukup besar.

"Ini sudah terlalu malam untuk menerima sebuah rayuan darimu, Tuan Kim."

Mingyu tertawa, menolehkan kepalanya ke arahmu dan membuka kelopak matanya. "Aku tidak sedang merayu. Tapi jika kamu merasa demikian, yah, aku tidak bisa membantah."

"Menyebalkan."

Iris mata kesukaanmu itu melirik ke layar yang masih menyala dengan beberapa deret kata di sana. Mingyu membenarkan posisi duduknya, mencondongkan tubuh tegapnya lebih dekat padamu sebelum bertanya, "sejak tadi menulis apa, sih?"

Kamu buru-buru menutup layar laptopmu, membuat Mingyu mengeryit dan berdecak kesal. Sebelum pemuda itu kembali bicara, kamu sudah lebih dulu menangkupkan kedua tanganmu di wajahnya. Mingyu mengerjap pelan, bingung dengan perasaannya sendiri. Yang mana, saat ini, jantung Mingyu berdetak dua kali lebih cepat, dan ada sebuah perasaan yang meledak-ledak di dadanya. Perasaan senang yang membuncah. Meluap tanpa tahu batas. Hanya karena sebuah sentuhan tangan darimu.

[Constellation Series] | Canopus - Mingyu VersionWhere stories live. Discover now