Regards

357 85 3
                                    

"Thank you

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Thank you..."

•••

Adalah keputusan tepat, ketika mengingat bahwa hatimu menginginkan Mingyu kembali. Ia benar kembali dengan seluruh cinta juga warna yang selalu kamu tunggu, ada ledakan kecil di dadamu setiap harinya karena pria itu. Mingyu tak henti menghujani setiap detikmu dengan kasih sayangnya yang entah seberapa banyak itu, tapi satu hal yang kamu yakini, kamu tidak bosan dengan banyaknya cinta itu. Entah seribu tahun lagi, jikalau pun kamu bosan, maka kamu akan mencari cara untuk kembali.

Seandainya kamu tahu, bahwa Mingyu selalu bersyukur setiap malam ketika ia hendak terlelap. Bibirnya tidak pernah absen mengucap puluhan puji pada Tuhan karena kamu menerimanya kembali, seluruhnyaㅡbaik dan buruknya.

"Darl, lihat bubuk cokelat yang baru kubeli?" tanya Mingyu saat tangannya sibuk mengacak kabinet dinding di dapur. Otaknya terus memutar reka ulang adegan saat ia kembali dari toko yang menjual bahan-bahan kue.

Kamu mendengus pelan dari ruang tamu. "Sudah coba periksa kulkas?"

"Tidak mungkin bubuk itu kumasukkanㅡ"

"Periksa saja, cerewet," kamu memotong dengan cepat dan tajam.

Tanpa membalas ucapanmu, pria itu bergeser ke arah lemari pendingin. Ketika pintunya terbuka lebar, matanya langsung menemukan bubuk cokelat yang sejak tadi ia cari. Aneh, seingatnya ia tidak pernahㅡ

"Berhenti berpikir bahwa kamu tidak meletakkannya di sana, saat kamu dengan sadar meletakkan kotak itu bersama susu."

ㅡah, jadi ini murni kecerobohannya...

"Dipahami, Permaisuri. Maafkan hamba yang ceroboh dan pelupa," sahut Mingyu diselingi senyum geli.

Pria itu dapat mendengarmu mencibir dengan mengatakan, "Maaf diterima, Pelayan."

Lantas Mingyu kembali pada kegiatannya membuat panekuk dengan saus cokelat. Ia membutuhkan waktu selama dua puluh tiga menit untuk menyajikan dua piring panekuk di atas meja bar. Pria itu kini melangkah menuju ruang tamu setelah mencuci tangan.

Mingyu tersenyum saat kamu bergelung malas di atas sofa dengan ponsel di tangan. Sambil menyeka tangannya dengan tisu yang ia raih dari atas meja, kekasihmu duduk di atas karpet dekat kepalamu.

"Menonton sesuatu?" tanya Mingyu, jemarinya kini singgah di dahimu lalu memberikan sentuhan ringan di sana.

"Hm-m," kamu menjawab dengan gumaman. Matamu melirik Mingyu yang tersenyum tipis, "Sudah selesai mengacak-acak dapurku?"

"Kamu mungkin perlu menyebutnya dapur 'kita'," sahut Mingyu.

"Maka kamu harus menjadi suamiku kalau begitu."

"Bisa kita lakukan sekarang?" Mingyu terlihat antusias entah karena apa dan kamu bisa merasakan aliran darahmu sendiri. Jantungmu berdegup kian gila saat Mingyu menyapukan ujung jemarinya pada pipimu.

"Apa?" tanyamu, berbisik.

"Menikah. Membuat lebih banyak memori menyenangkan, bersedia?"

Kamu tertawa, menghilangkan gugup yang sudah sejak tadi hadir. "Apa yang akan kamu berikan, Canopus?"

"Pengalaman baru yang tidak akan kamu temukan di manapun. Mungkin, kamu akan menangis, atau banyak tertawa. Kita mungkin akan saling memunggungi sesaat di masa depan, tapi aku akan tetap di sana. Di tempat dimana kamu dapat menemukanku saat kamu membuka mata."

Mungkin kamu termakan rayuan Mingyu, atau kamu terbuai dengan seluruh janjinya yang ia jabarkan. Mungkin saja kamu menyukai kata-kata manisnya sehingga kini kamu menangis, atau mungkin, kamu begitu mencintainya.

"Bukankah ini terdengar begitu menggelikan?" tanyamu, nyaris terisak.

Pria itu tertawa. "Ini keren, dan menegangkan. Setidaknya untukku. Aku harap aku bisa memberikan ajakan menikah yang lebih baik."

"Tidak, maksudku, uh... Ini baik, dan cantik..." kamu terbata dalam setiap hela napas, dan Mingyu memakluminya. Dengan satu gerakan cepat, bibirnya sudah mendarat di keningmu dengan lembut hingga kelopak matamu memejam erat.

"Ya, ini baik. Jadi, apakah aku mendapatkan jawaban baik juga?"

Ini adalah keputusan besar, dan kamu tidak akan melepaskannya begitu saja. Maka kamu mengangguk, bersamaan dengan tubuhmu yang bergerak menerjang tubuh Mingyu. Telinganya menangkap isakan kecil yang lolos dari bibirmu, ia tidak bisa tidak tertawa. Telapak tangannya yang besar dan hangat menepuk punggungmu seirama dengan detakan jantungnya.

"Terima kasih," bisik Mingyu cepat. Bibirnya menggesek daun telingamu dengan ringan. "Aku harap kita bisa bersinar bersama..."

Padanan kata-nya aneh, namun kamu menyukainya hingga bibirmu hanya mampu memberikan kecupan seringan sayap kupu-kupu di lehernya sebagai balasan bahwa kamu berharap seperti apa yang ia harapkan.

Mungkin, setelah ini kamu akan menulis buku tentangnya. Entah akan jadi berapa banyak bagian dalam buku itu, kamu tidak peduli. Dunia harus tahu bahwa Mingyu, adalah seorang bintang yang bersinar tak kalah indah dari Sirius.

Juga, bintang yang bersinar itu mencintai dirimu sama besarnya seperti kamu mencintainya.

- Selesai -

Note :

Satu-satu aku selesain ceritanya. Terima kasih sudah mmapir di semesta ini, ya. Jangan kapok, nanti aku ajak keliling semesta yang lain!<3

- Canopus -

Constellation Series - January 2019

Constellation Series - January 2019

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
[Constellation Series] | Canopus - Mingyu VersionWhere stories live. Discover now