Chapter 30 ( Part 1 )

Comenzar desde el principio
                                    

"Lu kalau ngomong.. Astaga mulut ini SUKA BENER.." sahut Ricky.

"Pak Hendra.. Ayla, saya memohon dengan sangat untuk tidak melaporkan kejadian ini dengan Om Syarief dan Tante Rani.."

"Tapi kenapa Mas Ricky?" tanya Pak Hendra bingung.

"Kita belum tau kondisi Ali bagaimana, dan saya janji akan menceritakan semuanya pada kalian berdua jika kita sudah tau kondisi Ali seperti apa.." Ricky mencoba memberikan penjelasan kepada Pak Hendra dan Ayla.

Hampir 30 menit, mereka berlima menunggu pemeriksaan bagaimana kondisi Ali sekarang. Prilly sudah mulai tenang, walaupun sesekali sisa tangis masih terdengar dari bibirnya. Ricky dan Razzi, dua orang terdekat Ali telihat cukup tenang namun siapa tahu bahwa sebenarnya didalam hati mereka berdua ada rasa khawatir yang begitu besar melebihi Prilly, Pak Hendra maupun Ayla. Mereka berdua harus terlihat tenang seolah semua baik-baik saja agar orang disekitar yang sayang dengan Ali tidak panik dengan kondisinya. Tidak lama, dokter dan beberapa perawat keluar dari ruang IGD sambil membawa Ali yang tergeletak lemas di brankar rumah sakit dengan bantuan alat pernapasan yang menempel di hidungnya. Ternyata Ali dibawa kedalam ruang VVIP yang sudah disiapkan oleh pihak rumah sakit karena melihat kondisi Ali belum stabil.

"Bagaimana Dokter?" tanya Ricky dan Razzi saat mereka sudah berada didepan kamar Ali.

"Kondisi Ali sangatlah buruk.. Tadi kita sempat kehilangan detak jantungnya, tapi kita bersyukur Ali bisa diselamatkan. Berarti keingingan Ia untuk hidup masih besar," jelas Dokter itu kepada Ricky dan Razzi. Prilly, Pak Hendra, dan Ayla sedang melihat Ali dipasang banyak alat medis yang mereka tidak mengerti. Banyak sekali pertanyaan yang bermunculan di otak Prilly, tapi Ia takut bertanya kepada Ricky maupun Razzi.

Saat berbalik badan, Prilly seperti mengenali sosok Dokter yang sedang berbicara dengan Ricky dan juga Razzi. Prilly pun mulai mendekat untuk memastikan apa yang Ia curigai benar atau salah.

"Om Adit?" merasa ada yang menyebut namanya Dokter itu pun menoleh kearah sumber suara.

"Illy?? Kamu kenapa ada disini?" Dokter yang menangani Ali di IGD ialah Dokter Aditya.

"Prill? Kamu kenal sama Dokter Aditya?" Ricky dan Razzi bingung bagaimana bisa Prilly kenal dengan Dokter Pribadi Ali.

"Prilly ini keponakan saya, Ky.. Dia anak dari Kakak saya.." sahut Dokter Aditya.

"Astaga.. Dunia sempit banget ya," sahut Razzi.

"Om Adit.. Itu yang tadi menangani Kak Ali di IGD kan?" Dokter Aditya menggangguk sebagai jawaban dari pertanyaan keponakannya itu.

"Om Adit kerja dirumah sakit ini bukan sebagai Dokter umum kan?? Tapi, Om Adit bekerja disini sebagai.." belum selesai Prilly berbicara ada seorang perawat yang menghampiri Dokter Aditya unruk memberikan hasil pemeriksaan Ali.

"Ricky.. Razzi, lebih baik kalian yang menjelaskan kedua orang ini bagaimana keadaan Ali sekarang. Saya sendiri yang akan menjelaskan semuanya ke Prilly," Dokter Aditya membawa Prilly ke ruangan Pribadinya. Mungkin ini memang saatnya untuk Dokter Adit menjelaskan semua yang di alami oleh Ali ke Prilly.

"Duduk dulu, Prill.. Biar Om ambilkan kamu minum," Prilly duduk di sofa yang ada diruangan tersebut sambil menunggu Dokter Adit mengambilkan minum untuknya.

"Ini diminum dulu Hot Chocolate-nya.. Biar kamu lebih tenang,"

"Sekarang Om jelasin semuanya sama aku, jangan ada yang ditutupi lagi.." Prilly sudah tidak sabar untuk mendengar penjelasan dari Aditya.

"Kamu ingat? Beberapa bulan yang lalu Om pernah cerita ke kamu tentang seorang pemuda sudah menderita penyakit serius?" Prilly hanya mengangguk dengan polosnya. Tetapi, sesaat kemudian otaknya mencerna apa yang dikatakan oleh Pamannya itu.

The Most Beautiful AngelDonde viven las historias. Descúbrelo ahora