[40] : Bangkitnya Lucifer

3.5K 764 21
                                    

Philip mengambil satu langkah maju, kalau ada yang harus disalahkan di sini sudah pasti itu adalah dia. Benar, semua bermula dari keturunan nya, dari anak nya. Dari dirinya yang tidak ingin siapapun mengetahui bahwa anaknya sudah melanggar peraturan paling suci di kastil ini. Dia mengetahui semua nya, meski terlambat. Tentang Troy yang memiliki keturunan darah campuran, tentang Draco dan dendamnya. Tentang Cedrik, yang kemudian melanjutkan pembalasan dendam itu.

Tapi, dia juga tidak bisa berbuat apa-apa ketika mengetahuinya. Lagi-lagi karena dia tidak ingin siapapun mengetahui kesalahan dari garis keturunan nya, karena Philip adalah orang yang paling menjunjung tinggi peraturan di Vlad, apa jadinya kalau mereka semua tahu keturunan nya lah yang menjadi awal dari ramalan itu?

"Aku tahu, ini semua karena salah ku, Cedrik." Bagaimana Philip berbicara begitu halus pada Cedrik membuat mereka bisa melihat bahwa pria itu benar-benar seperti sedang berbicara dengan cucu nya, sangat penuh kelembutan dengan sorot mata yang sendu. "Aku tahu kau kecewa padaku, aku minta maaf karena sudah menelantarkan mu dan ayahmu."

Cedrik mendengkus, tertawa sumbang kemudian menatap Philip dengan penuh kesedihan di mata nya. "Apa kau pikir maafmu akan membuat dendam ini hilang, kakek?" tanya nya. "Apa kau pikir kata-kata seperti itu akan menghentikan ku untuk membangkitkan Lucifer?" tanya Cedrik sembari melirik pada peti batu tempat Lucifer bersemayam.

"Kau tidak tahu apa yang akan kau bangkitkan, Cedrik. Dia tidak seharusnya kembali hidup lagi!" Philip sesunguhnya tak ingin berdebat lagi, dia hanya ingin memperbaiki hubungan nya dengan Cedrik. Membuat lelaki itu mengerti bahwa apa yang dilakukan nya sekarang tidak lah benar.

"Cedrik, hentikan kebodohanmu sekarang juga!" bentak Benjamin, tangan nya mengepal, hati nya diliputi kekesalan melihat Cedrik akan melakukan hal yang mungkin nanti akan disesali oleh Cedrik. Bagaimana pun liciknya lelaki itu, Benjamin tetap menganggap Cedrik sebagai teman nya sendiri. Teman lama yang dia kenal sedari dulu, Cedrik yang dia kenal baik dan senang menolong. Bukan Cedrik dengan segala kelicikan dan dendam yang menguasai dirinya.

"Ada ucapan terakhir, sebelum kalian semua mati hari ini?" tanya Cedrik tak menghiraukan perkataan Philip dan Benjamin, kemudian sedikit menyeret River untuk lebih dekat pada patung batu.

"Cedrik hentikan!"

Yang bisa mereka lakukan hanyalah berteriak, meminta Cedirk menghentikan pergerakan nya mengayunkan pedang maut ketiga. Tetapi sebelum mereka berhasil menggagalkan nya kali ini, Cedrik sudah lebih dulu menggoreskan mata pedang pada telapak tangan River. River merintih, rasa nya perih, darah segar keluar dari luka goresan pedang maut. Sedikit memaksa Cedrik mengepalkan tangan River membuat pemuda itu meringis nyeri, dan dua tetes darah River menetes tepat pada wajah Lucifer. Cedrik mendorong River mundur, menunggu apa yang selanjutnya akan terjadi.

Yang lain berharap bahwa ramalan itu salah, mereka berharap Cedrik akan gagal. Mereka berharap kegelapan itu tidak akan bangun kembali. Tetapi, saat peti batu itu mengeluarkan cahaya kuning keemasan, mereka tahu, mereka akan tamat hari ini.

Mereka bisa mendengar suara tawa Cedrik, Vernon dan Dexter saat cahaya itu semakin membesar, mereka bisa mendengar suara gemuruh petir yang berasal dari luar. Dan kemudian, cahaya terang itu berubah menjadi asap hitam pekat yang membumbung tinggi. Asap nya menyebar, memenuhi ruang bawah tanah itu. Mereka tak bisa melihat dengan jelas.

Tetapi, saat asap hitam itu perlahan memudar mereka dengan jelas bisa melihat sosok itu melayang keluar dari peti batu. mata merah darah nya menatap nyalang pada mereka semua. Bahkan, hanya dengan melihat sosok nya saja, mereka bisa merasakan aura gelap yang pekat menyelubungi Count Lucifer yang berhasil Cedrik bangkitkan.

"Lucifer yang agung." Cedrik, serta Vernon berlutut kemudian membungkuk pada tubuh Lucifer yang perlahan-lahan menginjak tanah.

"Ayah.." Dexter, dengan perasaan senang yang membuncah menyunggingkan senyum bersorak dalam hati merayakan kemenangan nya membangkitkan kembali ayahnya yang sudah ratusan tahun berada dalam tidur panjangnya.

Lucifer, menatap kedua orang yang tengah berlutut serta pada Dexter yang senyum nya merekah. Dia meregangkan otot lehernya, seolah merasakan pegal di sana karena terlalu lama terlelap.

"Kami senang bisa mengakhiri tidur panjang anda, Tuan." Cedrik membungkukan badan menaruh hormat pada Lucifer. "Saya, Cedrik keturunan dari Troy Vladimir akan menjadi pengikut setia anda."

Lucifer menyunggingkan senyum, kemudian menolehkan kepala kepada mereka di sudut lain yang berwajah tegang. Kemudian tawa nya menggema, tawa yang besar dan dalam. "Yang membangkun aku dari tidur panjang ini ternyata keturunan saudaraku?" tanya nya. "Kau sudah memilih pilihan yang tepat keturanan Vladimir. Aku akan memberi kalian kekuasaan di dunia ini." Lucifer merentangkan tangan nya lebar-lebar kemudian kembali memberi pandangan tajam kembali.

"Sekarang, giliran aku membalas dendam atas tidur panjang yang kalian berikan padaku. Terimalah ajal kalian!" Mata nya berkilat merah, seluruh tubuhnya diliputi aura hitam yang pekat dan menakutkan.

Baik Oriver dan teman-teman nya, juga Philiph dan para saudaranya mundur seketika. Tidak ada yang bergerak selain dengan raut wajah yang semakin menegang. Mereka semua tahu, meski Lucifer baru saja bangkit tetapi kekuatan nya bukanlah tandingan mereka meski mereka semua menyatukan kekuatan bisa terlihat dari betapa mengerikan nya aura hitam yang terpancar dari Lucifer.

Mereka semua agaknya sepakat untuk berpikir bahwa ini adalah akhir dari mereka semua, mereka bersiap menjemput ajal yang semakin mendekat. Oriver mengepalkan tangan nya, merapatkan mata kuat-kuat merasa marah dan sedih karena dia tidak berbuat apa-apa, semua ini karena nya, Lucifer bisa bangkit kembali karena darah nya, dan sekarang mereka semua akan menjemput ajal juga karena Oriver yang tidak bisa berbuat apa-apa untuk melindungi mereka yang Oriver sayangi.

Seandainya aku bisa melindungi mereka semua...

Lucifer mengarahkan aura hitam yang menyelimutinya ke arah mereka yang berada di hadapan nya sambil berteriak nyaring penuh kemarahan, mengerahkan seluruh amarahnya pada aura hitam itu. "Apa itu?!" teriaknya ketika aura hitam yang dia lontarkan pada River dan yang lain nya ditahan oleh seberkas sinar keperakan yang berasal dari Oriver.

Oriver membuka mata nya, membeliak, menatap terkejut pada cahaya keperakan yang terpancar dari dirinya, tepatnya dari kalung di lehernya, kalung milik Ariana ibunya.

"Kalung itu?!" teriak Lucifer marah, semakin mendorong aura hitamnya lebih banyak pada Oriver untuk menembus cahaya keperakan itu.

Namun, semakin lama cahaya keperakan itu juga semakin membesar dan menyilaukan, menelan seluruh aura hitam milik Lucifer dan yang terakhir terjadi adalah suara teriakan Lucifer di iringi ledakan yang terjadi akibat berbenturan nya cahaya keperakan itu dengan aura hitam milik Lucifer. Ruangan bawah tanah itu menjadi penuh debu karena ledakan, suara terbatuk-batuk di sana sini dan setelah mata mereka mulai terbiasa lagi mereka melihat lubang besar menganga di dinding kastil itu.

"Kemana mereka?" tanya Maxime.

"Mereka pasti sudah kabur." Philip membersihkan debu yang berada di jubahnya.

"A-apa itu tadi?" tanya River bingung, "K-kenapa kalung ini bisa menghalangi kekuatan Lucifer?"

Philiph mendekat, tangan nya yang pucat dan dingin menyentuh kalung di leher River. "Dari mana kau mendapatkan kalung ini?" tanya nya.

"I-ini milik ibuku." Jawab River takut-takut, takut disangka dia mengambil benda itu dari suatu tempat atau apapun pikiran buruk Philiph tentang nya.

"Ya benar." Daryn mendekat, menyentuh bahu anaknya lalu kemudian beradu pandang dengan Philip. "Itu memang kalung Ariana, dia sendiri yang memberikan nya padaku bersama dengan cincin kerajaan saat aku hendak membawa Oriver pergi dari kastil." Jelasnya. "Tapi, sebenarnya apa yang terjadi? Apa kau tahu sesuatu Philip? Tentang kalung ini?"

Philiph mundur selangkah, menghela napas sebelum akhirnya membalik badan. "Akan aku jelaskan semuanya, tapi sekarang lebih baik kita pergi dari sini. Dan juga..." dia melihat Ken dan Arsen yang sudah berubah kembali menjadi manusia. "Sebaiknya bangunkan dua serigala itu dan kenakan sesuatu untuk menutupi tubuhnya."

Wajah Irene seketika memanas, dari tadi dia sudah tahu bahwa Ken dan Arsen sudah kembali ke wujud manusia mereka dan tanpa memakai sehelai benang pun. Karena itu sang puteri sejak tadi berusaha untuk tidak memandang dua serigala muda itu.

Sekarang, bagaimana cara nya membangunkan dua serigala muda yang tengah dibius tidur itu?

Constantine #2 : Bangkitnya Illuminati ✔Where stories live. Discover now