[23] : Datura

3.9K 828 51
                                    

“Datura."

Teman-temannya mengerutkan kening ketika Axel menyebutkan nama tumbuhan asing itu, jangan kan namanya yang asing di telinga mereka, bahkan mereka tidak bisa membayangkan bagaimana rupa dari tumbuhan yang kata Axel bisa membuat orang pingsan itu.

Axel membuka buku tebal yang diambilnya dari perpustakaan, membuka salah satu halaman tengan lalu menunjuk pada sebuah sketsa gambar di kertas cokelat itu.

Bunga tumbuhan itu terlihat seperti terompet terbalik berwarna putih lembayung, dan memang dikatakan di buku itu bahwa biji dari datura bisa dijadikan obat bius tradisional yang ampuh.

“Lalu, bagaimana caranya membuat obat bius itu? Apa harus mereka kunyah?” tanya Rex.

Arsen dan Ken saling berpandangan, lalu Ken membuat ekspresi wajah seperti hendak muntah membayangkan mereka mengunyah biji datura itu yang bahkan baru kali ini dia tahu ada tanaman sejenis itu.

“Kalian tidak benar-benar ingin kami mengunyahnya, kan?” tanya Arsen ragu.

“Kami ini Karnivora, kalau kalian lupa.” Kesal Ken, “Kami bukan pemakan biji-bijian.” Protesnya.

Axel menghela napas lelah, “Memang aku bilang kalian harus mengunyahnya?” Axel balik bertanya, “Kita bisa menumbuk bijinya, lalu merebusnya dalam air, airnya bisa kalian minum.” Jelasnya, “Tapi, sebenarnya aku rasa akan lebih ampuh kalau airnya langsung menyatu dengan darah kalian, dengan disuntikan ke pembuluh darah kalian.”

“Bagaimana caranya kita mendapat alat suntik di sini? Kau pikir vampire di Vlad ini mendapat suntikan darah seperti di Speranta?” Tanya Aro.

“Tunggu sebentar,” Maxime bangun dari sofa, lalu beranjak keluar kamar River, tak lama pemuda itu kembali dengan sebuah kantung kain berwarna hitam. “Tadaaaa!!” Maxime tiba-tiba saja mengeluarkan dua buah tabung suntikan dari dalam kain itu.

“Max, aku jadi sanksi kalau kau anak dewa. Jangan-jangan kau anak tukang sulap.Kenapa kau tiba-tiba bisa punya tabung suntik itu?”  Aro jadi memikirkan, sebenarnya apa saja yang ada di dalam tas besar milik Maxime.

Maxime memukul lengan Aro sekilas lalu memberikan tabung suntik itu pada Axel yang juga sepertinya merasa heran kenapa Maxime bisa membawa benda itu, apa itu salah satu penemuan ibunya juga? Tapi kalau dilihat-lihat tabung suntik itu terlihat seperti tabung suntik kebanyakan.

“Sebenarnya, aku membawa itu untuk berjaga-jaga, kalau Axel atau River tiba-tiba incarnare. Aku tidak ingin mengambil resiko kalau aku harus masuk ke lembah kematian lagi.” Katanya menjelaskan.
Teman-temannya saling beradu pandang, namun Maxime malah memasang raut wajah kesal sembari menghentakan kakinya. “Kalian tidak berkomentar apa-apa? Aku ini memikirkan keselamatan kita semua, kalian tidak mau memberi pujian padaku?”

Oh, sejak kapan Maxime Lynch jadi haus akan pujian?

Axel menepuk-nepuk bahu Maxime, “Terima kasih, Max. Kau sangat membantu.” Katanya.

Maxime melebarkan senyumnya, “Tidak masalah.” Lalu dia mendudukan diri di tempat tidur.

Sekarang mereka tahu satu hal, kalau kau ingin membuat Maxime senang, puji saja dia, itu akan sangat efektif.

“Jadi,” Arsen membuka suara, “Kita anggap masalah ini selesai, sekarang yang jadi pertanyaan selanjutnya.” Dia mengedarkan pandangan pada teman-temannya, “di mana kita bisa mendapatkan tumbuhan itu?”

Axel menyunggingkan senyum,“Pertanyaan bagus, satu-satunya yang bisa menjawab pertanyaan itu hanyalah orang yang sangat mengenal seluruh daerah ini.” Jawabnya sembari melempar pandangan pada teman-temannya lalu berhenti pada Rex.

Constantine #2 : Bangkitnya Illuminati ✔Where stories live. Discover now