[20] : Full Moon

3.9K 856 36
                                    

Selepas pertengkaran antara Philip dan Daryn di ruang pertemuan, Aura memberi ide agar Daryn mengajak River dan teman-temannya berjalan-jalan di sekitar kastil.

Setidaknya, para pekerja di kastil itu harus mengetahui bahwa River dan teman-temannya berada di bawah perlindungan Daryn, hanya untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Aura sendiri, akan mengajak Puteri Irene untuk menyiapkan makan malam dengannya dan Helena. Biarpun Puteri Irene  bukan dari bangsa Vampire sepertinya, tapi Puteri Irene tetaplah kerabat mereka, dan Aura merasa ia juga harus mendekatkan diri dengan penerus tahta Elios itu.

“Serius,nih.." Helena bersidekap, “Si Wolfie itu bukan kekasihmu, Irene?” Helena melempar pandang pada Arsen yang bersandar pada pintu ruang dapur, sedang menatap tajam pada Helena.

Puteri Irene mendesah lelah, lalu berbalik menatap Arsen. “Arsen, bukankah sebaiknya kau menyusul River dan teman-temanmu yang lain?” tanyanya jengkel. Pasalnya, pemuda itu malah memilih menemani Irene membuat makan malam dari pada berjalan-jalan dengan teman-temannya yang lain, lebih parahnya lagi, Arsen hanya diam di sana sembari memberi tatapan tajam yang jelas membuat Helena kesal, dan Aura meringis geli.

Arsen mengangkat bahu, “Tidak, aku ingin di sini.” Katanya enteng.

Helena mengerang, “Astaga! Kau takut kami menyantap kekasihmu?” tanyanya gusar.
“Lama-lama, kau yang aku jadikan santapan!”

“Helena!” Aura menggelengkan kepala, membuat Helena melengos sembari mengerucutkan bibirnya. “Arsen,” Aura memberi senyum lembut pada pemuda itu, “Puteri Irene akan baik-baik saja di sini, kau tidak perlu khawatir.”

“Aku hanya..”

“Arsen,” kali ini Puteri Irene benar-benar menatap Arsen dengan tajam, “Aku bisa menjaga diriku sendiri, pergilah.” Katanya, lalu kembali memunggungi Arsen.

Sebentar, Arsen menatap punggung itu, kemudian menghela napas. “Baiklah, aku pergi.” Arsen memutar badan, melangkah keluar dari ruang dapur dengan langkah lebar dan wajahnya yang kembali tanpa ekspresi.

“Bukankah kau terlalu keras padanya?” komentar Aura, “Kekasihmu itu hanya mengkhawatirkanmu saja, Puteri.”

“Dia bukan kekasihku.” Gumam Puteri Irene sambil memotong daging menjadi tipis-tipis.

“Benarkah? Tapi.. dia sudah meng-imprint mu, kan?” Aura bertanya lagi.

Puteri Irene menghentikan gerakannya, lalu menatap Aura. “Dari mana kau tahu?”

Aura tersenyum kecil, “Aku bisa melihat benang yang mengikat hati kalian.” Dia mengerling.

Puteri Irene terperanjat, “Apa, semua vampire bisa melihat yang seperti itu?” tanyanya. Bukan apa-apa, dia hanya takut kalau-kalau River dan Axel sebenarnya mengetahui hal ini tapi mereka berdua memilih untuk diam.

Oh, itu sungguh memalukan!

“Apa kau bisa melihatnya, Helena?”  Puteri Irene ganti menatap gadis vampire itu.

Helena menggeleng, “Tidak, aku tidak melihat apa-apa.” Jawabnya.

“Tidak semua vampire bisa melihat itu, hanya beberapa vampire yang memiliki kemampuan khusus yang bisa melihatnya.” Aura menjelaskan.

“Jadi, maksudnya, ibu punya kekuatan super, begitu?” tanya Helena sambil mengerucutkan bibir, “Kenapa aku tidak punya?”

Aura berdecak, “Kata siapa? Kau punya satu kemampuan khusus.”

Mata Helena membulat senang, “Apa itu, Bu?”

“Cerewet.” Aura mencubit pipi anaknya yang semakin mengerucutkan bibir kesal, sementara Aura hanya tertawa melihat tingkah anaknya yang menggemaskan, baginya, menggoda Helena selalu saja bisa membuatnya terhibur.

Constantine #2 : Bangkitnya Illuminati ✔Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum