[9] : Jamuan Makan

4.5K 932 59
                                    

Dalam beberapa jam, hidup Oriver rasanya sudah berubah drastis. Rasanya, saat dia baru saja menginjakan kaki di dermaga Ignorend dia masihlah seorang Oriver yang tidak mengetahui apapun tentang keluarganya, dia masihlah Oriver yang beruntung karena ditemukan dan dibesarkan oleh Anita dan menjadi saudara Axel.

Namun, beberapa saat yang lalu, tepatnya dua jam yang lalu, Oriver baru saja diklaim sebagai seorang pangeran dari Kerajaan Elios karena memiliki cincin kerajaan milik Ariana Clow yang masih dalam dugaan sebagai ibu kandungnya.

Saat teman-temannya sudah beristirahat dengan nyenyak di sebuah kamar yang luas setara dengan kamar Aro dan Rex di Speranta, River memilih duduk di sofa kulit berwarna cokelat sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan.

Tidak, dugaan itu belum sepenuhnya benar, bukannya River tidak senang kalau memang Ariana Clow itu adalah ibu kandungnya, tapi apakah mereka –Raja Osfaldo dan puterinya, Irene Clow bisa menerimanya?

Mengingat bagaimana River melihat sendiri dalam mimpinya kalau Raja Nikolas, ayah dari Ariana menentang keras keberadaan anak yang dikandung oleh puterinya itu. Jika benar, Oriver adalah anak Ariana, apakah mereka akan menerima seorang yang berbeda seperti River?

Ketukan di pintu kamarnya membuat River tersentak, pun teman-temannya yang sedang tertidur langsung sadarkan diri. Minus Arsen yang sedari tadi duduk di bingkai jendela sambil menatap ke halaman belakang kastil yang gelap.

River beranjak ke pintu, seorang pelayan laki-laki tersenyum ramah padanya. “Maaf menggangu istirahat anda tuan. Tuan-tuan semua sudah ditunggu Raja Osfaldo dan Puteri Irene di ruang makan untuk jamuan makan malam.” Pelayan itu memberitahu.

“Ah, baiklah. Sebentar, kami bersiap dulu.” Jawab River.

“Baik, saya akan menunggu di luar.”

Pelayan itu membungkuk, lalu berdiri di samping pintu kamar River.
River menutup pintu dengan pelan, menoleh ke belakang pada teman-temannya. “Haruskah kita berpakaian yang pantas?” tanya River pada yang lain.

Axel turun dari tempat tidur, matanya masih menyipit karena kantuk dan lelahnya, namun dia beranjak ke pojok kamar menarik ranselnya. “Sepertinya, setidaknya kita harus terlihat pantas untuk makan malam bersama Raja dan Puteri.”

Axel mengeluarkan seluruh baju yang dibawanya berharap dia membawa sebuah kemeja atau apapun yang layak dipakai untuk jamuan makan.

“Pangeran Oriver, sebaiknya kau juga bergegas berganti pakaian.” Kata Maxime, yang malah terdengar seperti ledekan untuk River.

“Berhenti menggodaku, Maxime!” desis River.

“Siapa yang menggodamu, itu kan kenyataannya. Kau seorang pangeran!” Maxime berkata antusias, namun di balas dengan tatapan tajam oleh River.

Sebelum River menancapkan taringnya pada Maxime, Aro cepat-cepat menarik Maxime, Rex melemparkan ransel Maxime.

“Arsen, kau juga! Cepatlah, kenapa diam saja.” Kesal Aro pada Arsen yang tidak beranjak dari tempatnya.

Ken memberikan sebuah kemeja lengan pendek berwarna biru laut pada Arsen seraya berbisik, “Setidaknya, kau harus berpakaian rapi saat bertemu dengan Puteri Irene.”

Setelah itu, hanya suara batuk Arsen yang terdengar, sementara Ken tersenyum miring sambil memakai kemejanya.

***

Jamuan makan itu, mengingatkan mereka pada Speranta, hampir mirip, sama mewahnya. Hanya saja, yang membedakan adalah mereka bertujuh di sana berhadapan dengan seorang Raja yang menyunggingkan senyum ramah pada mereka berbanding terbalik dengan puterinya yang masih menatap mereka dengan tatapan waspada.

Constantine #2 : Bangkitnya Illuminati ✔Where stories live. Discover now