[39] : Reunion

4.3K 874 128
                                    

Langkah nya yang semula pelan menjadi penuh ketegasan. Kepala nya yang tertunduk menjadi tegap menatap pada mata keemasan Cedrik. Pemuda itu, Axel Rivallo, mengacungkan pedang maut tepat ke hadapan Cedrik..

.

.

.

"Aku akan memberimu kesempatan untuk melakukan nya." Cedrik menarik tangan River, membuka kepalan tangan nya dengan paksa, pandangan mata nya tertuju pada Axel yang masih mengacungkan pedang ke hadapan nya lalu bergantian pada tangan River.

River memejamkan mata, apa yang bisa dia lakukan sekarang? Memohon pada Axel untuk menghentikan kegilaan ini? Menyelamatkan dirinya? atau mencoba membuat Axel mengingat semua kenangan masa kecil mereka berdua yang indah? Nyata nya, itu semua sepertinya tak bisa membuat Axel berubah pikiran, keluarga nya jelas lebih penting dari pada River sekalipun Axel pernah bersumpah akan selalu melindungi River seperti saudara nya sendiri.

Axel mengambil satu langkah maju lagi, mengarahkan pedang nya dari Cedrik menuju telapak tangan River yang terbuka. Mata kecil nya menatap Cedrik yang menyunggingkan senyum kemenangan, merasa dia akan memenangkan hari ini. Axel membalasnya dengan senyum miring yang sangat tipis, "Kau pikir aku sebodoh itu?" Axel menendang perut Cedrik dengan seluruh tenaga membuat lelaki itu tersungkur dan mengerang marah, Axel melihat celah untuk merebut River dari tangan Dexter dan Vernon ketika kedua orang itu nampak terkejut dengan serangan tiba-tiba Axel. Ditendangnya kaki Vernon, River bergerak cepat melepaskan diri dari Dexter. "Kau tidak apa-apa?"

River hanya mengangguk, tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Apa Axel benar-benar menyelamatkan nya? Atau ini hanya salah satu jebakan mereka lagi? River tidak tahu apa masih bisa mempercayai Axel atau tidak.

"Kau membuat kesalahan besar, Axel!!" Cedrik mengerang penuh kemarahan.

Maxime dan Aro kompak berdiri bersebelahan dengan River dan Axel, Rex jelas tidak bisa membantu banyak karena tangan nya yang terluka juga Helena yang mengkhawatirkan ada bagian yang patah. Mereka berempat saling menempelkan punggung, mata yang berkilat waspada, Maxime sudah kembali mengeluarkan api dari telapak tangan nya sementara Aro yang meminjam pedang Ares dari Rex menghunuskan nya ke hadapan tiga orang yang melihat mereka penuh kemarahan.

"Kalian pikir bisa melawan ku?" tanya Cedrik, "Tidak ada yang bisa menghentikan ramalan itu, sekarang aku akan membuat ramalan itu tergenapi." Mata Cedrik yang semula keemasan berubah menjadi merah. Kedua tangan nya di rentangkan, bibir nya mulai merapalkan kembali kutukan terkutuk Lacnos.

River melirik kanan dan kiri nya, ketiga teman nya sudah tersungkur ke tanah sambil merintih kesakitan sementara Cedrik terus merapalkan mantera kutukan. River mengangkat pandangan juga pada Helena, Puteri Irene dan Rex yang juga merasakan kesakitan yang sama. Pandangannya terasa berputar, yang dia dengar hanya suara rintihan teman-teman nya, juga suara tawa Vernon serta Dexter yang membaur menjadi satu.

"Hentikan!" teriak River. "Tolong berhenti menyakiti mereka." Pinta nya.

Dexter tertawa kencang penuh kemenangan, "Ya, Oriver. Memohonlah, memohonlah untuk keselamatan teman-temanmu."

River mendekat, mengatupkan kedua tangan nya ke hadapan Cedrik. "Aku mohon hentikan, aku akan melakukan apapun asal kau berhenti menyakiti mereka." dia tidak mungkin membiarkan teman-teman nya kesakitan seperti ini, mereka adalah kelemahan terbesar Oriver. Melihat orang-orang yang disayangi nya menderita adalah kelemahan terbesar nya, dan Cedrik agaknya mengetahui itu semua. Memanfaatkan nya untuk mendapatkan apa yang dia mau dari River.

Cedrik menggerakan kepala nya, memerintahkan Vernon dan Dexter untuk segera bergerak. Vernon memungut pedang maut yang tak jauh dari Axel. Axel, dengan rasa sakit di sekujur tubuhnya berusaha merampas kembali pedang itu namun Vernon menendang tubuh Axel dengan begitu mudah hingga tersungkur. Sementara Dexter sudah kembali memegangi River, membawa nya ke depan peti batu. Cedrik menghentikan rapalan kutukan nya, dan rintih kesakitan hilang dari sana yang terdengar hanya deru napas mereka yang tersengal.

"River.." lirih, Axel memanggil sahabat nya.

River menoleh pada teman-teman nya menggumamkan kata maaf yang tak terdengar. Cedrik bergerak menuju River, Dexter membuka genggaman tangan River, dan pedang maut siap untuk menembus permukaan telapak tangan River.

"Hentikan Cedrik!!"

Perhatian mereka semua teralihkan pada asal suara itu, disertai derap langkah dari tangga di belakang mereka. Dan dalam sekejapan mata, Philip sudah berada di sana berserta saudaranya yang lain, Daryn yang menatap khawatir pada River yang berada dalam tangan Dexter. Dan satu sosok lagi yang menyusul kemudian bergabung dengan mereka.

"Benjamin." Cedrik seakan tak terkejut dengan kehadiran half Olympians itu di tengah-tengah mereka. Lain hal nya dengan River beserta teman-teman nya yang sudah pasti bertanya-tanya kenapa guru yang biasa mengajarkan mereka taktik bertempur itu juga ada di sana.

"Aku tidak menyangka kau bertindak sejauh ini, Cedrik." Bahkan Benjamin sudah tak lagi menggunakan gelar kehormatan untuk memanggil nama Cedrik, dan kata-kata nya seolah menandakan bahwa dia telah lama mengetahui semua kebusukan lelaki itu.

Cedrik mendengkus, namun masih tetap tersenyum dengan sangat lebar. "Aku juga tidak menyangka, kau akan berada di sini Benjamin. Seperti nya kalau tak salah ingat aku menyuruhmu untuk bertugas ke tempat lain, aku ini masih menjadi atasanmu, Ben."

"Kau sengaja memintaku menjalankan tugas ke tempat yang jauh bukan?" tuduh nya.

"Kau memang pintar, bahkan kau bisa mengetahui rencana besar yang sudah aku rancang dengan matang ini." pujian Cedrik pada Benjamin rasa nya lebih mengarah pada cemoohan.

Dari percakapan kedua nya bisa mereka tarik kesimpulan bahwa selama ini Benjamin tahu apa yang terjadi, tahu bagaimana Cedrik sebenarnya. Dan baru sekarang lelaki itu bertindak? Disaat terakhir seperti ini? Yang benar saja! mau jadi pahlawan kesiangan atau apa?  Aro memaki dalam hati.

"Cedrik."

Cedrik menoleh pada yang memanggilnya, Philip Vladimir. Pria itu berdiri satu langkah di depan yang lain menatap lurus pada Cedrik. Tatapan Philip yang penuh rasa bersalah, juga kerinduan. Cedrik mengingatkan nya pada Troy. "Halo, kakek." Cedrik menyunggingkan senyum lagi. "Aku terkejut kau mengetahui tentang aku."

"Cedrik, hentikan semua ini. Kau tidak boleh membangkitkan nya!" Philip berusaha mencegah sesuatu yang buruk terjadi lagi kali ini.

"Kenapa? Kau takut? Bukankah ramalan itu ada karena anakmu sendiri, Kakek?"

To be continued...

Kentang lagii 😂😂😂

Constantine #2 : Bangkitnya Illuminati ✔Where stories live. Discover now