[21] : Serigala dan Bulan Merah

4.3K 797 73
                                    

Bulannya berwarna merah, darah.

Sekelebat sosok itu berdiri membelakangi cahaya bulan

Gerhana bulan pada posisi yang sempurna, sosok itu berbalik mata merahnya menatap River, seperti langsung menusuk ke dalam jantungnya

SATU DARAH CAMPURAN PERGI, MENUNGGU DI PINTU RATAPAN. PERGI KE TANAH LELUHUR TIGA DARAH CAMPURAN MEMBANGKITKAN KEGELAPAN DENGAN PEDANG MAUT!

"Kegelapan sudah bangkit!"

Vernon berdiri di belakang sosok itu, menyeringai memperlihatkan taringnya pada Oriver.

Napasnya tersengal, putus-putus, keningnya berkeringat, kedua tangannya juga basah oleh keringat. Oriver bermimpi lagi setelah sekian lama, terasa semakin nyata, bahkan River seperti bisa merasakan sakitnya tatapan mata sosok yang tidak pernah bisa River ingat wajahnya seperti apa.

Seperti memori itu hanya bisa dia lihat di dalam mimpi, dan saat dia terbangun dia akan melupakan bagian terpenting itu.
River yakin, itu bukanlah mimpi biasa. Mimpinya adalah petunjuk, seperti yang sudah-sudah dan River meyakini satu hal, saat gerhana bulan nanti sesuatu yang buruk mungkin akan terjadi di kastil ini, dan itu semua berkaitan dengan Vernon dan sosok misterius bermata merah itu.

River menoleh ke sebelahnya, dua temannya yang lain tidur dengan nyenyak, bergelung di balik selimut yang membungkus tubuh tanpa kaos keduanya. Pelan, River turun dari tempat tidur, menarik hoodie dari gantungan jaket di pojok kamar, matanya menatap bulan dari balik jendela kamarnya yang terbuka.

Rasanya dia tidak bisa kembali tidur setelah mendapat mimpi barusan, jadi River memutuskan keluar dari kamar.
River berjalan tak tentu arah, keluar dari area Gryha menuju kastil utama.

Dia tidak mendapati siapapun di sana, tidak salah satu dari anggota keluarga Vladimir, tidak juga para pelayan. Kastil itu benar-benar sepi dan hening. Bahkan, River bisa mendengar suara hembusan angina yang membuat lilin yang menggantung di lampu atas bergoyang-goyang.

Langkahnya berhenti ketika melewati ruang pertemuan, telinganya yang tajam menangkap suara aneh. bukan dari ruang pertemuan, dia yakin itu. River melangkah mengikuti suara yang tertangkap dari pendengarannya. River mengerutkan kening ketika menyadari suara itu berasal dari atas sebuah tangga batu spiral di samping ruang pertemuan.

Suara itu makin jelas terdengar ketika River menaiki undakan tangga menuju ruangan atas, dia tidak pernah diberi tahu ada ruangan apa di atas sana. Saat ayahnya mengajak dia dan teman-temannya berkeliling kastil pun, Daryn tidak membicarakan tentang tangga itu.

"Pintu?" gumamnya ketika menyadari suara yang serupa ketukan itu berasal dari ruangan dibalik pintu kayu.

River menelan ludah, dirinya sedang berdebat dengan akal sehatnya. Bagaimana kalau itu hantu? Ah, tidak, tidak! Tidak ada hantu di dunia ini!

Lagi pula, dia itu setengah vampire, ayolah, apa ada vampire yang takut pada hantu? Ya, mungkin ada, dan itu sudah pasti Oriver.

Suara ketukan itu masih terdengar, River maju lagi selangkah mendekati pintu, tangannya terulur hendak mendorong gagang pintu itu dengan ragu-ragu.

"Tuan River."

"Akh!" River menjerit tertahan, hampir jatuh ketika melihat Dexter berada di belakangnya dengan gesture santai, kedua tangannya di sembunyikan di balik punggung, namun senyumnya tidak pernah luntur dia sunggingkan.

"Astaga! Kau mengagetkanku!" omel River sembari mengusap dadanya sendiri.

"Maaf, Tuan." Jawab Dexter, "Apa yang sedang tuan lakukan tengah malam seperti ini di sini?" tanyanya.

Constantine #2 : Bangkitnya Illuminati ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang