[15] : Gangguan Lain

3.9K 871 66
                                    

River, awalnya menduga, teman-temannya bertemu dengan  makhluk menyeramkan atau semacamnya, bisa jadi vampire nomaden yang liar dan haus darah. Semua pikiran buruk berkumpul dalam pikirannya selama menuju tempat teman-temannya.

Namun, yang River dan Maxime dapati adalah, Aro,Axel,Ken, dan Rex tengah  melongok ke sebuah lubang dengan Arsen dan Puteri Irene berada di dasar lubang yang cukup dalam dan gelap itu. River mendesah lega,  pikiran buruknya ternyata tidak terbukti,  meski dia juga bingung kenapa teman dan saudarinya itu bisa jatuh ke dalam lubang yang terlihat dalam itu.

Puteri Irene berusaha merasakan sakit di tubuhnya dan tidak berani membuka mata, tapi anehnya ini tidak terlalu sakit, bahkan rasanya tidak sakit sama sekali, padahal dia yakin betul kalau lubang itu lumayan dalam.

“Kau, tidak apa-apa?” 

Kening sang Puteri berkerut, perlahan matanya terbuka. Pertama kali dilihatnya adalah sesuatu berwarna hitam, pakaian berwarna hitam, naik-turun. Dia bahkan bisa mendengar seperti suara detak jantung yang tidak beraturan. Aneh.

“Puteri?”

lagi, suara itu kembali terdengar.
Puteri Irene mendongak, matanya bertatapan dengan mata hitam milik Arsen. Oh, apa yang terjadi sebenarnya? Kenapa ada Arsen? Kenapa dia sekarang dalam posisi berada di pelukan pemuda itu? Seingatnya dia terjatuh ke lubang sendirian.

Puteri Irene berusaha bangun,“Y-ya, aku tidak apa-apa. Kau..”

“Aku tidak.. akh!” Arsen berusaha bangun namun rupanya kakinya terkilir karena jatuh dari ketinggian dan berusaha melindungi sang Puteri agar tubuhnya tidak tebentur tanah lebih dulu. Arsen bersandar pada dinding lubang yang lembab.

“Hey!” seruan dari atas membuat keduanya mendongak, “Kalian baik-baik saja?”

“Ya, kami baik-baik saja.” Sahut Arsen, “Kaki ku terkilir, aku tidak bisa membawa Puteri Irene naik!” katanya lagi.

“Kami akan turun!” itu suara River.

“Dindingnya licin, tidak bisa untuk jadi pijakan!” kata Arsen saat tangannya meraba-raba dinding lubang yang dingin dan belumut, jelas tidak akan bisa jadi
tempat berpijak untuk dipanjat.

“Kami akan cari tali, tunggulah!” setelah teriakan Aro, kembali hening, sepertinya teman-temannya sudah mulai mencari tali, sulur, atau sesuatu yang bisa menarik mereka berdua dari dalam lubang.

Arsen menghela napas, kepalanya di sandarkan pada dinding lubang, namun matanya lekat mengamati Puteri Irene yang terlihat gelisah, Arsen tersenyum kecil, “Tidak usah khawatir, kita akan keluar dari sini. Apa kau benar tidak apa-apa? Tidak terluka?” Arsen memastikan, biarpun dia melindungi Puteri Irene saat jatuh tadi, bukan berarti sang Puteri tidak akan tergores, kan? Namun, Arsen sedikit lega saat sang Puteri menggeleng sebagai jawaban.

“Arsen.”

Arsen kembali menatap Puteri Irene yang duduk di seberangnya, memeluk lutut.

“Ya?”

“Kenapa kau selalu melindungiku? Kenapa kau selalu menatapku? Kenapa kau selalu.. bersikap aneh padaku?” malu, Puteri Irene malu setengah mati saat menanyakan hal itu pada Arsen. Tapi dia benar-benar penasaran, dan hari ini, rasanya dia harus mendapatkan jawabannya langsung dari Arsen.

Arsen tersenyum lembut, mungkin ini saatnya. Mungkin Puteri Irene memang harus tahu, mungkin.. sang Puteri akan berubah pikiran akan sumpahnya pada sang Raja?

“Karena kau mate ku.” Jawabnya singkat dan tegas. “Sudah jadi kewajibanku untuk melindungimu, Irene Clow.” Baru kali ini, Arsen menyebut nama lengkap sang Puteri.

Constantine #2 : Bangkitnya Illuminati ✔Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu