24-Melindungi dari jauh

Start from the beginning
                                    

***

Bel istirahat telah berbunyi. Iris beserta ketiga temannya keluar dari kelas dan berjalan menuju kantin. Ralat, Iris seperti biasa akan membaca buku di perpustakan.

Hari ini dia lebih banyak diam dan melamun di kelas. Tapi, Melody dan Ley tak mau banyak bertanya. Mereka tetap bersikap seperti biasa karena mereka sudah diberitahu oleh kedua orang tua Iris, yang terjadi padanya semalam.

Laskar dan keempat temannya berjalan berlawanan arah dengan mereka. mata Laskar menatap lurus ke manik mata Iris namun cewek itu malah mengalihkan pandangannya.

Mereka berjalan berselisihan, namun saat Laskar berjalan tepat di sampingnya cowok itu mengelus pelan pucuk kepala Iris lalu berlalu begitu saja. Iris diam dan masih terus melanjutkan langkahnya.

Di kantin. Laskar kembali tak melihat Iris ada di sana. Cowok itu terlalu malas dengan keadaan ini. Laskar beranjak dari duduknya, pergi ke stand makanan dan minuman lalu meninggalkan kantin.

Teman-temannya di sana, menatap cowok itu heran saat dia pergi begitu saja.

Laskar meletakkan sebuah kantong plastik tepat di depan Iris.

Cewek itu mendongak namun kembali mengacuhkan cowok itu.

Laskar duduk sebentar, beberapa menit dia mengamati wajah fokus Iris lalu bengkit berdiri.

"Mulai nanti lo boleh ke kantin, karena gue nggak bakalan ke sana lagi, jadi tenang ajah."

"Jangan lupa makan dan itu ada jus kesukaan lo."

Laskar kembali mengelus pucuk kepala Iris lalu pergi meninggalkan tempat itu.

Iris merasa ada yang aneh dengan cowok itu, tapi kenapa dia harus peduli? Iris mengangkat bahunya acuh lalu kembali fokus pada bukunya.

Bel Istirahat kedua telah berbunyi. Dan sedari tadi Melody dan Ley sudah memaksa cewek itu untuk ikut mereka ke kantin. Kanaya yang sekarang menjadi bagian dari mereka tersenyum manis dan langsung menggandeng lengan Iris.

"Nanti bisa-bisa Judit Polgar kalah, kalo lo terus-terusan baca buku di perpustakaan." Canda cewek itu yang membuat Iris terkekeh pelan.

Cewek itu mengangkuk kecil dan membuat Melody bersorak heboh.

"Gitu dong. Senyumnya dulu, mana? Uluhh...uluuhhh cantiknya." Goda Melody. Dia pikir Iris anak kecil apa.

Mereka sampai di kantin dan benar saja. Iris tak melihat cowok itu di sana. Bahkan sampai mereka selesai makan dan bel masuk hampir berbunyi cowok itu tak ada di sana.

Para cowok-cowok mulai senyum-senyum paham setelah mengamati gerak-gerik Iris yang sesekali melirik ke arah pintu kantin.

"Eh, Laskar ke mana yak?!" tanya Nico pura-pura tak tahu.

"Paling rooftop, biasa tidur paling tuh bocah."

"Padahal dari tadi dia gak ada makan yak? Nggak laper tuh bocah? Heran gue."

Iris membuang mukanya, sama sekali tak mempedulikan ocehan para teman-temannya yang sudah jelas-jelas sengaja membawa-bawa nama cowok itu.

Mereka menyeringai kecil.

***

Laskar menuruni tangga rooftop saat bel pulang sekolah sudah berbunyi beberapa menit yang lalu. Tampaknya keadaan sudah aman untuk mengambil tasnya di dalam kelas.

Koridor gedung kelas tiga mulai sepi, dan Laskar berharap kelasnya belum di kunci. Karena semua barang-barang termasuk kunci motornya ada di tasnya.

LASKAR [Completed]✔️Where stories live. Discover now