29. Tembakan

27.9K 2.8K 96
                                    

Selasa (21.37), 26 Februari 2019

------------------------

Freddy menyandarkan bahu di balkon ruang santai. Kedua tangannya dilipat di depan dada dengan pandangan mengarah lurus pada halaman depan dan gerbang rumah. Meski usianya tak lagi muda, sikap waspada Freddy tak pernah luntur. Instingnya masih setajam biasa.

Sejak menjelang malam, dia terus-menerus merasa gelisah. Kegelisahannya kian meningkat seiring hujan yang mengguyur deras.

Ada sesuatu yang akan terjadi. Entah apa.

Akhirnya yang dilakukan Freddy malam itu hanya mengawasi sekitar rumah saat yang lain sudah lelap. Hingga beberapa jam kemudian, sekitar lima belas menit setelah tengah malam, Freddy melihat seseorang mengendap-endap melompati pagar. Dia sudah siap keluar dari balkon lalu melompat turun saat menyadari sosok itu adalah putranya sendiri.

Freddy berdecak, dan akhirnya memilih tetap bersembunyi.

Apa lagi yang akan Juan lakukan kalau bukan menemui Risma? Ratna bersikap tegas dengan melarang Juan menemui Risma sebelum hari H. Wajar kalau Juan merasa tertantang dan bertekad menemui Risma diam-diam. Freddy bahkan bisa berbuat lebih nekat jika dirinya dilarang melakukan sesuatu.

Setelah sosok Juan tak lagi terlihat di halaman rumah, kening Freddy berkerut. Dalam hati dia bertanya-tanya, apa kedatangan Juan yang membuat sikap waspadanya bangkit? Tapi sepertinya bukan. Buktinya Freddy masih merasa gelisah.

Freddy memilih menunggu. Tetap bersandar di sana, dilindungi kegelapan. Beberapa menit berlalu, tak ada yang terjadi. Lalu tampak dua orang berlari pelan menerobos tirai hujan. Yang lelaki tampak amat bersemangat dengan senyum lebar sementara si wanita terlihat gelisah dan sesekali melirik ke arah rumah.

Freddy tersenyum kecil melihat kelakuan putra dan calon menantunya. Lalu senyumnya berubah menjadi seringai geli melihat Juan berusaha membantu Risma menaiki pagar namun wanita itu terus merasa gelisah seperti maling yang takut ketahuan. Alhasil, Juan semakin kesulitan mendorong Risma menaiki pagar.

Freddy terkekeh lalu berbalik ke dalam rumah. Pasti menyenangkan menggoda mereka sebentar.

***

"Risma, ayolah. Naik ke punggungku lalu aku akan mendorongmu. Kau harus berpegangan ke puncak pagar dan tunggu aku di sana," jelas Juan.

"Aku tahu apa yang harus kulakukan. Aku bahkan bisa langsung memanjat pagar ini tanpa bantuanmu," ujar Risma kesal sambil menyeka wajahnya yang basah.

"Itu bagus sekali. Lalu kenapa kau masih diam?"

Risma terlihat semakin gelisah sambil melirik rumah besar milik orang tua Juan. "Bagaimana kalau ada yang memergoki kita?"

Juan menyingkirkan rambut basah dari wajahnya. "Kau terlalu banyak berpikir. Kita lakukan saja, jalani saja. Kalau ada yang meneriaki, kita lari."

"Kau itu-"

CUP.

Risma melotot merasakan kecupan Juan yang dingin dan basah akibat hujan. Sementara itu Juan terkekeh dan langsung jongkok di depan pagar, menunggu Risma naik ke punggungnya.

Masih dengan perasaan gelisah, akhirnya Risma naik ke punggung Juan. Susah payah mereka naik ke atas pagar lalu terengah di atas puncak pagar.

"Bagaimana cara turunnya?" tanya Risma.

"Lompat saja. Rumput hias di bawah lumayan tebal. Kau tidak akan patah. Paling hanya sedikit memar."

Risma menoleh ke arah Juan kesal. "Begitu caramu memperlakukan calon tunanganmu."

Since I Found You (TAMAT)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora