17. JADIAN

122 45 197
                                    

"Tanggal 5 September 2018 pukul 5 sore."

-Cowok

---

"Makasi lho Nes, udah muji gue."

Ucapan dari seseorang cowok itu membuat Nesa, Gitara, Dhiza, dan Ola menoleh ke arahnya.

"Gadi!" kaget Nesa. Cewek itu terkejut karena tiba-tiba Gadi sudah berdiri di depannya.

Gadi menampilkan senyum menjengkelkannya, "iya, Gadi yang pesonanya kuat banget ada di sini." ucapnya dengan gaya sok keren.

"Najis," ucap Nesa pura-pura muntah.

"Aduh, Nes. Lo gak usah malu gitu sama gue. Akuin aja, gue itu emang ganteng. Saking gantengnya lo jadi muntah-muntah gitu kan," Gadi menaikturunkan alisnya menggoda Nesa.

"Ngapain juga gue malu sama makhluk gila kayak lo?!" geram Nesa yang mulai emosi.

"Udah Nes, udah. Gak baik debat kayak gitu. Allah benci sama orang yang suka debat," ujar Dhiza sambil menenangkan Nesa. "Kamu juga, Di. Ngapain ke sini?" tanyanya sambil menatap tajam ke arah Gadi.

"Selow dong Mi. Santai. Gak usah kayak gitu liat guenya." ucapnya.

Gadi mengalihkan pandangannya ke arah Ola.

"Gue mau ngasih ini ke anak baru," ucapnya seraya menyodorkan selembar kertas ke Ola. "Ini,"

Ola nengerutkan keningnya heran melihat kertas itu, tapi ia tetap mengambilnya. "Makasih," ucapnya.

"Yoi."

Gitara memerhatikan kertas yang di tangan Ola itu. Lalu menatap Gadi dengan tampang bingung, "kok formulir biodatanya bisa sama lo, Di?" tanyanya.

"Oo itu lho beb. Tadi gue ada urusan di ruang guru, ya sekalian aja minta formulirnya ke bu Gendut," ujarnya.

Bu Gendut yang dimaksud Gadi itu bu Vani, wali kelas IPA 4. Gadi memang biasa memanggil guru itu dengan kata Gendut. Katanya sih nama Vani itu terlalu sulit untuk diucap. Jadi Gadi menggantinya dengan gendut. Ya, sesuai dengan badannya juga. Gadi memang selaknat itu sama guru.

"Makasih, ya Di. Udah ngelakuin tugas gue." ucap Gitara sambil tersenyum.

"Kembali kasih, beb. Buat lo apa sih yang enggak," goda Gadi.

Gitara menjadi salah tingkah mendengar godaan Gadi itu. Ya, namanya juga cewek. Siapa sih yang nggak baper kalau digodain kayak gitu.

Kecuali ceweknya udah kebal.
"Astagfirullah, Gadi!!! Gak baik ngebaperin anak orang. Dosa, Di dosa. Genit amat jadi cowok." ujar Dhiza heran. Cewek itu berdecak tidak suka.

"Tenang, Mi. Kalau bebeb gue baper, gue bisa tanggung jawab kok. KUA ada banyak di sini. Tinggal diatur aja tanggal jadinya." ujar Gadi santai.

Dhiza melemparkan tisu bekasnya ke arah Gadi.
"Enak aja nikahan anak orang. Emang kamu ada duit buat nafkahin Gitara?" tanya Dhiza.

Gadi mengusap wajahnya yang terkena tisu bekas Dhiza itu. "Ih, jorok amat lo Mi." protesnya.

"Kalau urusan duit ya, Mi. Ya pasti ada lah. Ya kali enggak.  Gue kan holkay. Harta melimpah kemana-mana. Trus, lo gak liat saku gue tebal." ucap Gadi sambil menepuk-nepuk saku celananya.

"Kanan, kiri, belakang, penuh semua saku gue gara-gara duit. Besok, sih rencana mau gue bakar sebagian biar gak terlalu banyak. Kayak MV yang sering ditonton bebeb gue itu loh. Lato eso. " ujarnya sombong.

ABOUT THEM (COMPLETED)Where stories live. Discover now