12. PENYESALAN

194 66 130
                                    

"Apakah harus sebuah penyesalan itu selalu berada di akhir?"

-Gitara Marandya

---

"Assalamualaikum, Dija."

Mendadak keadaan menjadi hening ketika mendengar suara cowok itu.

"Wa-walaikumsalam, Bang." ucap Dhiza malu-malu. Cewek itu menundukkan kepalanya.

"Dasar," ucap Gitara dan Nesa dalam hati.

Dhiza yang sifatnya seperti kucing garang akan menjadi kucing yang sangat manis saat bertemu dengan Kak Angga.

Ya, nama cowok itu Angga. Lebih lengkapnya Muhammad Anggara. Cowok yang menjadi ketua rohis itu adalah gebetan Dhiza. Ralat. Maksudnya calon imam.

Dhiza akan sangat marah kalau Gitara dan Nesa mengatakan kak Angga itu adalah gebetannya. Karena gebetan itu tidak ada islami-islaminya.

"Udah balik dari turki, Ja?" tanya Angga.

"Pertanyaannya kak Angga gak pake otak tuh!" bisik Nesa ke Gitara. Gitara menganggukkan kepalanya setuju.

"Udah Bang. Makanya aku disini," jawab Dhiza. Cewek itu menyikut kedua sahabatnya itu.

Angga tersenyum, "ya udah Ja. Aku duluan. Mau ngurus sesuatu di mesjid." ucap Angga melihat Dhiza sebentar. Lalu cowok itu melangkahkan kakinya pergi meninggalkan kantin tanpa melihat Gitara dan Nesa.

"Ra, jadi kita ini apa?" ucap Nesa pura-pura sedih.

"Kita itu cuman butiran debu, Nes. Makanya dikacangin." jawab Gitara pura-pura sedih juga.

Kedua cewek itu pun saling berpelukan dengan penuh haru.

"Iihh, kalian kenapa ngedrama sih?" kesal Dhiza.

"Ra, kayaknya ada yang ngomong ke kita deh?" tanya Nesa.

"Iya, Nih. Tapi gak ada orangnya." ujar Gitara.

"Jangan-jangan di sini ada hantunya lagi?" tanya Nesa sambil memasang ekspresi takut.

"Ih, anj... Eh, astagfirullah seram banget," ucap Gitara bergidik ngeri.

"Ya, udah. Ayo, Kita...."

"KABUR!!" ucap Nesa dan Gitara bersamaan. Lalu mereka bergegas pergi meninggalkan Dhiza seorang diri.

Dhiza mendengus kesal melihat tingkah Nesa dan Gitara yang sangat jahil itu.

"NESA! GITARA! AWAS KALIAN YA!" teriak Dhiza mengejar keduanya.

***

"Hai! Nama aku Dhiza. Kamu anak baru di kelas ini kan?" Tanya Dhiza basa basi.

Vian melihat sebuah tangan terulur di depannya itu. Cowok itu menatap Dhiza dari atas sampai bawah. Seingatnya cewek berhijab  paling anti bersentuhan dengan cowok.

"Bukan muhrim," ucap Vian datar.

Dhiza gelagapan mendengar ucapan Vian itu.

ABOUT THEM (COMPLETED)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz