Epilog

3.7K 179 68
                                    

Satu bulan lebih lima hari Alice baru lanjutin Epilog ini. Fyuh, selama dua minggu setelah bagian Ending publish, baru minggu kedua itu syaratnya terpenuhi. Belakangan Alice juga sibuk dengan tugas dan ngeliat kembali Epilog yang Alice buat kurang sreg. Makanya batal publish dan ditulis ulang.

Kadang pengen ngakak pas tau pembaca SPG tembus 200 viewers bagian Ending. Kayaknya pada pilih baca Ending sebelum nyesek nikmatin alur yang terkesan happy, padahal Endingnya nyesek.

Masih ingat gimana pengorbanan Julian untuk hadir di sisi Olyn, sekali pun dia amnesia? Julian punya caranya sendiri untuk mengambil hati Olyn. Julian tetap bertahan dan selalu menjaga Olyn dari orang yang menjahatinya, sekali pun dia terluka. Tapi, ada titik di mana Julian minder dengan keadaannya. Dia cacat. Ia berpikiran Olyn mulai menyayanginya karena kasihan. Ia yakin, tatapan sedih Olyn adalah rasa jijik yang ditutupi.

Akhirnya, Julian menyetujui ajakan Papanya untuk berobat dan melanjutkan sekolah di negara asalnya.

Meninggalkan Olyn dengan perasaannya.

Ugh. Sedikit throwback ya. Biar Alice mengingatkan kembali cerita yang mungkin udah kalian lupakan alurnya wkwk.

Terimakasih untuk seluruh Pembaca Setia SPG. Love u gengsssssssss ❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤

*

*

*

*

"Melepaskanmu begitu sulit, meskipun waktu masih berjalan."

***

"Adakalanya aku berpikir ulang untuk mengklaim apakah kamu pantas berada di sisiku."

**

Euforia dengan wajah kebahagiaan terpatri setiap langkah kakinya menuntun melewati koridor sekolah. Teriakan kegembiraan itu tidak lepas dari pendengaran gadis yang tengah menggenggam tas laptop dan tangan satu memegang map. Banyak berkas yang akan ia urus—sekarang.

"OLYN ...."

Langkahnya terhenti. Ia berdecak kesal meskipun seulas senyum menghiasi wajah datarnya. Merasakan pelukan hangat oleh sahabatnya yang tengah menggoyangkan tubuhnya ke kanan dan kiri saking semangatnya.

"Congrats ya!" pekiknya tidak memedulikan orang sekitar yang tengah menatapnya aneh.

"Mil, udah deh. Lo jangan bikin kita malu."

Kania menarik lengan Milly membuat ia cemberut karena pelukannya terlepas.

"Gue lagi melepas rindu tau!" ia melipat kedua tangan di dada. "Dua minggu lebih kita sibuk dengan urusan masing-masing sampai mencari waktu luang aja susah. Gimana setelah kita kuliah? Kalian berdua pasti mengabaikan gue." lanjutnya membuang pandangan.

Kedua sahabatnya tersenyum kecil. Ada rasa rindu yang sebenarnya mereka tahan. Sampai detik ini, perjuangan mereka di putih abu-abu telah selesai. Melewati masa ujian yang penuh pergantian sistematika disetiap tahun membuat mereka harus menyiapkan mental setelah percaya pada kemampuan mereka ditambah jadwal les yang padat.

"Kalau gitu gue pergi dulu, mau kepo sana sini."

Milly berjalan angkuh meninggalkan Olyn dan Kania yang menggeleng lemah. Sepertinya Kania akan berurusan dengan Milly. Memikirkan cara untuk membuat hati gadis bermata sipit itu luluh.

SOMPLAK PLUS GESREK (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang