45~Persiapan Gencatan Senjata~

1.6K 137 9
                                    



"Gue memang berusaha untuk membiarkan lo dengan yang lain. Tapi, gue gak pernah berkata untuk gak ngejahilin lo lagi."

*
*
*

"Harus banget ya, Ma gantiin guru yang lagi lahiran?"

Diana menghentikan tangannya saat ingin menutup koper. Lalu ia memandang Olyn yang duduk di sisi kasur. Wajahnya terlihat sedih sambil memainkan ujung kaus.

Wanita itu langsung menutup koper sambil berbicara, "Kemarin Mama kan bilang kalau nama Mama gak ada dalam list panitia study tour .Tapi, rekan Mama sudah lahiran dan ternyata lahirnya prematur dengan kandungan baru sekitar 7 bulan." Ia menoleh sekilas. "Jadinya Mama harus gantiin dia."

Tidak ada yang tahu maksud dibalik kesedihan Olyn. Karena gadis itu cukup senang saat tahu Diana akan menggantikan rekan kerja untuk menjadi panitia study tour. Pikirannya sudah berkelana ke mana-mana. Beberapa hari akan ditemani sahabatnya selama di rumah. Punya teman curhat tanpa perlu menunggu hari esok untuk bertemu.

Semuanya akan tampak sama seperti biasa jika suara Diana tidak menginterupsi. "Selama Mama ke Singapura, kamu Mama titipin biar gak tinggal sendirian."

Gadis itu tercengang dengan alis mengkerut. "Kenapa harus dititipin segala Ma? Biasanya kan Olyn ditemenin Kania sama Milly."

"Mama tau, tapi kali ini berbeda. Selama seminggu Mama akan mengurus anak murid untuk tour. Mama mana tega ninggalin kamu sendirian walaupun sama mereka." Ucapnya bergerak menuju lemari mengambil kamera digital. "Kalian perempuan semua." Imbuhnya.

Olyn mendekati sang Mama. "Terus, Olyn mau dititipin di rumah Tante Vita, ya?" tebaknya.

"Kamu lupa ya, kalau kita gak punya saudara dekat di sini?" sontak Olyn nyengir dan merutuki ucapannya. "Lagian Tante Vita di Semarang, Lyn, ke jauhan. Emang kamu gak ada niat mau sekolah?" wanita itu menatap lurus Olyn.

Gadis itu menggaruk kepalanya. "Iya, enggak gitu juga." Bingungnya.

"Kamu Mama titipin di rumah Julian."

"APA?!"

Apakah Mamanya sedang bercanda di malam hari seperti ini? Apa ia salah dengar? Matanya membulat sempurna dan di benaknya tidak terpikirkan Diana akan berbicara seperti itu.

Diana mengernyit. "Kamu ini kenapa? Dengar kata Julian langsung heboh begitu."

Olyn mengedipkan mata berulangkali mencoba sadar. "Mama gak lagi bercanda, kan?"

Diana menjawab santai, "Ya enggak lah..." ucapnya masih diperhatikan Olyn dengan ekspresi sama. "Lagian kita sudah kenal sama keluarga mereka."

Olyn tidak habis pikir dengan Mama nya. Seharusnya, jika ia dititipkan lebih baik ke rumah Mauza. Mereka juga sudah sama-sama saling kenal, apalagi keduanya memiliki hubungan khusus.

"Awas aja kalau kamu bikin ulah lagi." Diana menatap tajam Olyn membuat gadis itu takut.

"Kalau gitu mendingan Ol—"

Ketukan pintu menghentikan ucapan Olyn yang menggantung. "Cepet gih, buka pintunya."

Diana meninggalkan Olyn yang masih bingung di kamar. Wanita itu tidak memberinya kesempatan untuk mengutarakan opininya.

Lalu Olyn berjalan menuju pintu depan dan seketika ia bertambah bingung. "Tante Riana?"

Wanita itu tersenyum sumringah. "Malam Olyn..."

**

"Sekali lagi maaf ya, Mbak atas kelakuan nakal Olyn ke Julian."

Diana menyatukan kedua telapak tangannya di dada, meminta maaf pada Riana yang duduk di sofa yang berbatasan dengan meja.

SOMPLAK PLUS GESREK (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang