27~Syarat~

2.2K 164 15
                                    

Hanya beberapa detik dan efeknya luar biasa enak.

-Nandish Julian Schmidt-

Joshua berdiri di depan pintu kamarnya yang ditutup secara tidak sopan oleh orang di dalamnya. Keningnya berkerut ketika membuka knop pintu perlahan. Ia berjalan masuk melihat orang di atas ranjangnya dengan santainya berguling-guling. Tempat tidur yang semula rapi itu kini berantakan. Pria itu tidak menghiraukan decakan Joshua karena memposisikan tubuhnya tertelungkup. Menenggelamkan wajahnya pada bantal empuk dan lebar.

Pria berkulit sawo matang itu mengeluarkan ponselnya dan mencari satu kontak. "Mil, cepetan ke rumah gue." Ucapnya cepat tanpa menunggu salam dari gadis di seberang sana. Sekilas melirik pria di depannya dengan wajah datar. Mencoba menahan amarah yang ingin keluar, namun ia tahan karena sisi lainnya merasa kasihan.

"Julian," Joshua menghela napas pelan melihat seprai ranjangnya tertarik."Dia kena ayan."

.**

"Ini bukan ayan Josh,"

"Emang bukan." Timpal pria itu berpikir keras. "Ini lebih mirip kayak ABG labil."

"Bukan, lebih dari sekadar itu." Sambung Milly ikut mengamati perubahan pria berambut cokelat gelap di depannya.

Alis Joshua terangkat. "Lah, emang mirip apa-an?" Bingungnya.

Hening sesaat, sampai suara Milly mengusik pendengaran Joshua. "Mirip orang gila,"

Ucapan itu sontak membuat Joshua menoleh cepat ke arah Milly yang nyengir tanpa rasa bersalahnya. Pria itu melotot marah pada gadis di sampingnya, "Jaga mulut elo Mil, dia itu sahabat gue." Nada tegas tersirat di sana.

Gadis itu ciut m endengar penuturan Joshua, "Tapi gue juga setuju sama ucapan elo, ha ha." Wajah Milly berubah menjadi datar dan memukul kepala Joshua karena pria itu terus tertawa.

"Duh! Gak elo, gak Lian sama aja hobi banget pukul kepala gue. Nanti kapasitas otak gue yang pintar ini kadarnya hilang, gimana?"

"Biarin aja otak lo jadi sedikit miring, samaan tuh sama sahabat elo yang tambah parah."

Joshua mengikuti arah pandang Milly pada ranjangnya. Pria di sana sudah mengubah posisinya menjadi terlentang. Tidak berhenti disitu. Pria itu kini memeluk guling sangat erat layaknya benda itu adalah seorang kekasih pujaan yang tidak ingin ditinggal pergi. Wajahnya tenggelam di guling berukuran sedang, dan kaki nya pun tidak tinggal diam. Ia ayunkan ke atas bawah berulang kali.

Milly yang kesal langsung duduk di sisi ranjang dan menarik paksa guling tersebut. "Hei, balikin gulingnya!"

Julian setengah terduduk menampilkan wajah kesalnya. Tidak memedulikan tatapan tajam Milly, "Ganggu aja!" Julian menarik guling tersebut lalu kembali tiduran.

"Gue heran, apa ini ada hubungannya dengan Olyn,"

Milly yang hanya asal menebak langsung dikagetkan saat Julian duduk tegap sambil melipat kedua kakinya. "That's right!" Serunya yang mendorong sisi kepo Joshua timbul.

Pria itu ikut terduduk di samping Milly, "Apa yang kalian lakukan?"

Julian tersenyum sangat manis, sesekali mengedipkan matanya membuat keduanya membuat ekspresi ingin muntah. "Woy! Jijik!" Seru Milly menjauhkan wajah Julian namun pria itu sigap menghindar.

"Walaupun kalian merasa gak enak liat tingkah gue, tapi ini adalah bentuk ekspresi diri gue ketika terlalu bahagia." Ia menengadah sambil memejamkan mata, memeluk erat guling tersebut. Biarkan saja ia terlihat aneh sebentar di mata Joshua dan Milly, dari pada ia harus memendam kebahagian susah hilang dari memorinya.

SOMPLAK PLUS GESREK (SELESAI)Where stories live. Discover now