Bagian 18

3.6K 174 26
                                    

200 viewers + 50 vote baru lanjut.

***----***----****----

Mereka mulai bermain, Aninta yang menjadi wasitnya. Walau mereka hanya satu lawan satu, tapi permainan mereka membuat beberapa orang yang sedang ada di taman itu mendekat untuk melihat mereka bermain.

"Gila, bagus amat badanya tuh cowok."

"Iya, roti sobeknya tuh... aduh... gimana di balik celana jensnya ya... coba aja pakek celana olahraga pendek, pasti bagus deh."

"Dasar omesh lo."

"Makin tua umur, tenyata godaan cewek makin banyak. Apalagi badan bagus kaya gitu." Ucap Arbilla memperhatikan Braga dan Arga yang masih asik main.

"Arika, kamu tunggu sini ya. Mama mau beli minum dulu."

"Iya ma."

Arbilla pun berdiri dan berjalan kearah orang yang menjual minuman. Saat Arbilla berbalik,

"Mis Arbilla."

"Rio." Ucap Arbilla terkejut.

"Mis lagi disini?"

"Iya. Lagi jalan-jalan sama keluarga. Kamu bukannya lagi jadi panitia acara basket ya?"

"Iya mis. Cuma lagi mau keluar aja. Lagi pula ini lagi break juga mis."

"Oh... Oh iya, saya kesana dulu ya."

"Iya mis."

Arbilla meninggalkan Rio. Rio menatap kepergian Arbilla.

"Salahkah gua yang suka sama dosen gua sendiri. Dosen yang umurnya cukup jauh dan dia sudah menikah?" Lirih Rio sambil menatap Arbilla yang berjalan ke lapangan basket.

Di lapangan basket, Braga dan Arga baru saja selesai.

"Siapa yang menang?" Tanya Arbilla pada Braga yang mendekat kearahnya .

"Jelas aku donk ma..." Ucap Arga mendekat kearah Arbilla.

Arbilla mengambil minum dan memberikannya pada Arga dan juga Braga.

"Inget ya pa hadiahnya." Ucap Arga tersenyum puas, sedangkan Braga mencebikkan bibirnya kesal.

"Hadiah apa?" Tanya Arbilla.

"Papa tadi ngajak taruhan, taruhannya mama."

"Kok mama di bawa-bawa?"

"Gak tau tuh papa."

"Terus kalian taruhan apa?"

"Kalo papa menang satu minggu Papa mau berduaan sama Mama, dan Arga harus jagain Arika sama mbak Aninta untuk gak gangguin Papa sama Mama."

Arbilla langsung memelototi Braga, sedangkan Braga hanya mendengus kesal dengan mulut Arga yang selalu jujur.

"Mata kamu copot ntar yank..."

"Kamu juga aneh-aneh taruhan kaya gitu."

"Tapi kan Arga juga yang menang."

"Terus kalo Arga menang apa hadiahnya."

"Kita tidur bareng mama satu minggu dan uang jajan satu bulan naik."

"Pinter kamu." Ucap Arbilla tersenyum.

"Kok kamu gitu sih yank." Ucap Braga merajuk.

"Pa jijik, inget umur." Ucap Aninta.

"Amit-amit ya allah, jangan sampe anak hamba kayak Papanya." Ucap Arbilla sambil mengusap perutnya.

Sexy Lecture My MotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang