Bagian 9

3.7K 173 10
                                    

"Kalau kamu sendiri mau di sayang, jangan nyuruh mbak bersikap baik sama Papa Bragas dan tante Nenti. Kita berdua sama-sama membutuhkan kasih sayang. Kamu butuh kasih sayang Mama kamu, dan mbak butuh kasih sayang Papa mbak."

"Apa kasih sayang Papa kurang ke kalian?"

"Pa!" "Papa." Ucap Aninta dan Arga bersama.

Braga berjalan masuk dan duduk di ujung tempat tidur, Arga dan Aninta langsung duduk disamping kanan dan kiri Braga. Arga memeluk pinggang Braga dan Aninta memeluk leher Braga.

"Aninta sayang Papa Dika."

"Arga juga sayang sama Papa."

"Apa kasih sayang Papa kurang?"

Arga dan Aninta menggelengkan kepalanya.

"Kasih sayang Papa sama sekali gak kurang. Cuma apa salahnya jika kita berdua mengaharapkan kasih sayang orang tua kita yang lain."

"Aninta ingin mendapat kasih sayang dari Papa kandung Aninta. Dan Arga mendapat kasih sayang dari Mama Arbilla. Apa itu salah pa?" Tanya Aninta dengan suara seraknya.

"Aninta sayang papa." Ucapnya dengan derai air matanya.

"Arga juga sayang sama Papa." Ucapnya mengeratkan pelukannya di pinggang Braga. Dan wajahnya yang dia sembunyikan di perut Braga.

Arbilla yang mau mengajak Aninta dan Arga untuk jalan-jalan, berhenti di depan pintu kamar Arga dan Aninta. Arbilla yang melihat  Braga dan anak-anaknya, dia menitikan air matanya. Seharusnya dia kembali ke keluarganya, bukan malah takut menyakiti keluarganya karena dia kehilangan ingatannya.

Setidaknya walau dia kehilangan ingatannya dia bisa dengan mudah untuk mengisi kekosongan keluarganya. Melihat airmata yang membanjiri wajah suami dan anak-anaknya seperti ada sayatan yang tak kasat mata di hatinya. Suami dan anak-anaknya membutuhkan sandaran, kebahagian mereka terasa kosong walau banyak orang yang memberikan perhatiannya pada mereka. Apa lagi Aninta yang ibu kandungnya sudah meninggal dan Papanya yang bersikap dingin seperti itu.

Arbilla masuk kedalam, dan membuat  semua yang ada didalam melihatnya. Arga dan Aninta langsung melepaskan pelukan mereka dan menghapus air mata mereka masing-masing.

"Kita disini untuk bersenang-senang, bukan untuk  bersedih-sedih."

Arbilla berjalan mendekat dan duduk di saping Arga. Arga memalingkan wajahnya dan langsung berdiri. Arbilla memegang pergelangan tangan Arga membuat Arga tak jadi melangkah. Arbilla menarik tangan Arga hingga Arga duduk kembali disampingnya.

"Jangan pergi lagi Arga." Ucap Arbilla yang mengalungkan tangannya di leher Arga.

"Kamu udah gede, bukan anak kecil yang kabur-kaburan terus buat ngehindari Mama." Ucap Arbilla yang kini menyandarkan dagunya di pundak Arga dan pelukannya pindah ke pinggang Arga.

"Mama tau, kamu merasa mama gak sayang sama kamu karena memilih untuk ikut bersama Arika. Tapi mau gimana, 10 tahun mama tinggal sama Arika. Mama jadi merasa kehilangan. Maaffin mama yang gak mikirian perasaan kalian." Arbilla mencium pipi Arga.

"Jangan marah lagi ya sama Mama. Sekarang mama ada disini, mama gak akan beda-bedain perhatian mama ke kamu, dan semuanya."

Arga masih diam tidak merespon. Arbilla menekuk wajahnya, namun sedetik kemudian dia tersenyum. Arbilla menciumi pipi Arga membuat Arga memekik kesal.

"Iish...ma!" Seru Arga. Namun Arbilla tetap menciumi wajah Arga, Arbilla mengelitiki perut Arga hingga Arga terjatuh diatas tempat tidur.

"Ma...udah ma...geli." pekik Arga sambil tangannya mencoba menghalau tangan Arbilla.

Sexy Lecture My MotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang