Bagian 5

5.5K 192 12
                                    

"Jadi, ini alasannya yang buat Arga marah."

"Aninta." Ucap Braga terkejut.

"Jadi ini yang buat Arga marah Pa?"

"Arga hanya salah paham aja Aninta."

"Gak mungkin salah paham bisa sampe segitunya. Bahkan om Lian sampe ngomong kaya gitu."

"Mau Mama apa sih Ma? Kalo mama emang belum siap kembali ke Indonesia, jangan kaya gini ma... Mama tau, Aninta udah ngomong sama temen-temen Aninta kalo Mama Aninta udah pulang. Tapi kanapa malah kaya gini ma?"

"Kalo Mama mau pulang ke itali, silahkan ma. Tapi ingat Ma, jangan pernah Mama balik ke sini. Karena Aninta udah capek harus nungguin Mama lagi!" Seru Aninta dan langsung  pergi dari sana.

Arbilla hanya memeluk Arika, Braga hanya mampu menghela nafasnya. 10 tahun berlalu, penantian anak-anaknya menunggu Mamanya kembali akhirnya berakhir. Tapi sayangnya, semua gak sesuai persepsi. Arbilla ingin ke itali, semua karena Arika. Braga tidak bisa berbut apa-apa. Braga pun sudah berbicara pada Arika, tapi Arika kekeh disana. Karena Arika kasian dengan grandma dan grandpanya.

Skipp....

Tiga hari berlalu, Arbilla memustuskan tetap ada di Indonesia. Arika pun sama, dia memilih tetap tinggal di Indonesia. Berkas-berkas  kepindahannya pun sudah beres. Pilihan Arbilla dan Arika tetap tinggal di Indonesia, tentu saja membuat keluarga senang. Tapi tidak dengan Arga. Arga masih kecewa dengan tindakan mamanya. Dia memilih tinggal bersama neneknya. Dia belum mau tinggal satu rumah dengan Arbilla.

Arbilla sudah membujuk Arga, tapi setiap kali Arbilla ingin bicara, Arga menghindar. Dia tidak ingin bicara dengan Arbilla. Arga merasa, mamanya melakukan ini karena Arika, bukan karena kemauannya. Jadi dari pada dia lebih sakit hati, Arga memilih untuk menghindari Mamanya. Ini lebih baik, dari pada harus menyadarkan diri, jika mamanya disini bukan karena keluarganya disini. Tapi semua itu karena Arika.

Hari ini pembagian raport, seperti biasa raport akan di ambilkan Nenti atau pun lula. Tapi karena Lula sedang ada pekerjaan yang tidak bisa di tinggalkan, akhirnya Nenti yang mengambilkan raport mereka.

Saat ini Arga dan Aninta sedang berada di taman dekat lapangan basket.

"Dek...pulang sih dek. Mbak gak ada temennya."

"Kan ada Arika."

"Ai...mbak mau ngajak main apa sama dia. Beberapa hari ini aja dia cuma baca buku. Sama kaya kamu, baca buku mulu."

"Nah kan sama, terus ngapain aku harus pulang?"

"Ayolah dek pulang. Mama udah disini juga. Kenapa kamu malah tinggal sama nenek?"

"Mama disini bukan karena kemauan Mama. Tapi Mama disini karena kemauan Arika."

"Mau apapun alasannya, setidaknya mama udah mau tinggal disini. Mama kehilangan ingatannya, kita sebagai anaknya seharusnya bisa menerimanya. Kita harusnya bersyukur masih bisa bertemu Mama Billa. Gak kaya mbak, mbak udah gak bisa ketemu Mama mbak lagi." Ucap Aninta lirih di akhir kalimatnya.

Arga menghembuskan nafasnya, kemudian dia pun menarik Aninta dalam pelukannya.

"Jangan sedih mbak. Mama mbak nanti juga sedih kalo tau mbak masih menangis karena mama mbak harus pergi ninggalin mbak." Ucap Arga sambil menepuk punggung Aninta.

"Uuh...so sweet banget sih." Ucap seorang anak laki-laki yang tiba-tiba datang, membuat Arga langsung melepaskan pelukannya.

"Deon, mau apa lo kesini!"

"Ooh...tenang Aninta. Gua kesini cuma mau nagih uang taruhan gua."

Aninta mengernyitkan dahinya. Arga mengeluarkan dompet yang ada di saku celana belakangnya.

Sexy Lecture My MotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang