Satu

1.6K 129 24
                                    

Marisha

Ada dua tipe manusia ketika hari Kamis datang. Tipe yang pertama adalah mereka yang otaknya udah panas banget pengen cepet-cepet weekend, sedangkan tipe yang kedua itu adalah mereka yang justru terpacu karena punya mindset bahwa weekend semakin dekat. Kalian tipe yang mana?

Aku sih tergantung.

Kalo hari Sabtu Minggu aku masih harus kerja, aku tipe yang pertama. Tapi kalo hari Sabtu dan Minggu aku gak harus kerja, aku tipe yang kedua. Hehehe.

Tapi untuk hari Kamis ini, aku termasuk tipe kedua. Soalnya setelah dua minggu berturut-turut harus merelakan hari Sabtu Mingguku untuk bekerja, akhirnya kali ini aku bebas. Apalagi, hingga jam menunjukkan pukul dua siang, pekerjaan aku gak banyak-banyak banget.

"Sha, tolong dong follow up klien kita yang dari Depok itu... Siapa namanya?"

Ups. Jangan-jangan aku ketara banget gabut ya? Padahal baru sedetik yang lalu aku seneng karena kerjaan aku gak banyak-banyak banget.. ya walaupun aku jadi gampang ngantuk sih. Kalo ada yang iseng ngitungin berapa kali aku yawning hari ini, mungkin totalnya udah puluhan kali deh.

"Oh.. itu." aku berusaha mengingat namanya, tapi gak berhasil. "Kenapa emang, Mba?"

"Iya itu, tadi mereka minta ada perubahan untuk dresscodenya bridesmaid"

"Hah?" aku terlonjak karena kaget "Berubah lagi?" bener deh, perutku tuh langsung mual kalo denger ada perubahan dari klien. Apalagi kalo udah mau deket-deket hari H.

"Iya, aduh, ribet banget deh. Lu aja coba yang follow up. Nanti gue emosi lagi" kata Mba Naya sambil mengipas-ngipaskan wajahnya menggunakan tangan. Kelihatan jelas kalau seniorku yang satu ini sudah mulai panas menghadapi klien kita yang plin-plan ini.

Aku menghela nafas. Huh, pasti deh yang kayak gini selalu dikasih aku. You know what they're saying about what I'm most good at? Manage my emotion. Iya, aku pintar menyembunyikan ataupun mengatur emosiku. So, most of times, aku sering ditempatkan di barisan paling depan kalau ada klien-klien yang rese.

"Oke, aku whatsapp deh" kataku sambil mengambil handphoneku.

Dua tahun aku bergabung di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang Wedding Services, aku banyak menemui berbagai jenis klien. Mulai dari klien yang sangat kooperatif sampai klien yang banyak mau dan banyak berubah kayak klien yang sekarang aku hadapi. Mulai dari klien yang hanya menyiapkan pernikahannya dalam satu atau dua bulan sampai klien yang sudah menyiapkan pernikahannya setahun sebelumnya tapi akhirnya gagal menikah beberapa hari sebelum hari pernikahannya. Mulai dari pasangan yang adem banget bikin pengen cepat nikah sampai pasangan yang bikin aku mikir-mikir lagi buat nikah. Banyak lah pokoknya.

Memang sih setiap pekerjaan ada suka dan dukanya, tapi nyatanya aku sangat menikmati pekerjaanku. Apalagi kalau pernikahan yang sudah diatur sedemikian rupa ternyata berjalan sukses sehingga wajah-wajah klien kami ini ketara sekali bahagianya. Wah, rasanya aku kayak baru melakukan sesuatu yang mulia banget.

Padahal ya, waktu aku memutuskan untuk gabung ke sini, aku cuman iseng aja.

Jadi tuh aku pernah bekerja sebagai reporter di salah satu stasiun televisi nasional hampir dua tahun. Lalu aku ditawari oleh Bang Jae, salah satu seniorku di televisi yang udah resign duluan, untuk gabung ke Wedding Organizer yang ia rintis dengan sahabatnya, Mba Jenita. Daripada nganggur, mending aku terima tawaran Bang Jae aja sambil nunggu panggilan kerja lagi. Eh gak taunya aku malah kelewat betah di sini.

"Marisha!" panggil suara lain, aku mendongak dan menangkap sosok seniorku yang lain sekaligus salah satu pemilik Wedding Organizer ini yaitu Mba Jenita. Roman-romannya sih aku bakal dikasih kerjaan numpuk nih.

Almost Between Us (Completed)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن