Empat Puluh Tujuh

226 29 6
                                    

Marisha

Setelah empat belas hari dirawat di NICU, akhirnya aku dan Markus bisa membawa pulang anak kedua kami, Michelle, ke rumah.

Aku senang dan lega karena akhirnya Mikha cukup kuat untuk hidup tanpa bantuan inkubator. Tapi di saat yang sama, aku juga khawatir karena ini pertama kalinya aku harus merawat bayi prematur. Bahkan untuk menggendong Michelle aja aku takut karena tubuhnya begitu kecil.

Tapi untungnya, tiga bulan pertama setelah aku melahirkan, seluruh keluargaku ada di sampingku untuk membantu. Apalagi, ada Mama yang berpengalaman melahirkan Markus dan Joey secara prematur. 

Sejujurnya, saat pertama kali tahu bahwa aku hamil Michelle aku memang sudah khawatir.

Aku dan Markus memang berkeinginan untuk memiliki anak kedua, tapi nanti setelah Mikha berusia tiga atau empat tahun.

Dengan kata lain, adanya Michelle di dalam perutku adalah sebuah 'kecelakaan' yang nggak disengaja. Aku dan Markus sih yang begitu naif mengira bahwa aku tidak akan hamil secepat itu. Soalnya, kemarin aku baru berhasil hamil Mikha setelah satu setengah tahun.

"What? An inccident?" tanya Kak Brian.

"Yes, it was during Mark's birthday." jawabku.

"Goddammit, Mark!" sumpah Bang Jae. Dan refleks, aku langsung menendang kakinya. Bukan hanya karena Michelle sedang tidur, tapi juga takut Mikha dengar dan meniru kalimat itu.

Aku menengok ke arah Mikha, tapi sepertinya dia sedang asyik bermain dengan tante barunya alias tante Jihan.

"Sorry, sorry."

Markus yang menjadi topik pembicaraan ini pun hanya mengangkat kedua pundaknya dengan cuek.

"No regret. Itung-itung biar sekalian capek."

"Baik-baik. Ca. Ultahnya Markus bulan depan," lanjut Bang Jae.

Aku langsung sewot, "Yeee, nggaklah, gila kali lo."

By the way, sekarang ini Kak Brian, Jihan dan Bang Jae sedang berada di apartmentku. Kami belum sempat berterima kasih karena mereka membantu persalinanku tiga bulan yang lalu. Jadi, kami sepakat untuk mengundang mereka makan malam di rumah sebagai bentuk terima kasih.

"Dua anak cukup lah, ya" komentar Markus dan aku langsung setuju.

"But, isn't it crazy that we are all gathering here now because this little creature? Gak pernah gue membayangkan kalian berempat bisa ketemu lagi?"

"Honestly, ketika gue lihat Brian sama Caca kemarin itu, gue pikir Caca mau melahirkan anaknya Brian. Sumpah," sambar Jihan yang ternyata tetap keep-up dengan pembicaraan kami. "Untung gue ketemu Mikha. Langsung tau deh siapa bapaknya."

"Tapi Mikha kok bisa mirip banget ya sama lo, Mark?"

"Ya karena gue bapaknya lah, Jae?? Plis deh pertanyaan lo itu,"

"No, I mean, dia sama sekali nggak mirip Marisha."

"Mungkin karena cowok kali. Nanti Michelle pasti mirip Caca. Belum kelihatan aja sekarang," kata Kak Brian sambil mencubit pipi kecil Michelle yang tertidur di gendongannya.

Almost Between Us (Completed)Where stories live. Discover now