7. Yang Datang Bukan Pangeran

2.9K 101 4
                                    

Suasana kafe Violetta masih sangat ramai ketika Dera memutuskan untuk pulang. Sudah hampir dua jam ia berada di kafe dengan konsep indoor yang bernuansa serba ungu itu untuk menikmati berbagai dessert yang sangat memanjakan lidahnya.

Ini hari minggu di mana ia sudah berencana akan pergi ke Violetta bersama dengan Sella. Namun sayang, Sella tiba-tiba harus pergi ke sekolah untuk hadir dalam rapat OSIS berhubung adiknya itu adalah anggota OSIS.

Karena sudah sangat ingin pergi, Dera pun akhirnya nekat berangkat sendiri karena tidak mempunyai partner. Kara sedang mengerjakan tugas bersama Danzel, sementara Adit dan Kevin bermain futsal. Dan tidak mungkin ia mengajak Revan, kan?

Maka, pukul tiga sore Dera pergi ke Violetta yang sudah kebanjiran pengunjung. Semua tempat terisi penuh. Untung saja ia kebagian tempat karena ada sepasang muda-mudi yang pergi dan membuat Dera giliran menempati kursi tersebut. Terbiasa bepergian sendiri, membuat Dera sama sekali tidak merasa seperti orang hilang ketika dirinya sendirian di tengah-tengah banyaknya orang.

Langit hampir gelap saat Dera keluar dari kafe karena waktu sudah menunjukan hampir pukul setengah enam. Saatnya pulang dengan memesan ojek online karena ia malas membawa motor.

Saat akan memesan, Dera dibuat melongo karena layar ponselnya yang tiba-tiba gelap. Mampus! Baterai ponselnya habis.

"Aduh, gimana, nih, gue pulangnya? Lo bego banget, sih, Der." Kenapikan yang menyergap membuat Dera merutuki dirinya sendiri.

Terlalu banyak mengambil foto untuk kebutuhan insta-story membuatnya tidak sadar jika baterai ponselnya berkurang banyak. Terlebih ia membawa ponselnya tersebut pergi dalam kondisi baterai hanya lima puluh persen.

"Ck, gimana, ya? Mana nggak bawa charger sama power bank lagi. Lo emang bego banget sumpah." Dera makin panik. Apalagi hari yang semakin gelap.

Sebenarnya jarak antara Violetta dengan rumahnya tidaklah terlalu jauh. Mungkin hanya sekitar empat kilometer. Namun, haruskah ia berjalan kaki? Bukannya takut lelah, Dera hanya takut jika terjadi apa-apa di jalan.

Bagaimana nanti jika dijalan ia diculik, dirampok, atau bahkan di bunuh setelah ponsel berserta uangnya diambil?

Membayangkannya saja sudah membuat Dera bergidik ngeri. Menempel ke tembok Violetta untuk bersandar, Dera berpikir untuk mencari solusi agar dirinya bisa pulang. Dia juga berharap Adit maupun Sella bisa peka untuk menjemputnya.

Dan disaat-saat seperti ini pun, Dera masih berkyahal. Berharap ada pangeran tampan baik hati yang mau mengantarnya pulang.

****

Dengan santai, Revan membawa vario 150nya membelah Jakarta sore hari ini. Sedang mulutnya bersenandung pelan menyanyikan lagu Disenchanted milik My Chemical Romance.

Dengan berpayung langit yang mulai kemerahan, suasana jalanan sore ini cukup ramai. Apalagi ini hari minggu.

Omong-omong, Revan sedang dalam perjalanan pulang menuju rumahnya setelah bermain badminton di salah satu GOR dekat rumahnya bersama dengan Latif—temannya dari SMA lain untuk mengisi waktu luang di hari minggu yang membosankan ini.

Sebenarnya Adit dan Kevin mengajaknya bermain futsal, tapi Revan tidak begitu berminat dengan cabang olahraga itu dan lebih suka bermain badminton. Karena itulah, hampir setiap hari minggu ia bermain olahraga tersebut.

Impossible PossibilityWhere stories live. Discover now