Prolog

15.1K 351 5
                                    

Dari luar, suasana sekolah tampak sepi ketika kakinya yang berbalut sepatu sneakers berwarna kombinasi hitam putih itu masuk ke dalam SMA Binadharma yang notabene akan menjadi sekolah barunya mulai hari ini.

Setelah mengucapkan terimakasih pada satpam yang telah membukakan pintu gerbang untuknya, ia membawa kakinya berjalan masuk lebih dalam.

Teringat sesuatu ia kemudian berhenti melangkah. Lantas tangannya merogoh saku roknya untuk mengambil kaca kecil guna memastikan penampilannya tetap paripurna.

"Oke, masih keliatan kayak Jisoo Blackpink," gumamnya penuh percaya diri sembari tersenyum lebar, sedang tangannya menyibak sehelai rambut yang menutupi kening.

Setelah merasa puas menatapi penampilannya pagi ini yang dirasa super duper mega bintang, ia kembali menyimpan kaca kecilnya.

Detik berikutnya ia celingak-celinguk, merasa bingung bagaimana bisa menemukan ruang kepala sekolah karena tidak melihat satu orang pun yang melintas untuk ia tanyai.

Hingga di tengah kebingungannya, akal sehatnya mengambil alih.

Bego Dera, kenapa tadi nggak tanya satpam?

Gadis bernama Dera itu tertegun. Iya juga, ya, mengapa dia tidak bertanya pada satpam tadi? Kenapa pikirannya tidak memikirkan hal tersebut?

Dera berdecak, merasa kesal pada dirinya sendiri yang ia akui kelewat bodoh.

"Lo nggak bego kok, Der. Lo cuma nggak kepikiran aja tadi," hiburnya pada diri sendiri agar merasa tidak bodoh-bodoh amat.

Dera pun dengan cepat berbalik menuju pos satpam. Namun sayang, ia harus menelan kekecewaan karena melihat pos satpam yang kosong. Entah pergi ke mana pria paruh baya berperut gembul itu.

"Hadeh, emang sial banget gue. Emang disuruh buat muter-muter keliling sekolah, nih. Semoga nanti bisa nemu cogan."

Baiklah. Sepertinya hari pertamanya menjadi murid baru akan sedikit penuh tantangan. Semoga saja di tengah perjalanan panjang mencari ruang kepala sekolah nanti ia akan bertemu dengan cowok ganteng yang ramah dan mau mengantarnya ke ruang kepala sekolah.

Lalu setelah itu mereka akan saling suka dan akhirnya mereka berpacaran, lalu—

Oke, stop! Ini bukan saat yang tepat untuk berhalu ria.

Dera pun melanjutkan langkahnya melintasi koridor yang sepi karena kegiatan belajar mengajar telah berlangsung. Bisa ia rasakan tatap-tatap penasaran dari murid-murid yang berada di dalam kelas walaupun tatapannya lurus ke depan.

Tentu saja, siapa yang tak penasaran melihat murid baru. Apalagi murid baru secantik dirinya. Atas pemikiran kelewat percaya diri itu, Dera terkikik dalam hati.

Detik berikutnya ia geleng-geleng, berusaha mengenyahkan segala pikiran absurd-nya dan fokus mencari ruang kepala sekolah yang sialnya belum ia temukan sedari tadi.

Disela-sela langkahnya, ia kemudian menggerutu mengingat ini merupakan kepindahan sekolahnya yang kelima sejak ia smp.

Ya, menjadi anak dari seorang karyawan sibuk yang hobi berpindah-pindah karena tugas dari atasan membuat sekolahnya juga harus terus pindah mengikuti ke mana pun papanya pergi. Semoga saja ini menjadi yang terakhir setelah ia pindah dari Bandung ke kota Jakarta ini. Karena bagaimanapun, tentu saja ia merasa lelah harus terus beradaptasi di lingkungan baru.

Hampir sepuluh menit berkeliling hingga kakinya kram dan dirinya lemas juga berkeringat deras—oke ini lebay—Dera tak juga kunjung menemukan ruang kepala sekolah. Entah bersembunyi di mana ruangan tersebut sehingga susah dicari.

Impossible PossibilityWhere stories live. Discover now