1. Teman Sebangku

7.2K 233 1
                                    

Dera sudah menempati kelas barunya di XI IPA 3. Entah harus bersyukur atau bagaimana, karena ternyata ia satu kelas dengan Adit—sepupunya di Jakarta.

Sebenarnya dia memang tahu kalau Adit bersekolah di Binadharma—itulah mengapa ia mendaftar di sini, tapi dia tak menyangka mereka akan bisa satu kelas. Meski jadi sedikit bosan karena akan sering melihat wajah sepupunya, setidaknya dia tidak akan kesulitan untuk beradaptasi di sekolahnya yang baru ini. Tentu saja karena akan ada Adit yang membantunya.

Namun untuk selanjutnya, rasa bersyukur itu harus ia pendam dalam-dalam terlebih dahulu karena fakta lain yang ia terima hari ini.

Dera pikir, kesialannya tadi pagi ketika bertemu dengan cowok bermulut tajam akan berakhir saat itu juga dan tak memiliki episode lanjutan.

Namun ternyata ia salah besar. Kesialannya tadi pagi sepertinya akan memiliki episode panjang yang mungkin panjangnya akan mengalahkan sinetron tukang bubur naik haji.

Bagaimana tidak? Cowok menyebalkan tadi pagi itu ternyata menjadi teman sekelasnya juga. Dan kalian tahu hal apa yang lebih menyebalkan daripada saat mengetahui bahwa cowok itu jadi teman sekelasnya?

Cowok menyebalkan itu juga akan jadi teman sebangkunya.

Catat sekali lagi. Menjadi teman sebangkunya. Benar-benar kesialan yang dobel. Pantas saja firasatnya buruk tadi pagi.

Hal itu terjadi dikarenakan cowok yang Dera ketahui bernama Revan itu duduk sendiri. Dan memang tidak ada sisa bangku kosong selain di samping Revan. Entah kebetulan macam apa ini. Seolah takdir memang terniat sekali membuatnya berurusan dengan cowok yang membuatnya makan hati tadi pagi.

"Dari sekian banyaknya kelas di sekolah ini, kenapa gue harus sekelas sama lo, sih? Mana sebangku lagi. Demi apa pun ini kenyataan tersial yang pernah gue alamin." Gerutuan itu Dera lontarkan dengan pelan setelah sedetik ia mendaratkan pantatnya di kursi kosong di sebelah Revan.

Revan menoleh dengan satu alis yang terangkat, merasa tidak habis pikir dengan gerutuan gadis yang hari ini resmi menjadi teman sebangkunya.

"Ini bangku gue yang tempatin duluan. Kalo nggak suka nggak usah duduk di sini. Toh lagian nggak ada yang nyuruh lo." Ia membalas dengan tak acuh.

Atas jawaban menyebalkan itu, Dera menggeram kesal. "Hih! Nyebelin banget, sih, lo jadi manusia. Asal lo tau, ya, gue masih dendam banget sama lo gara-gara kejadian tadi pagi. Inget itu," sinisnya bermaksud mengibarkan bendera perang.

Untuk selanjutnya Revan tak merespon. Boro-boro merespon, melirik Dera saja tidak. Dia benar-benar tak peduli pada Dera dan fokus pada buku di depannya.

Diabaikan seperti itu membuat Dera makin berang. Sepertinya teman sebangkunya ini adalah spesies manusia paling paling paling menyebalkan yang pernah ada.

Dera pun membuang muka, malas menatap wajah Revan. Selanjutnya ia menyiapkan buku dan bersiap mendengarkan pelajaran. Sambil sesekali menatap Adit yang duduk tak jauh darinya. Huh, andai saja yang menjadi teman sebangkunya adalah Adit, bukan cowok menyebalkan ini. Pasti semuanya akan jadi lebih menyenangkan

*****

Istirahat kali ini Dera habiskan dengan makan di kantin bersama Adit dan Kevin—teman sebangku Adit—setelah sebelumnya sepupunya itu mengajaknya berkeliling SMA Binadharma.

Impossible PossibilityWhere stories live. Discover now