6 - Pedekate: Tengsin

124 11 0
                                    

Hayyy gaaessss

Cerita yg baal ini akhirnya mau dilanjut lagi kwkw

Kayanya gak penting juga kebanyakan basa basi yaudahh yukk cusss

•••••

Aku menemukanmu di dalam diri oranglain.  Bersama dengannya membuatku terasa sangat nyaman karena bisa sedikit menyepelekanmu. Tapi terkadang juga terasa sakit, karena dia harus mengingatkanku padamu.

💫
💫
💫
💫
💫

Gilang melepas helm hitamnya saat Alin turun dari jok belakang motornya. Melihat Alin yang nampak celingak celinguk memperhatikan tempat billiard ini. Tempat billiard yang mungkin sangat asing untuk Alin, tapi tidak bagi Gilang. Ini tempat billiard yang sering sekali Gilang kunjungi bersama dengan teman-temannya. Dan Gilang belum pernah mengajak Alin ke tempat ini.

"Ayo, Lin." Ajak Gilang yang berjalan lebih dulu untuk masuk kedalam.

Alin yang masih bertanya-tanya dalam hati tentang tempat billiard ini, dengan langkah pelan mengikuti Gilang dari belakang. Entah kenapa, Alin merasa sedikit takut. Feelingnya berkata tidak enak. Dan otaknya kembali harus mengingat kejadian diklub malam waktu itu. Alin takut, kejadian itu akan terulang.

"Woy!"

Langkah Alin terhenti dipintu masuk. "Lu ngapain Ri, disini?" tanyanya kaget. Tiba-tiba saja Riani mengagetkannya dari arah yang berlawanan. Mungkin karena daritadi Alin bengong, makanya tidak melihat Riani yang sedang berjalan keluar.

"Harusnya gue yang nanya kaya gitu. Lu ngapain disini? Tumben banget." Balas Riani.

Alin bingung harus menjawab apa. Otaknya mencari jawaban yang pas untuk pertanyaan dari Riani, sepupunya. Dadanya berdetak cepat dengan tidak jelas karena tercampur rasa panik.

"Lin, cepetan." Panggil Gilang yang berada tidak jauh dari Alin. Baru sadar kalau Alin tidak berada dibelakangnya.

Kepala Riani sedikit mendongak, dan terlihat sangat jelas ada Gilang yang berdiri disana sedang melihat kearahnya juga Alin. "Lu kesini sama Gilang?" tanyanya menatap Alin tak percaya. Ada rasa kesal juga yang tiba-tiba saja muncul didalam diri Riani.

"Ri, ayoo cepet!" panggil pemuda disana yang sudah menstater motor ninja hitamnya. Itu pasti Andri.

"Yaudah Ri, gue duluan yaa." Pamit Alin yang langsung berjalan terburu-buru meninggalkan Riani. Mengambil kesempatan disaat Riani sedang menengok kearah Andri.

Baru saja Riani ingin memanggil sepupunya itu, tapi Alin sudah tak terlihat. Pasti sudah dibawa masuk kedalam sama Gilang. Rasa kesal semakin menyelimuti diri Riani. Lihat saja, nanti kalau Riani bertemu dengan Alin, pasti ia akan mengomel.

"Tadi ngobrol sama siapa?" tanya Gilang yang menghentikan langkahnya didepan meja bundar yang berada disisi kiri tempat billiard ini.

"Riani."

Gilang menatap Alin sebentar. "Pasti dia kepo."

"Iya, dia nanyain, gue-"

"Alin!"

Alin menengok kesamping kanannya, melihat ada seorang perempuan yang sedang duduk dengan senyumannya yang merekah bagaikan anak kecil yang baru saja bertemu dengan ibunya.

"Apa kabar?" tanyanya yang langsung cupika-cupiki pada Alin dengan pd nya, sebelum Alin bertanya siapa perempuan ini. Alin lupa.

"Lu, siapa yaa?" Alin mulai bertanya. Sumpah demi apapun, Alin lupa dan tidak mengingat perempuan ini. Yang jelas, perempuan itu bukan temannya Alin.

Break! (Terimakasih Tuhan, dia begitu indah) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang