🍃Duapuluhsatu🍃

8.5K 1.1K 200
                                    

Saya mau beri sedikit pengumuman nih. Ceritanya kakek Yusuf mulai sekarang akan saya update sehari sekali (dengan catatan targetnya udah terpenuhi), soalnya saya juga sedikit memiliki kesibukan di dunia nyata.

Target saya sih masih nggak muluk-muluk amat. Buat bab ini, 580 vote dan 190 komentar (kalau bisa lebih, saya pastinya senang sekali). Nggak tinggi 'kan targetnya? Dan pastinya nggak akan buat teman2 semua kerepotan.

Udah sih, segitu aja. Selamat membaca, dan semoga cerita kakek Yusuf bisa menjadi teman buat kalian di pagi ini.

🍏🍏🍏

                                                  

Hari sudah mulai beranjak malam saat Yusuf melangkah memasuki rumahnya. Rasa lelah tentunya tak terhindarkan lagi karena banyaknya pekerjaan yang harus ditangani semenjak beberapa hari ia absen ke kantor demi menemani sang istri yang belum terlalu membaik kondisinya.

Rumah sudah dalam keadaan sepi. Seperti hari-hari yang telah lalu, Mina pasti sudah pulang, dan hanya menyisakan satpam, yang berjaga di depan sana, serta adanya 2 orang pria yang ditugaskan Arsakha Virendra untuk mengawasi keamanan istrinya dari dalam mobil yang terparkir tak jauh dari rumahnya.

Setidaknya, dengan adanya penjagaan tersebut, Yusuf merasa sedikit tenang saat harus meninggalkan Salwa di rumah kala ia harus mengurus pekerjaan penting di kantor.

Kemudian langkah Yusuf terhenti sebelum ia melangkah menuju kamarnya begitu matanya terpaku tepat ke arah sofa ruang keluarga, dimana ada Salwa sedang tidur di atasnya. Tanpa dapat ditahan, kedua sudut bibir Yusuf tertarik membentuk senyuman. Istrinya itu tampak begitu bercahaya di tengah lampu yang menyala terang.

Sudah beberapa hari berlalu, dan kini kondisi Salwa telah kembali seperti sedia kala. Wanitanya itu sudah mulai beraktifitas seperti biasanya, membantu Mina memasak, dan terkadang kedua wanita itu menghabiskan waktu dengan merawat beberapa tanaman di halaman samping rumah yang cukup luas.

Meskipun sudah tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan dari kondisi istrinya itu, Yusuf tetap tak mengizinkan ibu yang tengah mengandung anaknya itu keluar dari rumah. Bahkan untuk sementara, setidaknya sampai situasi membaik dan pelaku pembunuhan sang ayah mertua ditemukan, Yusuf pun meminta Salwa menghentikan dulu kegiatan kursus menjahitnya.

                                                        
Nanti, saat semuanya sudah aman kembali, Yusuf tidak akan melarang kemana pun wanitanya itu ingin melangkahkan kakinya. Tetapi itupun harus dengan beberapa syarat. Demi keselamatan wanita yang sedang mengandung itu, dan pastinya demi kesehatan jantungnya karena tidak perlu lagi takut jika istrinya akan dilirik pria lain.

Posessif, memang. Tetapi Salwa adalah istrinya, jadi terserah Yusuf ingin bersikap dan berlaku seperti apa terhadap wanita pemilik hatinya itu.

"Sayang." panggil Yusuf pelan setelah berdiri di samping sofa, lalu tangannya mengelap titik keringat yang ada di kening istrinya itu.

Karena tak mendapat respon, Yusuf akhirnya menunduk, menggunakan sebelah lutut untuk menyanggah tubuhnya. Kemudian karena gemas melihat Salwa yang akhir-akhir ini suka sekali tidur dimana saja, Yusuf mengecup pipi mulus tanpa noda tersebut, lalu melumat bibir Salwa yang sedikit membuka, seakan mengundangnya untuk mengulum bibir tipis itu dalam kuluman gairahnya yang selama beberapa hari ini harus sekuat tenaga ia tahan.

Rupanya aksi Yusuf tersebut membuahkan hasil. Kelopak mata yang menaungi sepasang mata cantik itupun perlahan terbuka, lalu suara merengek dan serak, khas orang baru bangun tidur dan merasa terganggu karena ulahnya terdengar begitu merdu di pendengaran Yusuf.

Takdir Cinta [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now