🍃Enam🍃

13.9K 1.2K 95
                                    

Okelah... krna banyak yang suka dan udah nggak sabar baca ceritanya kakek Yusuf, saya update lagi. Capek sih harus ngebut nulisnya meskipun idenya ada, tapi saya senang karena udah banyak pembaca yang mau ninggalin jejaknya di cerita yang saya tulis (khususnya mungkin cuma di cerita ini aja, karena targetnya cepat sekali terpenuhi).

Baiklah, nggak usah panjang2 lagi cuap nggak pentingnya. Target saya masih nggak muluk2, cuma 312 untuk vote dan 55 komen (kalau bisa lebih, alhamdulillah). Soal typo dan kesalahan dalam penulisan, harap dimaklumi ya teman2.

Udah sih segitu aja. Selamat membaca, dan semoga kisah kakek Yusuf bisa menemani kalian di waktu senggang.

🍏🍏🍏

                                                   

Jam baru menunjukan pukul 9 malam saat Salwa mematikan lampu dapur setelah ia selesai beberes di sana.

Dengan perlahan, Salwa melangkah gontai melewati ruangan demi ruangan dengan sedikit berkhayal ada satu keajaiban yang membuatnya dalam sekejap mata bisa berada di kamar, sesegera mungkin merebahkan tubuhnya di atas ranjang dan terlelap ke alam mimpi untuk menghilangkan rasa lelah yang dirasa.

Kegiatan kursus yang diikutinya tadi sungguh membuat ia merasa lelah, tak terbiasa berada berada di tempat yang ramai orangnya, lalu harus ditambah harus beramah tamah dengan sesama peserta kursus lainnya. Saking lelahnya, Salwa yang berjalan dalam kegelapan tak memperhatikan sekitar, sehingga kakinya tersandung di undakan tangga pertama.

Salwa terkejut, dalam sekejap ia sudah bisa membayangkan rasa sakit yang akan diderita saat tubuhnya menghantam lantai yang terasa dingin di bawah telapak kakinya itu.

Namun yang dirasakan Salwa kemudian ialah punggungnya berdempetan dengan suatu bidang kokoh, kemudian adanya kedua tangan yang melingkari pinggangnya disertai suara seseorang yang sudah terasa familiar di telinganya.

"Hati-hati." Yusuf berbisik pelan seraya membawa tubuh kecil dan terasa ringan itu untuk berdiri kokoh di lantai marmer, di bawah undakan tangan. "Cerobohnya istri kecilku ini." kekeh pria itu geli kemudian.

Salwa tertunduk malu, tak mau menatap pria paruh baya yang masih terlihat tampan itu saat tubuhnya di hadapkan ke depan. Malu yang Salwa rasa bukan hanya karena sifat cerobohnya, tetapi juga sekilas tadi ia sempat melihat kalau pria di depannya ini hanya mengenakan celana rumahan selutut tanpa pakaian yang menutupi tubuh bagian atasnya.

                                                        
"Kenapa kamu nunduk gitu, Sal? Memangnya kamu tidak mau menatap muka saya, lelaki tua yang sudah menikahi kamu?" tanya Yusuf yang menyembunyikan senyum gelinya.

"Saya malu kalau ngeliat bapak nggak pakai baju. Belum terbiasa. Lagian, memang bapak nggak dingin apa, malam-malam gini telanjang dada kayak gitu?" gumam Salwa dengan masih menundukan kepala.

"Salwa Zalyka."

"Ya... " cicit Salwa pelan saat mendengar panggilan untuknya itu.

"Waktu di hotel, saya bahkan pernah telanjang bulat sewaktu memaksa menggauli kamu. Dan di ronde yang entah ke berapa, kalau tidak salah ingat, saya pernah melihat bagaimana kamu menatap kejantanan saya saat memasuki surgamu yang sempit itu. Lalu kenapa sekarang kamu harus malu karena saya yang tidak mengenakan baju?" tanya Yusuf dengan suara yang tiba-tiba saja serak, dijepitnya pelan dagu yang terasa halus tersebut, lalu didongakannya ke atas. "Saya juga masih ingat, saya pernah menuntun tangan kamu untuk memegang dada saya saat kita akan mencapai kepuasan. Lihat saya, Sal, saya masih orang yang sama, yang malam itu merampas keperawanan kamu. Jadi istriku, kamu jangan merasa malu kalau melihat saya berpenampilan seperti ini." imbuh Yusuf yang langsung terkekeh kecil saat melihat wajah Salwa memerah akibat kata-kata vulgarnya.

Takdir Cinta [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now