🍃Sembilanbelas🍃

Depuis le début
                                    

Terkhususnya Yusuf. Pria paruh baya itu sedari tadi tidak sekali pun ingin menanyakan bagaimana keadaan putrinya saat ini diakibatkan amarah yang masih membekas dalam hati. Meskipun begitu, jauh di lubuk hatinya, ia juga mengkhawatirkan sang putri yang entah mengapa bisa menjadi begitu beringas hingga hampir menyebabkan satu nyawa melayang karenanya.

Bukannya Yusuf membenci, ia hanya merasa marah sekaligus kecewa terhadap apa yang sudah Adelia lakukan kepada Salwa, istri kecil, yang dari tadi malam tidak mau mengatakan betapa sakitnya hati wanita itu karena telah dikatai dan dihina oleh anaknya.

"Pa... aku rasa, sudah waktunya Adel tau alasan papa menceraikan mama." ucap Fari tiba-tiba dan langsung mendapat respon berupa tatapan melotot dari ayahnya. "Dia sudah gede, pa, sudah nggak perlu lagi dilindungi perasaannya. Waktu itu papa diam karena Adel mau ujian, tapi sekarang dia sudah kuliah, nggak sepantasnya lagi dia bersikap kekanakan. Biarkan tahu, lalu menilai mana baik dan buruknya, agar ke depannya nggak akan ada lagi orang-orang yang ngambil kesempatan melalui dia."

Mata Yusuf membelalak. "Maksud kamu... " ucapnya yang sudah memikirkan satu kemungkinan mengapa anak gadisnya berlaku kasar.

"Mama yang udah manfaatin emosinya Adel buat bikin kekacauan di rumah papa." timpal Fari mantap. "Entah mama tau dari mana kalau papa udah nikah lagi, makanya dia marah karena kesempatan untuk rujuk lagi sama papa semakin sulit, lalu dia memanipulasi pikiran Adel sampai anak gadis papa yang lembut itu jadi kasar perangai dan tutur katanya."

Yusuf berulang kali menghela napas panjang demi mengurangi panas dalam hati. Mendengar jika mantan istrinya kembali membuat masalah bahkan sampai memanfaatkan anak mereka, rasa-rasanya Yusuf sudah sanggup lagi terus bersabar menghadapi segala ulah mantan istrinya itu.

                                                          Selama ini Yusuf diam saja, tak mengatakan kepada siapapun mengenai apa yang sudah Imeka lakukan padanya. Tetapi rupanya wanita yang belum juga memperbaiki diri itu terus saja membuat masalah. Tidak penting darimana wanita itu mengetahui perihal pernikahan keduanya, yang jadi masalah ialah mulut berbisa wanita itu sudah menciptakan keributan di rumahnya, serta yang paling tidak bisa ditoleransi lagi adalah karena ulah mantan istrinya itu, Yusuf hampir saja kehilangan calon buah hati yang sangat dinantkan kehadirannya.

"Jadi pa, papa setuju 'kan, kalau aku ngasih tau Adel soal mama?" tanya Fari memutuskan lamunan ayahnya.

Yusuf memandang putra sulungnya dengan tatapan serba salah. "Papa tetap nggak tega, Far. Takut dia kenapa-kenapa setelah tau apa yang sudah mama kalian lakukan."

"Pokoknya papa tenang aja. Kalau terjadi apa-apa sama Adel, biar itu jadi urusanku. Tugas papa cuma jagain Imu sama anak dalam kandungannya, jangan sampai kejadian seperti ini terulang lagi." timpal Fari dengan keyakinan penuh, ia tidak mungkin terus membiarkan Adelia berada dalam ketidak-tahuannya, sehingga adiknya bisa kembali berbuat nekat dan semakin merusak suasana yang ada.

"Ya udah, kalau kamu yakin bisa jagain adik kamu, papa serahkan semuanya sama kamu." balas Yusuf pasrah. "Cuma satu permintaan papa, jangan tinggalin adikmu kalau situasi yang harus dia hadapi nanti sangat tidak bersahabat buat dia." imbuh Yusuf yang meyelipkan sebuah doa agar putrinya baik-baik saja.

"Pasti, pa. Pokoknya papa tenang aja, sebagai anak tertua, aku cukup bisa diandalkan." Fari tersenyum lebar seraya menepuk pelan dadanya. Lalu ekspresi wajahnya jadi tak enak hati saat kembali berkata, "Sebenarnya aku juga mau minta maaf sama papa. Soalnya tadi aku ngomongim yang sejujurnya tentang papa yang sudah menikah lagi kepada ibu-ibu bernama Yasmin dan anaknya yang genit itu. Gedek aku, pa, sama perempuan-perempuan penggila harta itu. Jangan marah ya, pa, karena aku ngumumin pernikahan papa sebelum ngomong lebih dulu sama papa."

Takdir Cinta [Sudah Terbit]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant