2 - Flashback: Futsal

240 12 0
                                    

Halooo gaessss~

Kayanya kurang greget ya ceritanya, gak kaya yang udah2 hehe

Ini aku mau lanjut lagi, semoga suka ya

Happy reading~

•••••

Gilang mengajak Alin untuk menemaninya sparing futsal lagi. Kali ini sparing dengan Andri, Bagas, Bimo, dan juga beberapa teman dari sekolah penerbangannya. Itu artinya, Riani ikut menemani Andri futsal. Tapi lagi-lagi, Riani sengaja menyuruh Gilang untuk membonceng Alin. Padahal Alin ingin datang berdua dengan Riani. Gaenak dilihat sama yang lain kalau berdua terus sama Gilang, Alin kan bukan siapa-siapanya Gilang.

Alin senyum-senyum sendiri daritadi. Bukan senyum-senyum melihat Gilang yang keringetan dilapangan futsal, tapi senyum-senyum sendiri oleh handphonenya. Ada seseorang yang sedang membuatnya bahagia daritadi, yang pasti itu bukan Gilang. Karena Gilang saja sedang disini bersama dengan Alin.

"Gue break dulu." Teriak Gilang didalam lapangan, yang lalu berjalan keluar lapangan untuk mendekati Alin yang sedang duduk dibangku panjang didekat dinding.

Alin langsung menlock handphonenya dan memasukkannya kedalam tas kecilnya yang selalu ia bawa. Sedikit gelagapan saat melihat Gilang datang.

"Capek Lin." Ucap Gilang yang kini sudah duduk disamping Alin dengan keringat yang mengucur.

"Nih, minum dulu." Ucap Alin yang menyodorkan botol air mineral lalu tersenyum melihat wajah Gilang yang sedikit kemerahan.

Gilang langsung berhenti minum saat tiba-tiba saja Alin mengelap keringat dikeningnya dengan handuk kecil berwarna putih yang ternyata Alin bawa sendiri dari rumah.

"Capek banget yaa, Lang? Mukanya sampe merah gitu kaya udang." Ucap Alin sedikit meledek.

Awalnya Gilang diam menatap Alin, lalu tiba-tiba saja Gilang menyandarkan kepalanya dikedua paha Alin. Untung saja Alin sedang memakai celana jeans panjang, jadi tidak masalah kalau Gilang tiduran dipahanya.

Ada rasa nyaman yang tiba-tiba saja datang merasuk ke dalam tubuh Alin. Rasa nyaman yang tidak bisa dijelaskan oleh Alin. Rasa nyaman yang tidak bisa diungkapkan. Rasa nyaman yang seakan-akan selalu berbisik pada Alin kalau Alin sudah menemukan rumah untuk menetap. Yaitu Gilang.

Alin tersenyum melihat Gilang. "Gak main lagi dilapangan?" tanyanya lembut. Alin benar-benar merasa bahagia melihat wajah manis Gilang dari atas seperti ini.

"Nanti dulu ah, capek. Mau istirahat." Jawab Gilang dengan nafas tersengal.

"Kasian banget keringatnya masih ngucur." Alin sedikit meledek dan kembali mengelap keringat diwajah Gilang pelan-pelan dengan handuk kecilnya tadi.

Gilang tidak menjawab. Tangannya memegangi dadanya yang sedang berdegup kencang karena kelelahan. "Lin..." panggilnya.

"Kenapa?" tanya Alin, yang mulai mengelapi poni Gilang yang basah dengan keringat.

"Gajadideh."

"Kenapa, Lang?"

"Engga, nanti aja." Balas Gilang, sedikit memejamkan kedua matanya saat Alin mengusap lembut rambut dibagian poninya yang mulai panjang. Rasanya sangat nyaman sekali. Gilang tidak bohong.

Break! (Terimakasih Tuhan, dia begitu indah) Where stories live. Discover now