27 || Warna Baru

Mulai dari awal
                                    

Di ruang tamu, karpetnya sudah banyak sekali remah-remah biskuit atau pun snack yang dengan kurang ajarnya dimakan sampai habis oleh Ahwal dan Reza. Televisi di ruang tamu Fariz sedang menyala. Reza yang sedari tadi ongkang-ongkang kaki dengan posisi telentang mulai geram karena Ahwal mengganti film yang sedang ditontonnya.

Ia mengubah posisinya menjadi duduk. Lalu mencoba merebut remot TV yang dipegang oleh Ahwal. Ahwal tak mau kalah. Ia berusaha menjauhkan remot TV yang dipegangnya dari jangkauan Reza.

"WOE AHWAL SETAN, GANTI NGGAK. GUE LAGI NONTON DILAN, ANJING!" Fariz yang sedari tadi memilih diam dengan memilih tiduran di pojok karpet ruang tamu—untuk menjauh dari mereka—langsung menutup telinganya dengan telapak tangannya akibat suara menggelegar Reza.

"Ah, Dilan mulu, bosen ah. Lagian tuh film udah sering diputar juga! Mending nonton ini, lebih berfaedah." Ahwal berkata tak mau kalah.

"Berfaedah palalo peyang! Siniin nggak remotnya. Gue maunya nonton Dilan. Lagi seru itu anjing, lagi adegan Dilannya berantem!" Sungut Reza.

Ketika Reza ingin kembali mengambil remot TV, secepat kilat Ahwal kembali menjauhkannya dari Reza. "Nggak mau ah. Gue maunya nonton ini!"

"Siniin nggak!"

"Ogah."

Mendesah, Fariz mengubah posisinya menjadi duduk. Menatap kedua makhluk itu dengan kesal. "Udah ganti aja ngapa, Wal! Mending nonton Dilan. Emang sih itu film udah sering diputar. Tapi seenggaknya lebih cocok ditonton bareng dibanding Sinema Azab yang lo tonton."

Ahwal mendengus keras. Merasa kalah karena si pemilik rumah tidak membelanya. Akhirnya ia mengganti channel pada stasiun TV yang tadi menayangkan film Dilan dengan raut kesal.

Fariz menggeleng sambil berdecak. Ia lalu
melirik Leo yang sedang tiduran di sofanya dengan kedua kaki terangkat. Fariz kesal, sedari tadi rumahnya berisik bisa-bisanya Leo dengan tenangnya memejamkan mata.

Tak lama setelahnya Inah datang dengan membawa nampan berisi tiga gelas minuman. Inah menggeleng saat melihat keadaan ruang tamu majikannya yang sudah seperti kapal pecah.

Fariz tersenyum kala Inah menaruh satu persatu minuman itu di depan Fariz "Wah segar nih. Makasih ya Bi Inoy!" Fariz memang begitu. Suka mengganti nama orang seenak jidat. Inoy adalah panggilan kesayangannya untuk Inah.

Inah balas tersenyum sebelum pergi kembali ke dapur dengan membawa nampan kosong. Kerjaannya masih banyak. Masih harus mencuci piring dan beberes rumah.

Fariz langsung menepis tangan Ahwal yang akan mengambil minuman. "Enak aja lo minum-minum. Bayar dulu sini!"

Ketika Fariz menodongkan tangannya, Ahwal mencibir. "Medit amat lo jadi manusia. Mau lo kuburan lo sempit? Atau mau lo gue sumpahin nanti kuburan lo tenggelam sama nih minuman?"

Fariz bergidik ketika membayangkannya. Secepat kilat ia menggeleng. "Ogah ah, ih amit-amit deh. Lo jadi setan jangan nyumpahin dong."

"Seenak kata setan-setan! Gue sumpahin benaran tau rasa lo!"

"Aduh jangan dong."

"Makanya jangan medit. Jangan koret, banyakin sedekah sama gue. Kasih semua makanan lo yang enak buat gue. Minumannya juga."

Fariz langsung menoyor kepala Ahwal. "Semua snack sama biskuit gue di toples aja udah lo embat semua. Kurang baek apa coba gue sama lo setan!"

Sedetik kemudian Ahwal nyengir tanpa dosa. "Iya juga ya."

"Monyet! Diam, jangan ganggu gue. Ngantuk bat nih gue!

Imperfection : Trapped With Troublemakers✓ [Republish+Remake]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang