Ketika Leo menoleh ke arahnya, menatapnya lekat. Reza melanjutkan, "Lo telat sih ... nyadar kalo lo suka sama Cahaya. Jadi, sekarang gue nggak bisa ngalah, man. Sorry."

Dengan sinis Leo berkata. "Ye ... itu mah alasan lo aja bego!"

Reza terkekeh. "Serius gue bego. Sekarang gini aja dah bro, kita bersaing secara sehat gimana?"

"Oke." Leo menyahut cepat. Ia kembali  menghisap vapenya seraya melihat pemandangan yang ada di bawah sana. Pemandangan yang menampilkan keadaan sekolahnya yang sepi karena sekarang jam pelajaran sedang berlangsung.

***

Leo mendesah kesal. Cahaya menolak untuk pulang bersamanya. Bahkan pada Reza juga begitu. Bagaimana nasibnya nanti kalau Cahaya masih marah padanya? Apa ia akan diusir dari rumah Cahaya? Bukannya Leo tidak punya uang untuk nge-kost, uangnya saat menang balapan masih ada. Ia tinggal di rumah Cahaya karena ingin dekat dengan Cahaya.

"Woi, ngelamun aja lo setan!" Refleks, Leo langsung menoyor kepala Fariz karena ucapan lelaki itu yang membuatnya kaget.

"Setan lo! Rambut cetar gue jadi rusak nih!" Kesal Fariz seraya mengusap kepalanya yang sakit.

"Derita lo," kata Leo santai.

"Sampai kapan sih kita mau di sini? Cahaya juga paling masih marah sama lo berdua," sambar Rio seolah tanpa dosa.

Leo mendelik kesal. "Gara-gara lo juga sialan!"

Reza memicingkan matanya. Memastikan apa yang dilihatnya benar. "Itu bukannya bokap lo, Le?"

Leo langsung melihat arah pandang Reza. Di parkiran sekolah yang tak jauh darinya sudah ada Bramasta yang baru saja turun dari mobilnya. Tanpa kata, Leo langsung menghampiri Bramasta ketika Bramasta memandangnya.

"Ngapain Papa datang ke sini? Udah saya bilang, kalo Papa masih ingin liat saya sekolah jangan lagi cari saya," kata Leo tanpa basa-basi.

"Pulang Leo ... Papa kangen sama kamu. Papa nggak mau kamu tinggal luntang lantung nggak jelas," kata Bramasta.

"Maaf. Saya nggak bisa."

***

"Cahaya, pulang bareng gue mau? Naik motor imut gue," tawar Adelia.

"Atau nggak lo mau bareng gue aja? Motor gue udah balik," sambar Ariesta dengan wajah cerah saat berkata 'motornya'.

"Gue bareng cadel aja deh."

"Udah berapa kali gue bilang jangan panggil gue cadel, Ay!" Kesal Adelia.

Cahaya terkekeh. Pada saat Cahaya tiba di parkiran dan menatap BARBEL, Cahaya langsung menghentikan sejenak langkahnya saat Reza memanggilnya.

"Masih berani lo manggil gue?!" Sentak Cahaya kesal.

"Udah, sabar Ay," kata Ariesta seraya mengelus pundak Cahaya.

"Gue minta maaf." Itu bukan Reza yang bicara. Tapi Rio. Dengan gengsinya yang tinggi, ia bersusah payah mengucap itu.

"Tenang. Udah gue maafin. Anggap aja tiga pukulan gue itu impas," kata Cahaya dingin yang langsung berlalu pergi dari sana. Disusul oleh Ariesta dan Adelia.

Di parkiran, netra Cahaya tidak sengaja menangkap pemilik sekolah serta Leo yang tidak jauh dari mereka.Bramasta dan Leo sudah jadi pusat perhatian di sana. Cahaya mengernyit kala Leo bertengkar dengan Bramasta.

"Lepas!" Kata Leo sedikit membentak kala kedua bodyguard Bramasta hendak menyeretnya masuk ke dalam mobil. Leo tidak menyangka bahwa Bramasta membawa bodyguard. Leo juga baru tahu bahwa sekarang Bramasta mempunyai bodyguard.

Imperfection : Trapped With Troublemakers✓ [Republish+Remake]Where stories live. Discover now