Kemudian pekikan Salwa mengudara kala matanya yang tak lagi 'polos' tanpa dinyana menatap tepat ke arah selangkangan pria yang berdiri di ambang pintu kamar. Meski tertutup kain segitiga, tetapi apa yang tersembunyi di balik kain tersebut membuat benak Salwa dengan sendirinya bisa membayangkan bagaimana bentuknya.

Tanpa diingini bayangan malam itu, saat untuk pertama kalinya Salwa mengenal hubungan antar lawan jenis lebih dalam meskipun ia dipaksa, tetap tak memungkiri bahwa di akhir Salwa memekik karena merasakan pelepasan.

Tak dinyana, memikirkan kejadian 'malam panas' itu pipi Salwa memerah dan tatapannya tak mampu beralih dari bukti gairah yang ia tahu memiliki ukuran besar karena pernah menyatu dalam dirinya.

                                                              
Yusuf yang sudah berulang kali memanggil nama wanita kecil yang selama seminggu ini sangat telaten mengurus dirinya, mulai dari memasakan sarapan, sampai membantu menyiapkan pakaian kerja untuknya, namun tak jua mendapat balasan, akhirnya mengikuti kemana arah pandangan istri kecilnya itu mengarah.

Tak dapat menahan dengusan geli, rasanya Yusuf ingin memaki dirinya sendiri karena sudah bertindak bagaikan remaja tanggung yang baru mengenal seluk beluk tubuh wanita, sampai-sampai dengan ceroboh ia hanya mengenakan celana dalam kala membuka pintu kamar.

Memang di jam yang hampir melewati tengah malam ini, tidak akan ada orang lain selain dirinya dan penghuni baru yang baru seminggu ini tinggal seatap dengannya dan berstatus sebagai istrinya pula, namun wanita itu selalu memekik jika mendapati ia berpenampilan seperti ini.

"Kamu ini, Sal, sudah beberapa kali kamu melihat saya seperti ini, tapi kamunya masih belum terbiasa juga." ucap Yusuf yang berhasil mengalihkan perhatian Salwa dari 'asetnya' yang ternyata masih seperkasa saat ia muda dulu. "Ada apa kamu ke sini? Takut sama guntur, makanya mau numpang tidur lagi?" Yusuf dengan cepat mengalihkan pembicara, takut Salwa semakin malu karenanya.

Kepala mungil yang malam ini rambut panjangnya digerai itu mengangguk malu-malu. "Kalau boleh, saya mau numpang tidur lagi di kamar bapak. Tidur di sofa seperti semalam juga boleh."

Tidak ada yang bisa Yusuf lakukan selain bergeser dari ambang pintu, mempersilahkan Salwa masuk ke dalam kamarnya daripada mendengar wanita muda yang bahkan belum genap berusia 18 tahun itu berteriak ketakutan, lalu bermata panda keesokan harinya.

Tanpa kata Yusuf memberikan bantal dan selimut kepada Salwa agar istrinya itu bisa segera melanjutkan tidur, dan juga supaya ia bisa segera memejamkan mata dari pemandangan cetakan puting payudara Salwa yang kecil di balik kaos kebesaran yang wanita itu kenakan.

Setelah tinggal selama 2 hari dengannya, baru Yusuf ketahui jika Salwa tidak pernah menggunakan bra saat akan tidur. 'Biar cepat gede' jawabnya polos , saat Yusuf iseng menanyakan mengapa wanita itu tidak memakai bra kalau mau tidur.

Sungguh, seumur hidupnya yang sudah sangag kenyang melihat dada wanita, dari yang berukuran kecil sampai ke yang besar dan tetap berekasi biasa saja, baru kali ini, di usia hampir pertengahan 50-an, Yusuf merasakan panas yang membara dari pusat tubuhnya saat tanpa sengaja menatap puting payudara kecil yang pernah berada dalam kulumannya itu.

Rasa-rasanya Yusuf akan gila dan hilang kendali jika tak segera menghentikan pemikiran liarnya. Maka setelah melihat Salwa telah memejamkan mata di atas sofa berukuran kecil di dinding kamarnya, Yusuf pun segera naik ke atas ranjang. Memejamkan matanya erat-erat, berharap agar setelah bangun tidur nanti, pikiran kotor itu segera enyah dari kepalanya.

                                                       
🍏🍏🍏

                                                         
"Bodoh!" desisan penuh kemarahan tersebut memenuhi seluruh ruang tamu yang terang benderang. "Tangkapan' sebagus itu bisa lepas begitu saja karena kebodohanmu!"

Takdir Cinta [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now