Prolog

3.3K 91 6
                                    

Lo enggak tau apa-apa
Jadi, jangan menilai seenaknya.

❇❇❇

"Grea Janeva..." teriak seseorang dengan suara lantang dari depan kelas membuat seorang cewek yang sedang tidur langsung menegakkan tubuhnya karena terkejut.

"Ya buk?" tanya cewek itu santai seperti tidak ada kejadian yang baru saja terjadi.

"Kerjakan nomor 6 sama 7 sekarang, ke depan!" ucap guru itu.

Cewek yang bernama Grea Janeva itu bangkit dari kursinya berjalan ke arah papan tulis dengan wajah malasnya. "Soalnya apa we?" tanya cewek itu ke teman sekelasnya.

Grea mengambil spidol di atas meja guru dan suara teman sekelasnya mulai mengisi kelas menyebutkan angka-angka yang terdapat di soal.

Hanya membutuhkan waktu sekitar 5 menit untuk Grea kembali meletakkan spidol dan berjalan duduk kembali ke kursinya.

Guru itu berdecak kagum melihat tulisan Grea yang rapi lalu meneliti jawaban yang ditulis Grea di papan tulis. "Catat di buku catatan kalian." ucap guru itu berjalan menuju meja guru dan mulai merapikan buku-buku yang ia bawa.

"Minggu depan catatan ibu periksa." tambah guru itu lalu berjalan keluar kelas.

Grea yang baru saja duduk di kursinya bangkit kembali berjalan melewati deretan kursi teman-temannya. "Mau ke mana Gre?" tanya Arif sang ketua kelas.

"Kantin." jawab Grea singkat berjalan santai keluar kelas.

"Gue heran ngeliat tu anak kerjaannya makan tidur makan tidur mulu di kelas tapi kok gampang banget jawab soal yang ruwetnya kayak gini." ucap salah satu teman sekelas Grea.

Mendengar ucapan itu teman sekelas Grea juga mengangguk membenarkan pasalnya itu seperti keajaiban yang terjadi di depan mata mereka.

Sampai di kantin Grea memilih meja kantin yang berada di sudut. "Bik nasi goreng. Terserah mau pake hati pake jantung yang penting enak." ucap cewek itu memesan.

"Kenapa Re diganggu lagi tidurnya sama bu Leri?" tanya Ibu kantin terkekeh.

"Iya. Ngajak gulat amat tuh guru untung saya tadi belum makan jadi nggak ribut." jawab Grea.

Pesanan datang. "Makasih bik." ucap Grea lalu mulai menyuap nasi goreng itu.

Ibu kantin yang dipanggil Grea bibik itu sebenarnya sedikit kesal, sudah puluhan kali ia berdebat dengan Grea dan akhirnya mengalah, terserah Grea ingin memanggilnya dengan sebutan apa.

Sudah setengah piring nasi yang Grea makan tiba-tiba dua orang siswa masuk ke dalam kantin membuatnya tersenyum miring.

"Woi dek!" panggil Grea.

Mampus dipanggil sama malaikat jahatnya Walandika. batin mereka berdua.

"Ada apa kak?" tanya salah seorang dari mereka memberanikan diri.

"Ke sini." jawab Grea yang membuat kedua cowok itu mendekat ke arahnya.

"Gue kasih pilihan, mau makan bayarin gue atau balik ke kelas sekarang." tawar Grea, ia yakin bahwa kedua adik kelasnya ini belum sarapan karena terlihat dari wajah dan gerak tubuh mereka.

Kedua cowok itu melihat satu sama lain lalu mengangguk pasrah karena kalau mereka memilih balik ke kelas sekarang maka dapat dipastikan mereka akan mengantuk dan tidak konsen untuk belajar lagi.

"Iya kak kita makan bayarin kakak." jawab salah satunya membuat Grea tersenyum.

Grea melanjutkan makannya lalu tak lama ia selesai. "Bik mereka berdua yang bayar punya saya." ucap Grea lalu beranjak pergi dari kantin dan hal lain yang membuat ia segera pergi dari kantin karena dua menit lagi bel istirahat akan berbunyi, ia tidak suka keberisikan kantin yang membuat gendang telinganya ingin pecah.

Ibu kantin hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Grea yang sebenarnya bermaksud baik tapi tetap saja menjerumuskan adik kelasnya.

"Bu punya kak Grea berapa?" tanya salah seorang cowok yang diberhentikan Grea tadi.

"7000. Jangan salah paham ya maksud Grea baik biar kalian nggak makan sebelum bel istirahat bunyi." jawab Ibu kantin. Kedua cowok itu mengangguk mengerti.

Bel istirahat berbunyi. Empat cowok masuk ke dalam area kantin membuat semua siswa maupun siswi minggir secara tak langsung.

Mereka seperti magnet bagi mata seluruh murid SMA Walandika apalagi bagi para kaum hawa yang seperti tergila-gila kepada empat cowok itu.

Keempat cowok yang terdiri dari Ketua OSIS-nya Walandika Gavian Ravindra, Wakil Ketos-nya Walandika Zidan Bagaskara, Ketua Basketnya Walandika Adhitama Kafeel dan yang terakhir Ketua Futsal-nya Walandika Farhan Bramantio.

Keempat cowok yang memiliki pesona tersendiri untuk menarik perhatian seluruh murid Walandika dengan masing-masing pesonanya. Mereka berempat duduk di meja yang berada di tengah-tengah kantin, memesan masing-masing apa yang ingin mereka makan pagi ini.

"Nggak ada tuh cewek tenang deh hidup elo Gav." ucap Tama.

"Itu yang gue syukurin dari tadi." balas Gavian yang membuat ketiga temannya tertawa.

"Udah makan tadi dia sebelum istirahat." ucap ibu kantin membawa pesanan mereka.

"Eh? Seriusan bu? Syukur deh." ucap Gavian lagi tersenyum. Ibu kantin itu hanya mengangguk.

Suasana kantin pagi menjelang siang ini tenang dan khidmat, mereka makan dengan santai tapi suasana itu tiba-tiba hilang saat datangnya segerombolan siswa kelas XI IPA 1 yang dicap sebagai 'perusuh' sekolah.

"Bik pesen biasa sama rata." ucap Arif, ketua kelas yang juga menjabat sebagai ketua mereka saat di kantin. Kelas XI IPA 1 itu kelasnya Grea.

"Oke." jawab ibu kantin itu.

"Tampak Grea nggak bik?" tanya Lura, ia adalah teman yang paling dekat dengan Grea.

"Tadi makan sih terus entah pergi ke mana ibu nggak tau." jawab ibu kantin itu.

Lura lemas. Tuh cewek kalau ngilang kayak ditelen bumi. batin Lura kesal.

"Unfaedah amat elo nyari tuh orang." ucap Gavian.

"Ck. Kayak ada yang ngomong tapi nggak ada mulutnya eh salah nggak wujudnya, kayak gas yakan we?" ucap Lura bertanya kepada teman sekelasnya.

"Iya serem gue, buruan kita makan terus cabut." balas yang lain.

Gavian yang mendengar itu kesal bukan main. Gak tuh cewek gak temen sekelasnya sama aja, perusuh. batin Gavian.

Gavian dan teman-temannya bangkit setelah selesai makan, membayar lalu berlalu pergi meninggalkan kantin yang seperti memiliki aura suram yang ditimbulkan oleh kelas XI IPA 1.

Saat berjalan di koridor, Farhan melihat seorang cewek sedang menghadang dua orang cewek. "Gav tuh..." ucap Farhan menunjuk apa yang ia lihat.

Gavian yang melihat itu langsung berjalan cepat ke arah tiga cewek itu. "Heh elo itu nggak pernah puas ya?" ucap Gavian membuat ketiga cewek itu menoleh.

"Elo ngomong sama gue?" tanya seorang cewek yang berdiri sendiri.

"Sama tembok." jawab Gavian.

"O." selesai mengatakan hal itu cewek itu pergi meninggalkan Gavian yang merasa kesal.

"Heh! Elo tu... "

✴✴✴

Annyeong...

Suka? V & C, don't forget!
See you next post ...

GWhere stories live. Discover now