DAMIRN 9

9.1K 929 28
                                    

Mobil Damirn membelah senja kala itu, setelah lehernya Yehana obati, Damirn benar-benar memutuskan kembali ke tempat pertama ia membawa Yehana.

Yehana terdiam, ia sibuk dengan fikirannya sendiri. Memikirkan luka di leher Damirn, sangat jelas luka itu sudah di dapat Damirn beberapa hari lalu. Mengingat tepi-tepinya yang sudah mulai menutup. Luka itu juga persis seperti luka tusuk yang Yehana lihat di dalam mimpinya.

"Yehana ...." ucap Damirn setelah cukup lama terdiam.

"Ya?" Jawab Yehana, ia menoleh ke arah samping, tempat dimana Damirn berada.

"Apa kau takut padaku?"

Yehana terdiam sejenak, ia menatap lekat wajah Damirn yang fokus menyetir.

"Apa kau percaya padaku?" Tanya Damirn lagi, Yehana terlihat bingung dengan pertanyaan Damirn yang menurutnya tiba-tiba ini.

"Aku percaya padamu Damirn. Meski kadang-kadang kau terlihat mencurigakan." Jawab Yehana jujur, Jawaban itu berhasil membuat Damirn menoleh kearahnya.

"Mencurigakan?"

"Itu... seperti soal luka dilehermu. Luka itu berada persis ditempat kau menusukkan pisau ke lehermu sendiri, didalam mimpiku waktu itu."

Damirn membawa pandangannya ke depan kembali. "Jadi maksudmu, aku sudah berbohong soal mimpimu?" Tanya Damirn.

"Aku tidak tahu Damirn. Yang tahu kau bohong atau tidak, itu dirimu." Jawab Yehana lagi. Damirn terdiam, membuat keadaan kembali senyap.

"Apa kau takut padaku?" tanya Damirn,

"Tidak, kenapa tiba-tiba kau bertanya soal ini?" ucap Yehana penasaran, Damirn kembali terdiam.

"Misalkan ada orang lain yang berkata buruk tentangku, bagaimana reaksimu, Yehana?" Damirn menoleh Yehana sekejap, tatapannya terasa sangat menusuk. Tiba-tiba Yehana teringat akan perkataan Jakson.

"Selama kau tidak berbuat jahat padaku, maka aku tidak akan mempercayai mereka, Damirn. Karena bagaimanapun, berkat kau aku tidak kehilangan harga diriku waktu itu." Yehana tersenyum.

"Baiklah, mari kita saling mempercayai ...." ucap Damirn sambil menyeringai. Ia membelokkan mobilnya ke jalan setapak yang dulu ia dan Yehana lewati.

"Damirn..." panggil Yehana. Damirn tidak menjawab, ia hanya menoleh kearah Yehana.

"Aku penasaran, kenapa tiba-tiba kita pindah ke tempat ini lagi?" Tanya Yehana.

Mendengar pertanyaan Yehana barusan, sontak membuat Damirn menginjak rem kuat-kuat. Yehana terkejut bukan main, kalau saja dirinya tidak memakai Safety bell pasti kepalanya akan terbentur ke Dashboard.

Damirn menatap Yehana dengan mata kelamnya. "Kalau kau tidak mau ikut aku. Kau boleh turun disini."

"A-ah?"

"Kalau kau masih mau ikut aku, jangan bertanya soal itu."

Damirn kembali menjalankan mobilnya, ucapan Damirn yang terdengar tidak suka membuat Yehana terdiam, ia menundukkan padangannya.

"Mulai saat ini. Kita akan saling mempercayai, jadi aku minta kau jangan mengkhianatiku. Yehana ...." Damirn menoleh Yehana, tangan besarnya meraih lengan kecil Yehana yang tergeletak di atas sofa mobil. Yehana terdiam, gadis itu bingung dengan arah perkataan Damirn.

Saling mempercayai? Apa maksudnya? Bukankah dari awal mereka memang sudah saling mempercayai?.

Mobil Damirn berhenti. Di hadapan mereka ada sebuah taman kecil yang terlihat sengaja di buat. Mata Yehana berbinar saat melihat petakan kecil berisikan tanaman bunga lili, "Indah sekali ...." ucap Yehana sambil tersenyum senang. Ia membuka pintu mobil, namun ketika hendak keluar, langkah gadis itu tertahan karena Damirn masih menggenggam lengannya.

DAMIRN ✔ (END)Where stories live. Discover now