DAMIRN 8

10.1K 1K 68
                                    

Deep web :
Http://Dkiller.union.

"Aku mempunyai seorang tawanan gadis remaja Asia, menurut kalian harus ku apakan dia?"

Seorang wanita menarik kembali laptopnya dari hadapan Jakson.

"Kau tau dimana Damirn berada 'kan Jakson?" tanya wanita itu pada Jakson. Ia terus menatap Jakson dengan seksama, namun Jakson hanya terdiam ia ikut menatap wanita dihadapannya.

Wanita itu menghela nafas, "Ayolah Jakson. Aku yakin kau tau di mana Damirn berada, jadi ku mohon kerjasamamu."

Jakson tertawa kecil, "Berlin, dulu aku sudah mati-matian membantu kalian. Bahkan aku sampai rela di mutasi ke Ina, tapi kalian hanya mampu menahan Damirn selama tujuh tahun. Menurutmu apa aku akan rela jadi umpan untuk kedua kalinya?" Ekspresi Jakson berubah serius, Berlin terdiam.

"Ya, aku akui kami memang kurang memperhatikan Damirn. Tapi untuk kali ini, ku mohon bantuanmu lagi Jakson. Aku yakin, setelah Damirn kembali memainkan akun Deep webnya, Indonesia akan jadi tempat terror Damirn selanjutnya."

Jakson mengukir senyum miring di bibirnya.

"Itu urusanmu Berlin. Aku hanya seorang Dokter bedah, menangkap Damirn bukan tugas seorang dokter sepertiku."

Berlin kembali menghela nafas. "Baiklah, terserah kau saja..." Berlin kembali memasukkan laptopnya ke dalam tas, ia bangkit dari duduknya "Aku pergi dulu, selamat malam." Berlin melenggang begitu saja.

Jakson terdiam, ia terus menatap ke bawah. Menatap kepala Ronald yang sebelumnya sempat ia turunkan dari atas meja.

Pintu ruangan Jakson kembali terbuka, yang membuat Jakson sontak menoleh kearah sana. Di ambang pintu yang terbuka berdiri Damirn dengan sebuah acungan pistol di tangannya. Tak ada seringai maupun sebuah ekspresi di wajah Damirn, hanya matanya yang menatap tajam Jakson.

"Damirn!" Kaget Jakson.

"Bukankah sudah aku katakan supaya kau jangan ikut campur urusanku, Jakson?" Tanya Damirn dingin.

"A-apa maksudmu, Damirn?"

"Aku tidak mendapat kerugian apapun kalau aku membunuhmu sekarang, jadi matilah."

Mata Jakson membesar, "Tunggu Damirn! A-apa kau sudah lupa kalau aku sedang meneliti 'itu'?" Jakson mencoba negosiasi. Damirn berjalan masuk dengan seringai yang terukir di bibirnya.

"Kau bukan satu-satunya Dokter, Jakson. Aku bisa mencari dokter lain, selain dirimu." Ucap Damirn sambil terus mengacungkan mulut pistolnya kearah wajah Jakson. Sempat senyap sekejap, sampai Jakson kembali membuka mulutnya.

"Seluruh Dunia melarang penelitian seperti ini, Damirn. Karena hal yang kau inginkan hanya pernah di lakukan pada hewan. Dan, hasil dari eksperimen itu hanya bertahan sebentar, apalagi mengingat umur Yehana yang masih begitu muda. silahkan bunuh aku kalau kau memang tidak menginginkan itu dari Yehana." Jakson mencoba melawan rasa takutnya, dan yang ia katakan itu memang benar, hal yang di inginkan Damirn bertentangan dengan ilmu kedokteran.

Damirn terdiam, seringainya surut. Ia sedikit membelokkan moncong pistolnya, lalu menembakkan isi peluru tersebut keluar.

Dorr!

Peluru milik Damirn melesat menembus lengan atas milik Jakson.

"Akhhh---" pekik Jakson tertahan, ia memegangi lengan kanannya yang mulai mengeluarkan darah, membasahi lengan jas dokter miliknya.

"Jangan coba-coba membantu mereka untuk menangkapku lagi. Kalau kau masih bersikeras, maka kau akan mati saat itu juga..." Damirn tersenyum seram, ia menurunkan pistol miliknya "...Kakak." Damirn melangkah keluar, meninggalkan Jakson yang masih memegangi lengannya.

DAMIRN ✔ (END)Where stories live. Discover now